Oleh
: Devi Diany
Namanya
Rita Muliyanti. Tinggal di Sekayan Paku Korong Asam Pulau, Nagari Anduriang, Kecamatan
2 X 11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Rumahnya berada
di ujung jalan, mentok di sana. Jika hendak bepergian ke ibu kota kecamatan
atau ibukota kabupaten, maka harus berbalik arah. Tetapi jalan ke kampungnya cukup
bagus, sehingga aktivitasnya sehari-hari yang sangat padat, berjalan dengan
lancar.
Ya,
aktivitas Rita lumayan padat. Kreativitasnya tak pernah surut. Dia tercatat
sebagai Agen BRILink dan juga Mitra Ultra Miktro (UMi) BRI di desanya. Perempuan
berusia 37 tahun ini, juga menjadi “kepala arisan” di kampungnya, mengelola
arisan warga setempat dan rutin mengutip ke rumah warga peserta arisan sesuai
jadwalnya. Besaran arisan yang dipegangnya beragam, ada arisan Rp 10 ribu,
arisan Rp 20 ribu dan arisan Rp 50 ribu.
“Arisan
ini sama dengan menabung dan menjadi salah satu solusi bagi masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya,” ujar Rita saat berbincang dengannya, kemarin.
Selain
itu, Rita juga memiliki ladang pinang. Lumayan luasnya, ada sekitar 40 batang
pohon pinang. Tetapi sang suami yang merawat dan mengurus pohon pinang ini.
Saat ini harga pinang sedang anjlok, hanya Rp 4.500 per Kg. Rita dan suami tak
begitu semangat memanen pinang, jadi dibiarkannya saja buah pinang jatuh
sendiri kemudian dikumpulkan. Walau begitu, hasil panen pinang ini lumayan
juga, dapat sekitar 30 Kg.
“Panen
pinang itu ada pula waktunya, tergantung tingkat kematangan buah pinang. Tetapi
karena harga pinang sedang anjlok sekarang, maka kami tak semangat untuk panen,”
kata ibu 2 orang anak ini.
Jika
tak ke ladang, maka sang suami bekerja sebagai buruh pengumpul pasir dan batu untuk
bangunan dari sungai di dekat rumahnya. Pekerjaan pengumpul pasir dan batu ini
ditekuni para lelaki di desanya jika sedang tak ke ladang atau tidak ke sawah.
Sejak
2022 lalu, Rita menjadi Agen BRILink. Dia memanfaatkan bangunan di samping rumahnya
yang cukup luas, 7,5 meter x 22 meter. Sebagian dari bangunan itu telah digunakannya
sebagai kedai menjual kebutuhan harian. Dan di sana pula dia menjalankan
usahanya sebagai Agen BRILink.
Kehadiran
BRILink Rita Muliyanti menjadi solusi bagi masyarakat setempat yang membutuhkan
layanan perbankan, seperti transfer uang, tarik tunai, pembayaran tagihan
listrik, isi saldo token dan lainnya. Sebab di desanya itu, tak ada Agen
BRILink. Jika ingin melakukan transaksi perbankan harus ke ibukota kecamatan,
ada BRI Unit Kayutanam. Lumayan jauh. Pelanggan BRILink Rita tidak banyak.
Rata-rata sehari hanya 5 pelanggan.
“Pelanggan
BRILink tidak banyak. Mereka datang transaksi jika ada momen tertentu saja,
seperti saat jatuh tempo pembayaran tagihan listrik maka warga berjubel antre,”
terangnya.
Sekitar
6 bulan menjadi Agen BRILink, Rita dipercaya menjadi Mitra UMi. Mengetahui Rita
merupakan Mitra UMi, maka warga silih berganti datang padanya mengajukan
permohonan Kredt UMi. Biasanya warga butah dana untuk modal bertanam padi atau
ke sawah, ada pula yang butuh uang untuk anak sekolah dan nanti dibayar dengan
hasil panen padi atau panen pinang.
Menurut
Rita, setahunya tidak ada petani di desanya yang meminjam ke rentenir. Bahkan
modal untuk ke sawah dari para juragan juga ditolak petani. Mereka sudah paham
benar, jika meminjam modal dari juragan untuk bertanam padi maka saat panen
nanti, juragan akan langsung mengambil hasil panennya. Sedangkan pembayaran
oleh juragan, sering dilakukan dengan sesukanya atau dicicil.
“Jadi
petani di sini lebih suka meminjam UMi BRI. Mereka datang ke rumah saya karena
butuh uang untuk keperluan anak sekolah atau pun untuk modal beli benih padi
dan beli pupuk. Nanti saat panen dibayar lunas,” katanya.
Mitra UMI, Rita Muliyanti di depan kedai Agen BRILink-nya.
Saat
ini, ibu dari Revan Gusrianto dan Rarisa Najmi ini sudah memiliki sekitar 100
nasabah UMi. Umumnya permohonan Kredit UMi yang disetujui itu besanya Rp 5 juta
dengan masa kredit 6 bulan, menyesuaikan dengan masa panen. Saat jatuh tempo
mereka akan membayar sebesar Rp 5,9 juta.
“Bagi
petani, sangat menguntungkan meminjam uang dari UMi BRI. Selain prosesnya
mudah, tanpa jaminan, bunganya juga kecil. Apalagi setelah melunasi UMi BRI
ketika panen, mereka masih punya uang untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari,” katanya.
Salah
seorang tetangganya yang menjadi nasabah UMi, Aisyah mengaku sangat terbantu
dengan adanya kredit ultra mikro ini. Dia butuh dana untuk mulai bertanam padi.
Tetapi dia tak mau memakai modal dari juragan, maka dia meminta tolong pada
Rita untuk membantunya mendapatkan kredit UMi. Hasil panennya bisa jadi jaminan
untuk melunasi pinjamannya nanti.
“Saya
pinjam untuk modal bertanam sebesar Rp 5 juta dengan masa kredit 6 bulan,”
katanya.
Rita
sendiri juga merasa puas bisa membantu warga yang juga tetangganya ketika
mereka membutuhkan uang. Dia bisa merasakan susahnya mereka dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Masyarakat setempat mengandalkan penghasilannya dari ladang
pinang, durian, petai dan galian C seperti pasir dan batu.
“Ada
rasa puas dan lega ketika bisa membantu warga. Termasuk ketika mereka
datang minta tolong mengecek saldo
bantuan pemerintah di BRILink, seperti Program Indonesia Pintar (PIP). Semua
saya layani dengan gratis,” katanya.
Meski
demikian, dia tetap memperhatikan kemampuan membayar warga saat mengajukan
pinjaman UMi dari usaha yang dimiliki.
Kredit
UMi Melayani Nasabah
Ultra Mikro
Regional CEO BRI Padang, Moh.Harsono mengatakan,
saat ini Bank BRI fokus kepada bisnis berbasis ekosistem. Salah
satu program dalam pengembangan ekosistem adalah penyaluran Kredit Ultra Mikro
(Kredit UMi). Kredit UMi sendiri dapat disalurkan melalui mitra BRI seperti
Agen BRILink Mitra UMi yang merupakan perpanjangan tangan mantri dalam melayani
nasabah ultra mikro.
“Saat
ini terdapat 2.918 Mitra UMi, tersebar di Sumatera Barat yang tersebar di
berbagai ekosistem, yaitu eksoistem transaksi (pasar), ekosistem teritori
(pedesaan) dan ekosistem komoditas,” katanya.
Kredit
UMi berfokus kepada penyaluran kredit kepada pelaku usaha ultra mikro. Maksimal
kredit yang diberikan sebesar Rp 10 juta untuk skema musiman dan Rp 5 juta
untuk skema non musiman, dengan jangka waktu yang relatif pendek yaitu 3 sampai
dengan 6 bulan.
“Tujuan kredit Ultra Mikro (UMi) adalah untuk
memfasilitasi para pelaku usaha ultra mikro yang mau mengembangkan bisnisnya
namun tidak memiliki modal cukup. Mereka dapat menikmati fasilitas kredit resmi
perbankan dan tidak terjebak kepada kredit yang tidak resmi atau rentenir,”
terang Moh. Harsono.
Data Januari sampai 8 Maret 2024, Bank BRI sudah
menyalurkan kredit ultra mikro kepada 2.010 debitur dengan total plafond
sebesar Rp 9 miliar. Berdasaran pencapaian tersebut, BRI masih memiliki ruang
pertumbuhan yang besar untuk dapat menyalurkan kredit ultra mikro, dikarenakan
target penyaluran kredit ultra mikro pada 2024 adalah sebesar Rp 200 miliar.
“BRI berkomitmen untuk selalu menambah jumlah Mitra
UMi yang produktif dan journey.
Nantinya, setiap ekosistem baik ekosistem transaksi, teritori dan komoditas
akan terdapat minimal 1 Mitra UMi yang dapat menjangkau pelaku usaha yang
membutuhkan kredit ultra mikro,” terang Moh. Harsono.
Bagi pelaku usaha yang ingin mendapatkan kredit
ultra mikro ini, dapat disampaikan kepada Agen BRILink Mitra UMi yang merupakan
perpanjangan tangan dari Mantri BRI. Jadi tidak perlu repot datang ke kantor
Bank BRI. Syaratnya, hanya membawa e KPT, KK, SKU (dikeluarkan oleh
kelurahan/kepala pasar/paguyuban pedagang, RT/RW) dan nomor rekening BRI yang
sudah terdaftar.
Ke depan diharapkan, para pelaku ultra mikro ini
nantinya akan naik kelas menjadi pelaku mikro, ritel, bahkan sampai dengan
eskpor impor. Karena selain pemberian Kredit Ultra Mikro, BRI juga memiliki
program pemberdayaan masyarakat yang salah satu aktivitasnya adalah melakukan
pemberdayaan kepada pelaku UMKM seperti memberikan pelatihan-pelatihan dan
pemberian bantuan sarana prasarana kepada klaster-klaster usaha BRI. (**)