Padang – Diskusi publik dalam rangka penulisan ulang sejarah Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan RI, Kamis (31/07/2025) di Hotel UNP, mendapat kritik dari sejumpah peserta yang hadir. Di antaranya kritik berupa masukan untuk penyempurnaan buku disampaikan wartawan senior yang juga penulis buku Hasril Chaniago dan urang awak yang menjadi Dosen Universitas Leiden, Dr. Suryadi.
Kementerian Kebudayaan RI menggandeng 34 perguruan tinggi dalam penulisan ulang sejarah Indonesia itu, termasuk Universitas Negeri Padang (UNP) dan Universitas Andalas (Unand). Di antara peserta yang hadir termasuk para sejarawan, dosen sejarah, guru sejarah, mahasiswa jurusan sejarah, peminat sejarah dan unsur pers anggota PWI Sumbar.
Hasril Chaniago menyorot sejarah Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada buku jilid 8. Meski penulis sejarah menyatakan PRRI bukan pemberontakan tetapi upaya anak bangsa dalam mempertahankan NKRI, namun tulisan itu belum komprehenshif disajikan sehingga tidak membuat terang dan jelas tentang sejarah PRRI tersebut.
“Penulis harus meneliti dan menggali lebih dalam lagi sehingga mendapatkan esensi dari PRRI itu. Jangan terburu-buru dan dipaksakan untuk peluncuran buku sejarah itu pada HUT RI mendatang,” katanya.
Namun penulis jilid 8 beralasan pembatasan halaman buku sejarah untuk setiap porsi persitiwa itu menghukum mereka, sehingga belum maksimal menggali sejarah PRRI. Selain itu, PRRI dianggap sebagai masalah kedaerahan.
Penyusunan buku sejarah Indonesia itu dikerjakan oleh 112 penulis yang berlatar belakang arkeolog, sejarawan, ahli epigraf, filolog, ahli geografi, akademisi dan peneliti lintas bidang ilmu humaniora dan ilmu sosial dari 34 peguruan tinggi se-Indonesia dan 8 lembaga/organisasi non perguruan tinggi yang juga mencerminkan keterwakilan wilayah dan gender.
Buku tersebut dibagi menjadi 10 jilid dan masing-masing jilid ditulis oleh sebuah tim. Para penulis yang ambil bagian terdapat 9 pakar sejarah asal Sumbar, diantaranya Prof Dr. Gusti Asnan, Prof.Dr. Nopriyasman dan Dr. Isra MHum. Dari UNP juga ikut berkontribusi aktif dalam penulisan Zul Asri, M.Hum dan Prof. Dr. Erniwati, SS., M.Hum.

Secara rinci, masing-masing topik yang dibahas adalah :
Jilid 1 : Akar Peradaban Nusantara.
Menyajikan fondasi ekologis, antropologis, dan kultural dari sejarah panjang kawasan Nusantara sebelum terjadinya perjumpaan budaya (cultural encounter) dengan pusat peradaban dunia.
Jilid 2 : Nusantara dalam Jaringan Global: Perjumpaan Budaya dengan India, Tiongkok dan Persia.
Pembahasan difokuskan pada penciptaan peradaban yang berlangsung seiring dengan persilangan budaya dengan pusat-pusat peradaban tersebut. Dalam hal ini, Hindu-Buddha menjadi agama dominan, dan sekaligus tampil dengan pranata peradaban semisal aksara, penanggalan, konsep kekuasaan, dan nilai-nilai religius yang terinternalisasi dalam struktur pemerintahan kerajaan-kerajaan berbasis agama tersebut.
Jilid 3 : Nusantara dalam Jaringan Global: Asia Barat.
Jilid 3 sebagai ekstensi dari proses historis serupa yang dibahas jilid sebelumnya. Jaringan perdagangan maritim berperan sangat sentral, yang membawa kepulauan Nusantara sejak abad ke-7 menjadi simpul utama dalam arus perpindahan orang dan barang (khususnya rempah-rempah) dari Timur Tengah ke “negeri di bawah angin” dan sebaliknya dengan melintasi Samudra Hindia.
Jilid 4 : Interaksi Awal dengan Barat: Kompetisi dan Aliansi.
Jilid 4 menarasikan awal interaksi Nusantara dengan dunia Barat yang ditandai masuknya Eropa ke dalam jaringan perdagangan di Nusantara, mulai dari Portugis dan Spanyol, disusul Belanda yang sejak 1602 hadir sebagai maskapai dagang VOC, dan bangsa-bangsa Barat lain.
Jilid 5 : Masyarakat Indonesia dan Terbentuknya Negara Kolonial (tahun 1800-1900).
Pembahasannya, ketika pemerintah Belanda hadir dengan perangkat kekuasaan penuh sebagai negara kolonial berikut imajinasi kesatuan wilayah Hindia Belanda.
Jilid 6 : Pergerakan Kebangsaan (tahun 1900-1945).
Pada jilid 6, mereka yang disebut kaum intelegensia bangkit dengan kesadaran baru kebangsaan di tengah pertumbuhan kota kolonial, kemajuan pendidikan, dan meluasnya media massa. Beragam organisasi pergerakan, baik berbasis ideologi, agama dan etnis, maupun pemuda dan perempuan, tumbuh dan berkembang, menyuarakan aspirasi kemerdekaan dan keadilan.
Jilid 7 : Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan (tahun 1945-1949).
Masa ini adalah fase krusial perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari 1945 hingga akhir 1949 melalui jalur diplomasi, pertempuran bersenjata, dan konsolidasi pemerintahan.
Jilid 8 : Konsolidasi Negara Bangsa: Konflik, Integrasi, dan Kepemimpinan Internasional (tahun 1950-1965).
Bagian ini mengkaji konsolidasi negara-bangsa Indonesia pasca-perang kemerdekaan, suatu periode penting yang ditandai oleh pergulatan untuk membangun tata negara merdeka di tengah dinamika internal dan geopolitik global yang berubah.
Jilid 9 : Pembangunan dan Stabilitas Nasional Era Orde Baru (tahun 1967-1998).
Membahas era kepemimpinan Presiden Suharto yang menamainya sebagai pemerintahan Orde Baru, periode konsolidasi kekuasaan negara yang ditandai pembangunan ekonomi, modernisasi kelembagaan, dan stabilitas politik.
Jilid 10: Dari Reformasi ke Konsolidasi Demokrasi (tahun 1998–2024).
Membahas masa reformasi Indonesia pasca-1998 menyusul berakhirnya pemerintahan Orde Baru, yang ditandai bergulirnya demokratisasi dan desentralisasi kekuasaan. Periode ini memuat dinamika reformasi politik, konsolidasi demokrasi, perubahan konstitusi, pemilu multipartai, serta penguatan peran masyarakat sipil. (devi)
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News Khazminang.id. Klik tanda bintang untuk mengikuti.






