×

Iklan


Indonesia Bisa Kaya, Asal Aturan Kendaraan Listrik Tak Berubah

19 Juni 2023 | 20:06:29 WIB Last Updated 2023-06-19T20:06:29+00:00
    Share
iklan
Indonesia Bisa Kaya, Asal Aturan Kendaraan Listrik Tak Berubah

Jakarta, Khazanah – Visi Indonesia Maju 2045 bukan suatu hal yang mustahil kata pakar Otomotif asal ITB Yannes Martinus Pasaribu dengan catatan, pemerintah konsisten dengan kebijakan soal hilirisasi industri kendaraan Tanah Air, meskipun presiden berganti setiap 5 tahun sekali.

"Ganti presiden tidak boleh ganti kebijakan terkait dengan EV (electric vehicle) ini, karena 23 persen nikel dunia ada di Indonesia. Kelak akan menjadikan Indonesia negara ke-4 terkaya dunia tahun 2045, di masa generasi anak cucu kita berkarier kelak," ungkapnya di Jakarta, Sabtu (17/06/2023).

Menurut Yanne modal yang dimiliki Indonesia dalam melakukan hilirisasi industri kendaraan listrik, khususnya untuk produksi baterai listrik. Pasalnya, Indonesia memiliki sumber bahan mentah baterai semisal nikel, yang bernilai sekitar USD 91 triliun.

    "Kalau dibuat hingga jadi produk baterai bisa meningkat nilai tambahnya, sejelek-jeleknya hingga USD 364 triliun atau setara dengan sekitar Rp 5.096.000 triliun," ujarnya.

    Lebih lanjut, ia juga menyoroti rencana kebijakan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang ingin membatasi pengadaan mobil berbahan bakar BBM. Supaya mobil listrik bisa lebih banyak mengaspal di Tanah Air.

    Ia menilai, walaupun kebijakan itu terasa berat, namun jadi sebuah keniscayaan yang harus dilakukan. Sebab, Yannes mengacu pada Norwegia yang sudah membuat kebijakan untuk mengurangi penjualan mobil berbasis bensin dan diesel pada periode 1990-an, disusul Jerman per 2019.

    Yannes juga tak melupakan Jepang dan China. Meskipun keduanya punya kepentingan untuk menjaga industri otomotif konvensionalnya yang kuat, mereka juga perlahan bakal mengikuti program transisi itu.

    "Penjualan mobil konvensional berbasis BBM mengadopsi pendekatan transisi bertahap dalam menghentikan penjualan mobil konvensional, demi memberikan waktu bagi industri otomotif mereka dan konsumen lokal serta negara tujuan ekspornya untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut," tuturnya.

    Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan pengembangan kendaraan listrik di Indonesia perlu dilihat secara utuh. Artinya, tidak bisa sebatas pada jenis kendaraannya saja.

    Luhut menegaskan pengembangan ekosistem kendaraan dari hulu ke hilir perlu jadi perhatian dalam satu bagian yang jelas.

    "Kita melihat kendaraan listrik ini harus melihat utuh satu ekosistem tidak bisa hanya melihat 'oh mobil ataupun motor', karena ada 4 wheelers 2 wheelers harus ada tadi bus itu jadi satu sistem," ujar Menko Luhut di Jakarta, Senin (12/06/2023).

    "Kemudian ada early retirement coal fire, itu juga terjadi," sambungnya.

    Hal uni perlu dilakukan lantaran perlu adanya pendukung antara sektor hulu dan sektor hilir di para pengguna kendaraan listrik. Salah satu yang digandengnya adalah kerja sama antara BUMN Indonesia dan BUMN China. Ini melibatkan IBC dan PLN, serta sejumlah perusahaan asal China. "Kita saksikan sebentar lagi kerjasama antaa IBC dan concosrium untuk pengembangan BAMS di Indonesia. Ini karya oklaborasi BUMN china dan indonesia," kata dia.