Oleh : Ruslan Ismail Mage*)
Rumah adat Minangkabau, atau yang biasa dikenal dengan nama Rumah Gadang, memiliki ciri khas berupa atap yang melengkung, seperti tanduk kerbau dengan ukiran yang indah. Dari berbagai literatur disebut sebagai salah satu rumah adat paling ikonik di Indonesia. Setiap elemen dalam desain Rumah Gadang mencerminkan kehidupan masyarakat Minangkabau yang sangat erat dengan tradisi dan adat kepercayaan.
Itulah kenapa Rumah Gadang menjadi simbol kebudayaan yang kaya akan filosofi dan nilai-nilai tradisi. Karena itu, dengan segala keunikannya Rumah Gadang tetap menjadi lambang kejayaan dan kebanggaan masyarakat Sumatera Barat hingga saat ini. Menjadi salah satu landmark dan icon dalam taman kebangsaan, karena fungsinya sebagai “pemersatu” kekerabatan yang memberikan makna persatuan bangsa.
Rumah Gadang tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal tetapi juga memiliki makna sosial dan budaya yang sangat kuat dalam masyarakat Minangkabau. Walaupun bukan lembaga pendidikan, Rumah Gadang tetap menjalankan fungsi sebagai tempat pembelajaran awal nilai-nilai sosial, adat, dan agama bagi anak. Bahkan sebagai tempat proses pembelajaran dalam mempersiapkan kemenakan laki-laki sebagai pemimpin yang dilakukan oleh Mamak dan mempersiapkan anak perempuan untuk menjadi ibu rumah tangga yang dilakukan oleh Ibu.
Tahap pengasuhan berikutnya memasuki usia sekolah, anak-anak diarahkan masuk surau. Suatu rumah ibadah yang biasanya digunakan untuk sholat. Keberadaan surau ini tidak terlalu jauh dari Rumah Gadang. Dari surau inilah proses pembelajaran lebih serius dimulai. Itulah sebabnya surau adalah lembaga pendidikan pertama dan tertua di Minangkabau, memiliki beragam fungsi, tidak hanya sebagai tempat ibadah dan mengaji, tetapi juga sebagai pusat pendidikan, berbagai pelatihan, tempat musyawarah, dan pelestarian adat dan budaya. Surau menjadi tempat belajar agama, ilmu umum, dan tempat berkumpulnya pemuda untuk berbagai kegiatan.
Selesai belajar agama dan mengaji di dalam surau, para anak kemenakan dari suatu kaum dididik oleh mamaknya (saudara laki-laki ibu), baik pengetahuan agama, pengetahuan umum, pemahaman adat dan budaya, pendidikan bathin atau spiritual maupun pendidikan duniawi, hingga beladiri silek (silat).
Dari pola pengasuhan kolaborasi Rumah Gadang dan surau ini bisa dikatakan bahwa pendidikan karakter sudah dilakukan di Minangkabau bahkan sebelum kemerdekaan. Bisa dikatakan surau di Minangkabau adalah tempat pertama pendidikan karakter anak. Pembentukan kepribadian dan pembekalan pengetahuan sosial, intelektual serta spiritual yang dilakukan di surau itu telah menjadi dasar pengembangan maupun penguatan karakter serta kapasitas diri anak era itu.
Dengan perpaduan dasar-dasar kepribadian dan karakter kuat yang didapatkan di surau ditambah dengan pengalaman dan pengetahuan umum yang didapatkan di pengembaraannya di hampir semua wilayah Nusantara, tidaklah mengherankan kalau banyak orang Minang akhirnya menjadi tokoh-tokoh besar di berbagai bidang. Baik sebagai saudagar, ulama, bahkan sebagai tokoh- tokoh besar bangsa yang ikut memberikan kontribusi dalam perjalanan menuju kemerdakaan bangsanya. Begitulah tokoh-tokoh besar bangsa yang lahir di Minangkabau, dari Rumah Gadang menuju surau untuk Indonesia dan dunia.
*)Akademisi, inspirator, dan penulis buku “Generasi Emas Minangkabau”
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News Khazminang.id. Klik tanda bintang untuk mengikuti.