Scroll untuk baca artikel
Banner Harian Khazanah
Opini

Orang Minang Manusia Pembelajar

×

Orang Minang Manusia Pembelajar

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ruslan Ismail Mage *)

Hasil atau output dari falsafah “Alam Takambang Menjadi Guru” sebagai produk kearifan lokal Minangkabau adalah terciptanya “Pembelajaran sepanjang hayat”. Inilah falsafah hidup termahal yang diwariskan Bumi Minangkabau kepada dunia. Suatu falsafah yang menekankan pentingnya proses belajar terus-menerus tanpa berhenti, proses belajar berkelanjutan sepanjang hidup.

Iklan
Scroll Untuk Baca Artikel

Dikatakan warisan termahal karena tidak lekang oleh waktu, tak lapuk dek hujan tak lekang dek panas, dan berlaku secara universal. Sangat relevan di era globalisasi dan kemajuan teknologi, di mana individu perlu terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan yang cepat.

Kalau bisa dijabarkan ke dalam sistem pendidikan, inilah sistem pendidikan terhebat sepanjang masa yang bisa melahirkan manusia paripurna. Dengan terus belajar tanpa henti dapat meningkatkan kualitas diri, beradaptasi dengan perubahan, dan berkontribusi terciptanya masyarakat berpengetahuan dalam membangun peradaban.

Agama Islam menganjurkan, “Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat.” Memerintahkan menuntut ilmu dimulai dari dilahirkan sampai akhir hayat. Siapa melaksanakan sesungguhnya telah membangun jembatan menuju taman-taman surgawi, sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).

Baca Juga:  Membangun Generasi Emas (Insan Kamil)

Betapa mulianya warisan Bumi Minangkabau, “Alam Takambang Menjadi Guru” yang kemudian dijabarkan dalam konsep pendidikan pembelajaran sepanjang hayat. Dalam konteks tulisan ini, falsafah “Alam Takambang Jadi Guru” secara gemilang telah melahirkan “Manusia Pembelajar”. Manusia yang secara terus-menerus mengembangkan diri melalui proses belajar sepanjang hayat. Tidak hanya belajar di lingkungan formal, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, dan selalu mencari pengetahuan baru serta meningkatkan pemahaman mereka tentang dunia di sekitar.

Buku yang ditulis Ruslan Ismail Mage, judul Generasi Emas Pemikir Gadang Minang.

Inilah dahsyat falsafah  “Alam Takambang Jadi Guru”. Tidak hanya melahirkan manusia belajar tetapi manusia pembelajar. Kedua kelompok manusia ini punya dikotomi harga yang berbeda. Manusia belajar adalah hanya fokus belajar di lingkungan pendidikan formal. Dibatasi ruang kelas dan waktu belajar. Selesai jam belajar di sekolah selesai juga proses belajarnya, keluar kelas berarti berhenti pula belajarnya.

Sementara manusia pembelajar tidak pernah berhenti belajar. Keluar dari lingkungan sekolah langsung belajar kepada kehidupan dan menjadikan alam sebagai gurunya. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan di setiap langkahnya menjadi bahan renungan untuk dipelajari, menjadi bahan pertanyaan untuk dirumuskan jawabannya. Inilah yang dimaksud Ki Hajar Dewantara, “Semua tempat adalah sekolah, dan semua orang adalah guru”.

Baca Juga:  Entrepreneurial Spirit dan Demokrasi Ekonom

Manusia pembelajar level tinggi sudah memiliki kematangan jiwa dan intelektual, ia menghargai jiwa bukan fisik, melayani jiwa bukan atribut di tubuh. Dalam kondisi apa pun dan di mana pun berada selalu menempatkan dirinya sebagai “murid” kepada siapapun yang ditemui. Jika bertemu dengan pemulung sampah ia memposisikan dirinya sebagai murid, karena pemulung sampah lebih pintar cara memilih dan memilah sampah. Jika bertemu tukang becak ia menempatkan dirinya sebagai murid, karena tukang becak jauh lebih pintar mengayun becak dibanding dirinya. Inilah ciri dan karakter manusia paripurna yang menjadikan semua ciptaan Tuhan di alam adalah gurunya

Produk nyata dari falsafah, “Alam Takambang Menjadi Guru” adalah melahirkan generasi emas Minangkabau. Puluhan atau ratusan manusia pembelajar yang menjelma menjadi tokoh besar bangsa, yang pikirannya bukan hanya mampu mendesain kemerdekaan bangsanya, tetapi gagasan-gagasannya juga mampu menggoncangkan dunia. (**)

*) Akademisi, dan penulis buku “Generasi Emas Minangkabau”

Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News Khazminang.id. Klik tanda bintang untuk mengikuti.

Baca Juga:  Dampak Global Proteksionisme Trump: Ancaman bagi Stabilitas Ekonomi Dunia