Pagi itu, ketika rombongan para jurnalis, fotografer dan blogger tiba di lokasi kegiatan, Yarni terlihat ikut menyambut dan mempersilakan rombongan untuk duduk. Selanjutnya dia bergegas menghampiri rekannya sesama ibu-ibu, Yona Hertati namanya. Yona yang ditanya langsung mengangguk seraya tersenyum sambil mengacungkan jempol. Dia pun tersenyum dan kembali berjalan ke sudut lainnya menghampiri ibu-ibu yang berkumpul di sana.
Nama lengkapnya Rusyarni, warga Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok. Yarni adalah salah satu pengurus Kampung Berseri Astra (KBA) Jorong Tabek. Dia juga mengemban amanah sebagai Ketua Zona 5 KBA Tabek dan tugasnya adalah mengkoordinasikan berbagai informasi yang disampaikan Ketua KBA Tabek kepada warga Zona 5.
“Untuk memudahkan komunikasi dan berbagi informasi antar warga di KBA Tabek, maka lokasi rumah tinggal warga dibagi dalam 11 zona. Rumah saya termasuk Zona 5, sedangkan Yona berada di Zona 10,” jelas Yarni didampingi Yona di tengah aktivitasnya, Minggu siang (03/08/2025).
Pembagian zona itu sangat efektif, lanjut ibu 2 orang anak ini. Misalnya untuk pemberitahuan jadwal gotong rotong maupun pelaksanaan kegiatan seperti ini. Ketua KBA Tabek cukup memberitahukan ke masing-masing ketua zona, nanti ketua zona yang akan menyampaikan ke warga di zonanya masing-masing sekaligus mempersiapkan berbagai keperluan untuk suksesnya kegiatan hari ini.
Rombongan para jurnalis, fotografer dan blogger yang berjumlah sekitar 50 orang itu, datang berkunjung untuk melihat dari dekat kemajuan yang dicapai Jorong Tabek dalam rangkaian kegiatan bertajuk “Anugrah Pewarta Astra 2025”. Sebab sebelumnya Jorong Tabek dikenal sebagai jorong miskin, tidak ada air bersih, tidak ada listrik dan tidak punya akses ekonomi. Tapi kondisi terkini sudah berbalik, Tabek dikenal luas seantero negeri sebagai kampung yang mandiri dengan pembangunannya yang bikin tercengang.
Betapa tidak. Kampung yang tersuruk itu memiliki program pembangunan yang luar biasa. Punya rumah baca bagi anak-anak dan juga warga yang diberi nama “Rumah Pintar” dengan ribuan koleksi buku. Punya Koperasi Serba Usaha dan Ekonomi Desa (KSU ED) Tabek dengan unit usaha di bidang simpan pinjam, penggemukan sapi, pelaminan dan gilingan tebu.
Ada pula Usaha Gula Semut dengan pemasaran hingga ke ibukota Jakarta, adabank sampah untuk meminimalisir potensi sampah rumah tangga, kolam ikan yang juga sebagai tempat berkumpul warga, dan bermacam industri rumah tangga lainnya.
“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur. Berkat Astra, kami bisa seperti sekarang ini,” ucap wanita kelahiran 8 Agustus 1972 ini dengan sumringah sambil menoleh ke arah Yona. Tersirat kebahagiaan yang tiada tara dari sorot mata kedua perempuan hebat ini.
Jorong Tabek adalah salah satu daerah binaan PT Astra International Tbk melalui program Kampung Berseri Astra (KBA), yaitu program pengembangan masyarakat berbasis komunitas yang diinisiasi Astra. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui integrasi empat pilar program, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan dalam satu wilayah kampung.
Para jurnalis, fotografer dan blogger sebelumnya sudah mendapat sedikit informasi dari Penggerak KBA Tabek, Kasri Sastra didampingi Wali Jorong Tabek, Yasrul. Kepada para tamunya, Kasri menjelaskan, jika dulu tak ada yang bisa dibanggakan dari kampungnya. Satu-satunya kebanggaan mereka adalah semangat gotong royong dan tak pantang menyerah. Tetap berjuang untuk mendapatkan pendidikan, pelayanan kesehatan maupun perbaikan kehidupan secara ekonomi.
“Meski Jorong Tabek ketika itu tidak memiliki potensi apa pun yang dapat dibanggakan, tetapi kami punya semangat gotong royong untuk keluar dari kemiskinan, ingin bangkit memperbaiki taraf hidup keluarga dan anak-anak kami di masa depan,” tegasnya.
Tak hanya Yarni dan Yona, perempuan-perempuan yang terlibat menyambut peserta “Anugrah Pewarta Astra 2025”. Dari sekitar 200 panitia, sebagian besarnya adalah kaum ibu. Bahkan saat Tari Pasambahan disuguhkan oleh para penari cilik hingga penampilan Tari Piring kreasi, musik pendukung tari langsung dimainkan oleh para perempuan hebat ini. Mereka dengan lincah memainkan alat musik khas Minangkabau yaitu talempong dan rebana dengan sangat apik. Sungguh mempesona.
“Seni budaya juga kita kembangkan. Anak-anak yang tampil menari itu adalah binaan sanggar kita di sini. Para kanak-kanak bersama kaum ibu turut menjadi pelestari seni tradisi,” ucap Kasri.
Kaum perempuan Jorong Tarok terlibat aktif dalam kegiatan pembangunan kampung. Â Dan ternyata para suami memberikan dukungan penuh untuk aktivitas istri-istri mereka dalam berbagai kegiatan di kampung itu. Hal ini pula agaknya yang menjadi salah satu kekuatan bagi Jorong Tarok berkembang hingga saat ini.
“Sifat gotong royong itu tak hanya untuk pekerjaan bersih-bersih, tetapi juga ditunjukkan para suami dengan memberikan izin dan dukungan kepada istri mereka aktif di KBA,” jelas Kasri.
Mereka adalah perempuan berdaya yang menyadari potensi diri, mampu mengaktualisasikan diri, dan berkontribusi positif bagi keluarga dan masyarakat. Ini bukan sekedar tentang posisi atau jabatan, tetapi tentang memiliki kesadaran dan kemampuan untuk mengambil keputusan serta bertindak dalam berbagai aspek kehidupan.
Padahal, dulu mereka hanya ibu rumah tangga biasa yang melulu mengurus rumah dan keperluan anak-anak serta suami. Kesulitan hidup membuat mereka pasrah pada nasib dan bergantung sepenuhnya pada suami. Jika memiliki lahan pertanian maka mereka bergantung pada hasil kebun. Tak pernah terpikir untuk aktif berorganisasi di KBA Tarok. Astra mengajarkan mereka banyak hal.
“Saya juga berdagang di sekitar kolam ikan jika kolam dibuka untuk umum. Sesuai jadwal, kolam ikan dibuka untuk umum setiap Hari Kamis. Otomatis saat itu bakal banyak orang datang untuk memancing. Jadi saya berjualan aneka makanan dan minuman,” jelas Yarni.
Sang suami yang bekerja sebaga buruh tani, kata ibu 2 orang anak ini, tak pernah marah apalagi melarang aktivitasnya yang lumayan padat di luar rumah. Justru sang suami memberikan dukungan kepadanya apalagi ketika kedua anaknya sudah dewasa. Si sulung sudah tamat kuliah dan si bungsu juga sudah kuliah dan memiliki kesibukan sendiri.
“Selalu ada kegiatan saya setiap hari. Jika diingat waktu dulu, tak pernah terbayang bisa aktif di organisasi tingkat kampung seperti sekarang. Jika tidak berdagang di kolam ikan, saya akan mengolah kebun dengan menanam bawang. Lahannya tidak luas, sekitar 10×10 meter. Dalam waktu 65 hari, bawang sudah bisa dipanen,” katanya.
Perempuan berdaya dari Tabek lainnya adalah Gusti Rosita Murni. Dia tercatat sebagai pengurus KBA Tabek dan aktif sejak pertama kali KBA dibentuk tahun 2016. Ibu 2 orang anak yang tinggal di Zona 2 ini, memiliki anak berkebutuhan khusus. Tetapi hal itu bukan halangan baginya untuk aktif dalam kegiatan KBA Tarok, termasuk ikut bergotong royong membersihkan jalan kampung, membersihkan kolam ikan maupun kegiatan lainnya.
“Gotong royong itu rutin dilaksanakan sekali sepekan. Kesibukan lainnya, saya mengajar di MDA TPQ Ibtigha Mardatillah, tak jauh dari rumah,” ucap ibu dari Annisa dan Nafisa ini.
Gusti juga mendapat dukungan penuh dari suami yang bekerja sebagai tukang kayu. Sang putri yang menyandang disabilitas juga selalu dibawanya dalam setiap aktivitasnya. Gusti tak pernah menyembunyikan kondisi anaknya yang lumpuh. Sama seperti anak-anak lainnya, sang putri juga butuh bersosialisasi dengan dunia luar. Dengan sabar dia mengajak ajaknya berbaur dengan masyarakat dan terlibat dalam kegiatan yang dilakukannya.
Kadang sang anak juga tak mau duduk manis di kursi dan ingin bermain dengan teman-teman sebayanya. Namun perempuan kelahiran 29 Agustus 1988 itu khawatir jika dibiarkan ikut bermain, putrinya bisa terinjak tanpa sengaja oleh anak lain, sebab anaknya suka ngesot untuk mengimbangi kawan-kawannya yang berlarian.
“Usianya masih 10 tahun. Dia sangat aktif untuk bermain bersama teman-temannya. Tapi saya khawatir dia terinjak-injak karena dia suka ngesot jika ikut bermain bersama kawan-kawannya,” ucap Gusti.
Saat bicara tentang Astra, langsung mata Gusti berkaca-kaca. Dia merasakan betul manfaat kehadiran Astra di kampungnya. Sang putri sulung yang saat ini masih sekolah di madrasah setara SMP tercatat sebagai penerima beasiswa Astra.
“Berkah dari Astra tak ternilai untuk saya dan keluarga. Tak sekedar bantuan bersifat materil, tetapi juga ilmu yang diberikan kepada kami. Salah satunya memanfaatkan pekarangan dengan tanaman obat,” ucapnya.
Saat ini, perempuan perempuan kelahiran 29 Agustus 1988 ini tengah mengajukan permohonan kepada Astra agar putrinya yang menyandang disabilitas dibantu kursi roda. (devi)
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News Khazminang.id. Klik tanda bintang untuk mengikuti.