×

Iklan

SEMPAT RESAHKAN WARGA SOLOK
Awalnya Dikira Beruang Madu, Rupanya Binturong

16 Desember 2022 | 15:57:38 WIB Last Updated 2022-12-16T15:57:38+00:00
    Share
iklan
Awalnya Dikira Beruang Madu, Rupanya Binturong
Petugas BKSDA Sumbar melakukan verifikasi dan identifikasi penampakan satwa liar di Nagari Aripan, X Koto Singkarak, Kabupaten Solok.

Padang, Khazminang.id-- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar menerima laporan warga tentang adanya kemunculan satwa liar dilindungi yakni Beruang Madu yang masuk ke permukiman warga di Nagari Aripan, X Koto Singkarak, Kabupaten Solok.

"Laporan itu kita terima pada Kamis (15/12) lewat WAG WRU Balai KSDA Sumbar. Kemudian petugas Resort Barisan Solok langsung menuju ke lokasi untuk memverifikasi dan mengindentifikasi laporan itu," kata Kepala BKSDA Sumbar, Ardi Andono, Jumat (16/12).

Ardi berujar, setelah berkoordinasi dengan wali nagari dan warga yang melihat satwa liar tersebut, tim menuju ke lokasi penampakan satwa itu. Di mana, lokasi tersebut berupa APL yang merupakan perladangan masyarakat.

    "Hasil dari verifikasi informasi di lapangan dan warga yang langsung bertemu dengan satwa itu, ternyata ciri-cirinya lebih mengarah kepada satwa Binturong (Arctictis binturong) dan diyakini dengan diperlihatkan gambar Binturong," ucapnya.

    Dia menjelaskan, Binturong adalah sejenis musang bertubuh besar, memiliki wajah mirip kucing atau beruang dan memiliki ekor panjang dengan bulu/rambut panjang dan kasar dengan warna hitam kecokelatan.

    "Sehingga wajar masyarakat salah mengindentifikasi satwa ini. Binturong ini termasuk jenis satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi," katanya.

    Menurut Ardi, penampangan Binturong tersebut sebanyak tiga ekor, yang terdiri dari seekor induk betina dan dua ekor anaknya.

    "Sehingga petugas meminta bantuan kepada wali nagari untuk mengimbau warga di sekitar lokasi penampakan agar mewaspadai ancaman dari satwa Binturong terhadap ternak peliharaan masyarakat," tutur dia.

    Petugas, kata Ardi, juga meminta masyarakat untuk tidak mengganggu satwa tersebut, karena mempunyai peran penting dan sangat berpengaruh dalam menjaga keseimbangan ekosistem, terutama penyebaran biji untuk regenerasi hutan. (khz)