Padang, Khazminang – Prof. Dr. Ir. Puti Reno Raudhah Thaib, MSi tampil menjadi salah satu pembicara dalam seminar bertajuk “Peranan Perempuan dalam Internalisasi Nilai Budaya Minangkabau Terhadap Generasi Muda”, yang digelar Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Sumbar, Jumat (10/10/2025) di Pangeran Beach Hotel Padang.
Moderator seminar, Linda Oktavianti memperkenalkan tokoh Bundo Kanduang Ranah Minang itu sebagai sosok yang memiliki pengalaman segudang dan merupakan guru bagi segenap perempuan Minang dalam memahami etika dan estetika perempuan menurut adat dan budaya Minang.
“Bundo Puti Reno Raudha Thaib adalah seorang sastrawati dengan nama pena Upita Agustine. Beliau juga seoang budayawati dan akademisi Universitas Andalas serta merupakan ahli waris Kerajaan Pagaruyung,” jelas Linda yang disambut tepuk tangan peserta seminar.
Dalam materinya, Bundo Raudha Thaib menyebut, internalisasi nilai adat dan budaya adalah proses memahami, menerima dan menghayati nilai-nilai adat dan budaya sebagai bagian dari diri sendiri. Internalisasi ini melibatkan proses mental, emosional dan perilaku seseorang.
“Dalam diskusi ini menurut hemat saya, yang utama adalah memperkuat pemahaman kita para pengurus BKOW Sumbar, yaitu tentang nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau, intinya adalah akhlak yang berbasis kepada Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, syarak mangato adat mamakai, alam takambang jadi guru,” terang Raudha Thaib.
Dijelaskan, ada 3 hal yang ingin dicapai oleh manusia di dunia ini, termasuk masyarakat Minang. Pertama, kebenaran (truth). Untuk mencari kebenaran ini, manusia mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan yang disebut logika. Kedua, kebaikan (goodness). Untuk mendapatkan kebaikan, manusia menyusun berbagai peraturan, tata cara, hukum, adat, nilai-nilai yang disebut etika atau budi. Ketiga, keindahan (beauty). Dalam mencari keindahan, manusia menyusun berbagai cabang seni dan ilmu tentang keindahan yang disebut estetika atau baso.
“Ketiga hal tersebut, kebenaran, kebaikan dan keindahan melahirkan akhlak atau budi pekerti. Dan manusia dalam hidupnya selalu mencari gabungan ketiganya dalam menemukan Allah SWT,” jelasnya.
Dalam tatanan adat dan budaya Minangkabau, mamangan nan kuriak kundi nan sirah sago, nan baik budi nan endah baso, menjadi acuan dan perpaduan mengenai etika dengan estetika atau akhlak. Jadi orang Minang yang ideal itu adalah yang babudi baiak, babaso katuju. Sedangkan untuk perempuan yang ideal itu diungkapkan dalam mamangan adat Minang, yaitu :
- Limpapeh rumah gadang (tiang utama rumah gadang).
- Umbun puruak pagangan kunci (aluang bunian)
- Pusek jalo pumpunan ikan.
- Sumarak dalam kampuang (hiasan dalam nagari).
- Kok iduik tampek baniek, kok mati tampek banasa.
- Ka unduang-unduang ka Madinah, ka payuang panji ka sarugo
- Ka pai tampek batanyo, ka pulang tampek babarito.
“Di zaman modern ini, keadaan fisik dapat ditambah dan dikurangi dengan berbagai obat dan operasi plastic, tetapi keindahan pribadi tidak dapat ditambah atau dikurangi. Sehingga kecantikan fisik jika tak disertai dengan akhlak yang terpuji maka kecantikan itu akan menjadi kerabang saja, seperti orang memakai topeng,” kata Raudha Thaib.
Saat sesi diskusi, peserta dengan semangat mengacungkan tangan ingin bertanya. Moderator Linda Oktavianti yang merupakan owner Pusat Bimbingan Belajar (Bimbel) Fokus Bandung itu, dengan sigap memandu mereka satu persatu. Dimulai dari Bunda Refan, Wakil Ketua BKOW Elly Ditra dan beberapa peserta lainnya hingga Ketum BKOW Dianita Maulin Vasko yang bertanya tentang tata cara bersikap pemimpin muda seperti dirinya menjadi Ketum BKOW Sumbar dengan anggota BKOW banyak yang lebih senior darinya, baik dari pengalaman organisasi maupun usianya.
Sedangkan narasumber ketiga, Fadhli Junaidi dengan topik Kebijakan Pemerintah Daerah Sumbar dalam Pelestarian Budaya Minangkabau kepada Generasi Muda. Menurutnya, strategi pelestarian budaya Minang itu dilakukan dengan penguatan pendidikan dan internalisasi nilai budaya, peran perempuan dalam pewarisan budaya, pemanfaatan teknologi digital, pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya dan kolaborassi multi pihak.
“Kita berharap, perempuan menjadi garda terdepan dalam mendidik generasi masa depan. Selanjutnya generasi muda hendaknya mampu menyeimbangkan modernitass dengan jati diri Minangkabau,” katanya. (devi)
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News Khazminang.id. Klik tanda bintang untuk mengikuti.