Oleh : Nuswirsyah (Iwin SB)- khazminang.id (Khazanah)
Bukittinggi, khazminang.id- Lembaga Inovasi Energi Teknologi Nusantara (LIENTERA), PT Radian Teknologi Global (RTG) dan Pamerindo Indonesia mengadakan Pelatihan Media bertajuk “Energi Bersih – Potensi, Bisnis Proses dan Outlook” secara daring selama dua hari pada Sabtu-Minggu (28-29/6/2025).
Dalam pelatihan ini, para ahli di bidangnya masing-masing memaparkan materinya kepada puluhan peserta yang terdiri wartawan dari seluruh daerah di Indonesia, guna menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Pentahelix Energi Baru Terbarukan (EBT) merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan, yaitu Pemerintah, Bisnis, Komunitas/Organisasi, Akademisi dan Media. Maka Lientera menggandeng seluruh yang terkait dikemas dalam pelatihan media tahun 2025, media training ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya dan pelatihan media ini adalah yang keenam kalinya.
Pada media training 2025 hari pertama, Sabtu (28/6/2025), para narasumber memaparkan materinya, masing-masing, yaitu, Yoga Marantika (Koordinator Kelompok Kerja Hukum, Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral), Sugeng Riyono (Ketua National Centre for Sustainability Reporting/NSCR), Eduardus Pandik (Country Director, Green Roof Asia), Pradygdha Kumayan Jati (Program Manager Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan/IBEKA), dan Hans Zwingly (Project Team Leader PT PLN Enjiniring).
Begitu juga di hari kedua, Minggu (29/6/2025), para narasumber memaparkan materinya masing-masing, yaitu, Suparman (Anggota Dewan Pakar Kelompok Pengembangan Energi Nuklir-HIMNI), Riza G. Pasikki (Jakarta Drilling Society), Dadan Suhendar (Wakil Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Energi Angin-AEAI), Evy Susanty (Pasar Trainer) dan Moshe Rizal (Ketua Pembina Lientera).
Terlihat di daftar zoom, peserta sangat antusias dan tetap bertahan sampai akhir pelatihan. Dan juga peserta saling bertanya kepada narasumber, guna memberi daya tarik untuk peserta, diadakan quiz, dan masing-masing peserta pelatihan berebut kecepatan untuk menjawab pertanyaan pada quiz di hari pertama dan hari kedua.
Diketahui Lientera adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk menciptakan solusi inovasi teknologi di bidang energi, lingkungan, dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Lientera berfokus pada pengembangan teknologi yang dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, mengatasi masalah limbah, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Adapun tujuan utama Lientera, yaitu, Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca, Penanganan Limbah, Pembangunan Berkelanjutan, Perdagangan Karbon, Inovasi Teknologi, Kolaborasi, Pemanfaatan Potensi Lokal. Sedangkan Tantangan dan Peluang, adalah Target NDC, Pemanfaatan Teknologi dan Keterlibatan Industri.
Pada sambutan pembukaan, Moshe Rizal, Ketua Pembina Lientera juga sebagai Pendiri dan Direktur Operasi PT Radian Teknologi Global (RTG), menyampaikan, suatu lembaga iptek yang mempunyai tujuan sebagai rekan kerja Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan dalam menciptakan solusi melalui inovasi teknologi dengan tujuan membantu negara Indonesia, mengurangi emisi gas rumah kaca, penanganan masalah limbah ada cair dan gas, guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan mengedepankan lingkungan hidup dan hijau.
Bekerjasama dengan berbagai instansi dan organisasi, program kami yang sedang dan telah berjalan meliputi sirkular ekonomi, penanggulangan sampah di daerah-daerah. Melalui pelatihan media ini, kami juga memberikan pemahaman bagi media terkait industri berkelanjutan.
Tahun ini khususnya mengenai energi bersih, sehingga dengan adanya pemahaman dasar yang dibawakan oleh profesional-profesional di bidangnya bisa meningkatkan kualitas lebih tinggi lagi, artikel, pemberitaan, pembahasan terkait industri ke masyarakat luas, sehingga bisa lebih tajam, akurat dan aktual. Semoga tercapai tujuan pelatihan ini dan bermanfaat bagi rekan-rekan media semuanya di seluruh penjuru Indonesia, ucap Moshe Rizal.
Selanjutnya Ketua Dewan Pers, Prof.Komaruddin Hidayat diwakili oleh Wakil Ketua Dewan Pers, Totok Suryanto, dalam sambutannya menguraikan “Perubahan iklim dan transisi energi.” Konteks global dan nasional, yaitu, 1. Transisi menuju net-zero emission 2050-2060, 2. Komitmen Indonesia dalam Paris Agreement, 3. Potensi energi terbarukan Indonesia sangat besar.
Potensi bisnis energi bersih, yaitu, 1.Energi surya, seperti PLTS atap untuk rumah tangga dan industri yang mulai berkembang, 2.Panas bumi Indonesia cadangan terbesar kedua di dunia, 3.Bioenergi dan hidro untuk pelistrikan desa, 4.Kendaraan listrik dan ekosistem baterai electric vehicle (EV), dan 5.Peluang karbon kredit dan greenbound.
Tantangannya adalah 1.Regulasi pembiayaan infrastruktur sumber daya manusia (SDM), 2.Penerapan strategi kolaborasi public dan private, insentif fiskal, 3.Dukungan inovasi dan start-up energi lokal. Maka dari itu strategi yang harus dilibatkan meliputi • Kolaborasi antara Pemerintah dan sektor swasta, • Dukungan terhadap startup dan inovasi energi terbarukan, • Peningkatan SDM melalui pendidikan dan Mission pelatihan hijau, • Penyesuaian regulasi untuk mendukung skema green investment.
Outlook masa depan dan energi bersih adalah 1. Energi terbarukan akan menjadi kebutuhan yang sangat besar, 2. Teknologi masa depan termasuk AI akan sangat diperlukan, 3. Indonesia bisa menjadi pemimpin energi bersih di Asia, ungkap Totok Suryanto.

Paparan Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng., IPU., Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang disampaikan Yoga Marantika (Koordinator Kelompok Kerja Hukum, Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral), menjelaskan tentang Transisi energi untuk mendukung Asta Cita dan Ketahanan Energi Nasional. “Swasembada Energi” ASTA CITA #2: : “Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.”
Parameter 4A Dalam Ketahanan Energi, Indeks Ketahanan Energi Indonesia (2023): 6.64/10, yaitu ;
Ø AVAILABILITY (Ketersediaan Energi). Skor (2023): 6.33
Ketersediaan sumber energi dan energi domestik maupun luar negeri. Meliputi pertimbangan cadangan dan produktivitas energi nasional, impor energi dan tingkat pemenuhan dalam negeri.
Ø ACCESSIBILITY (Akses Energi). Skor (2023): 7.19
Kemampuan untuk mengakses sumber energi, infrastruktur dalam penyediaan dan layanan energi, termasuk mengatasi tantangan geografis dan geopolitik.
Ø AFFORDABILITY (Keterjangkauan). Skor (2023): 6.79
Keterjangkauan biaya investasi energi, mulai dari biaya eksplorasi, produksi, distribusi, kebijakan subsidi, dan keterjangkauan konsumen terhadap harga energi.
Ø ACCEPTABILITY (Ramah Lingkungan). Skor (2023): 6.26
Penggunaan energi yang peduli lingkungan, termasuk penerimaan masyarakat. Meliputi bauran dan diversifikasi energi baru terbarukan (EBT), penurunan intensitas energi dan emisi karbon sektor energi.
Program pengembangan pembangkit EBT dalam RUPTL PLN 2025-2034 dan benefitnya untuk ekonomi nasional
TOTAL
NASIONAL |
Pembangkit
42.569 MW |
2025-2029
12.170 MW
|
2030-2034
30.398 MW |
Storage
10.256 MW |
2025-2029
3.027 MW
|
2030-2034
7.229 MW |
Komitmen Nasional dalam penurunan emisi GRK sektor energi;
Indonesia memiliki komitmen untuk menurunkan emisi GRK sesuai dengan Enhanced NDC. Sektor energi ditargetkan untuk menurunkan emisi GRK sebesar 358 juta ton CO2. Kontribusi terbesar berasal dari program Energi Terbarukan (51%) dan Efisiensi Energi (37%).
Tantangan Transisi Energi;
- Infrastruktur Transmisi
Diperlukan investasi dalam pembangunan jaringan transmisi dan distribusi yang dapat menghubungkan sumber-sumber energi terbarukan dengan pusat-pusat konsumsi
- Regulasi
Saat ini Kementerian ESDM terus berupaya meningkatkan iklim investasi melalui regulasi yang memadai antara lain Peraturan Menteri ESDM yang baru saja diterbitkan yaitu Permen ESDM No 5 Tahun 2025 tentang Pedoman Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik Pembangkit Energi Terbarukan. Diperlukan dukungan penyelesaian RUU EBET
- Keekonomian dan Pendanaan
Biaya investasi awal dalam proyek EBET cenderung tinggi namun pendanaan yang terbatas serta di beberapa proyek memiliki Tingkat risiko yang tinggi. Diperlukan investasi EBET s.d. tahun 2034 diperkirakan sebesar 90 miliar USD
- Kesiapan Industri Dalam Negeri
Pengembangan industri lokal dalam memproduksi peralatan dan komponen EBT masih terbatas. Diperlukan realisasi pertumbuhan industri dalam negeri untuk pengembangan EBET (a.l. industri modul surya, turbin angin, turbin geothermal). Diperlukan peningkatan industri pendukung bahan bakar nabati a.l. CPO, methanol, bioethanol, bioavtur (SAF), biogas.
- Sosial Kemasyarakatan
Diperlukan dukungan masyarakat setempat di Lokasi proyek Pembangunan pembangkit EBET, resistensi dari masyarakat terhadap geothermal masih tinggi.
Kolaborasi dalam pelaksanaan transisi energi
Diperlukan dukungan semua pihak dalam transisi energi di Indonesia agar dapat berjalan secara optimal, antara lain;
- BUMN & SWASTA, Melakukan kegiatan usaha/bisnis pembangkitan dan bahan bakar, jasa penunjang, penciptaan lapangan kerja, kontribusi dalam penerimaan negara dan kegiatan ekonomi
- MEDIA, Mengedukasi masyarakat akan pentingnya EBT serta menyebarluaskan program pemerintah kepada masyarakat secara inklusif
- PEMERINTAH, Menyusun kebijakan, peraturan, standar nasional, pembinaan dan pengawasan, serta fasilitator dalam pengembangan program EBT dan konservasi energi
- AKADEMI, Menciptakan inovasi-inovasi di bidang EBT yang langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, meningkatkan SDM yang berkualitas dan mendorong transfer teknologi
- MASYARAKAT & NGO, NGO berperan sebagai penyeimbang dan mitra Pemerintah, memberi advokasi/pendampingan bagi masyarakat, melakukan kampanye positif dan ikut berperan serta aktif dalam pengembangan EBT
Trainer Dr.Sugeng Riyono,M.Phil (Ketua National Centre for Sustainability Reporting/NSCR), menjelaskan tentang Environmental-Social-Governance (ESG): Pengertian, Kriteria dan Strategi Investasi Berkelanjutan.
Mengenai Persetujuan Paris, The First NDC Indonesia, Updated NDC, LTS-LCCR 2050. “Komitmen yang dibuat oleh negara-negara yang telah meratifikasi Persetujuan Paris untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.
Indonesia, Second NDC, LTS-LCCR 2050. Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia untuk mencapai nol emisi karbon sesuai waktu yang ditargetkan.
Trainer Eduardus Pandik (Country Director, Green Roof Asia), memaparkan tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya: Potensi, Inovasi Teknologi, Bisnis Proses, dan Tantangan. Dalam hal ini Peran Media dalam Transisi Energi, yaitu Jembatan informasi untuk publik, Pemerintah, dan pelaku usaha, Membentuk opini publik dan mendorong kesadaran kolektif, Narasi yang dibentuk media dapat mempercepat atau justru menghambat transisi energi dan Media harus menghindari sensationalism dan fokus pada edukasi berbasis data.
Tantangan Utama, Regulasi belum matang, masih sangat dinamis dan fluktuatif, Pertumbuhan supply kuota tahunan belum sebanding dengan pertumbuhan demand dari pasar, Minim insentif untuk pengguna PLTS Atap, Keandalan jaringan yang belum merata, Belum adanya fasilitas pembiayaan untuk PLTS skala kecil.
Kesimpulan dan arah ke depan, Transisi energi bukan hanya tentang teknologi, Media bukan hanya pelapor, tapi pendorong perubahan, Inovasi lahir dari kesadaran dan persepsi yang benar, Dengan dukungan semua pihak, energi bersih bukan mimpi.
Trainer Pradygdha Kumayan Jati (Program Manager Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan/IBEKA) menguraikan, Pembangkit Listrik Tenaga Air (Mini & Micro Hydro) “Energi Bersih – Potensi, Bisnis Proses dan Tantangan”.
Aspek-aspek dalam pengembangan program PLTM (Mini Hydro) dan PLTMH (Micro Hydro), yaitu ;
- Kebijakan Pemerintah pada PLTM dan PLTMH
- Sumber Daya Alam (hutan, air)
- Sumber Daya Manusia
- Teknologi
Pembangkit Listrik Tenaga Air, tantangan-tantangan saat ini:
- Teknis : hidrologi dengan debit aliran semakin fluktuatif, pendangkalan, deforestasi, teknologi dalam negeri terbatas,
- Sosial : resiko sosial masyarakat sekitar
- Lingkungan : biaya relatif sangat besar untuk konservasi lingkungan
Kita sangat membutuhkan energi adalah untuk penerangan, komunikasi, pendidikan, pengembangan ekonomi (industry), kesehatan, sanitasi, peternakan dan pertanian, dan sebagainya.
Mikro Hidro dapat memberikan dampak, antara lain ;
- Sosial: mewajibkan gotong[1]royong & perkuatan sosial masyarakat
- Ekonomi: penyediaan listrik sebagai pendukung ekonomi
- Lingkungan: mewajibkan masyarakat menjaga hutan (sekitar dan di hulu sungai)
Trainer Hans Zwingly (Project Team Leader PT PLN Enjiniring) memaparkan, mengenai Infrastruktur dan Jaringan Transmisi, PLN adalah Perusahaan Utilitas Listrik di Indonesia, 100% dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, dengan 4 subholding dan 7 anak perusahaan. PLN bertanggung jawab untuk mengoperasikan sektor ketenagalistrikan di Indonesia, mulai dari pembangkitan, transmisi, hingga distribusi.
Pentingnya Enjiniring berkualitas tinggi dalam 10 tahapan pengembangan proyek Kelistrikan Indonesia, perencanaan berkualitas tinggi beserta penjadwalan yang tepat sangat penting agar proyek dapat dilaksanakan dan memenuhi persyaratan. PLN telah menetapkan strategi untuk mengembangkan Pusat Keunggulan Enjiniring melalui implementasi program transformasi pada anak usahanya yang berfokus pada Jasa Penyediaan Solusi Enjiniring Terintegrasi sebagai inti bisnis.
Proyek dalam RUPTL 2025 – 2034
Accelerated Renewable Energy Development (ARED) :
Ø Membangun Pembangkit EBT
Ø Membangun Pembangkit Bakar Gas
Ø Membangun Green Super Grid dan Smart Grid
Ø Melakukan co-Firing biomassa
Ø Pemanfaatan energi Baru
Ø Membangun Energy Storage
Ø Smart Grid
Smart Grid adalah : Sistem integrasi listrik cerdas yang menggunakan teknologi digital dan komunikasi untuk mengelola aliran listrik secara efisien, andal, dan berkelanjutan. Smart Grid mengintegrasikan sistem pembangkitan, transmisi, distribusi, dan konsumsi listrik dengan bantuan teknologi informasi dan otomasi.
Karakteristik Smart Grid :
Ø Sistem pengoperasian lebih optimal
Ø Dapat digunakan pada berbagai tipe dan ukuran pembangkitan
Ø Terintegrasi
Di hari kedua pelatihan media “Energi Bersih – Potensi, Bisnis Proses dan Outlook”,
Trainer Dr.Ir.Suparman, Anggota Dewan Pakar Kelompok Pengembangan Energi Nuklir, Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI), menjelaskan tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir – Potensi, Inovasi Teknologi, Bisnis Proses dan Tantangan.
Dikatakannya, Mengapa Indonesia perlu PLTN?
Penyeimbang sistem ketenagalistrikan (base load dan berkapasitas besar)
Berkontribusi untuk mendukung SDGs dan NZE
Ø Teknologi rendah karbon
Ø Menciptakan lapangan kerja
Ø Mendukung pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi
Pemenuhan kebutuhan energi yang besar
Ø Tahun 2040 : 8 – 10 GWe
Mendukung Rencana Implementasi Pembangunan Jangka Panjang
Ø RPJPN 2024 – 2045
Ø RPP Kebijakan Energi Nasional 2024 – 2060
Ø RUKN 2025 – 2035
Program PLTN: tantangan dan penyiapan infrastruktur
Tantangan
Kesiapan Infrastruktur:
- Posisi Nasional:
- Belum ada keputusan Presiden
- Belum dibentuk Organisasi yang akan mengelola implementasi energi nuklir (Nuclear Energy Program Implementing Organization – NEPIO)
– Aspek Manajemen: belum ditunjuknya calon owner/operator
– Aspek Keterlibatan Pemangku Kepentingan: belum dilakukan sosialisasi secara terprogram
– Kebutuhan dana yang cukup besar
Indonesia mempunyai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060,
secara paralel juga berupaya keras untuk mendorong pembangunan ekonomi
agar terhindar dari ‘’jebakan pendapatan menengah’’.
Nuklir telah dimasukkan dalam RPJPN dan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional serta RUPTL Teknologi PLTN telah mencapai kemajuan melalui inovasi untuk meningkatkan keselamatan dan keekonomian
Untuk mencapai target pembangunan PLTN, keputusan posisi nasional untuk pembangunan PLTN segera dibuat melalui:
- Penetapan Kebijakan Energi Nasional
- Pembentukan Organisasi/Tim Nasional untuk pembangunan PLTN
- Sosialisasi ke stakeholder dan masyarakat
Trainer Riza G. Pasikki, Indonesia Geothermal Association, General Secretary (Jakarta Drilling Society), menjelaskan mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, Potensi, Inovasi dan Tantangan.
Trainer Dadan Suhendar (Wakil Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Energi Angin-AEAI), memaparkan Inovasi dan Teknologi PLTB
Tren Teknologi & Inovasi PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu);
- Turbin Skala Besar dan Efisien
Tren Global: Penggunaan turbin berkapasitas besar
>10 MW (untuk offshore), dan 4–6 MW (onshore).
Teknologi kunci:
ü Diameter rotor makin besar (hingga 170 m)
ü Tower lebih tinggi (>120 m) untuk menangkap angin lebih kuat
Manfaat: Efisiensi tinggi, LCOE (biaya listrik) turun
Energi Angin Proporsional terhadap Luas Sapu Rotor.
Energi yang bisa diambil dari angin tergantung pada luas sapuan rotor (swept area), yaitu area lingkaran yang dibentuk oleh baling-baling turbin. Semakin besar diameter (D) maka semakin luas area sapuan (A) Sehingga semakin besar volume angin yang tertangkap semakin besar potensi daya.
- Floating Wind Turbine (PLTB Terapung)
- Hybrid System: Wind + Solar + Battery
- Digitalisasi & Smart Wind Farm
Trainer Evy Susanty (Pasar Trainer), menjelaskan tentang Pendanaan dan Investasi Energi Bersih berbasis ESG
Pembiayaan dan Investasi dalam Energi Terbarukan
– “Apa dan Siapa?”
– “Kapan dan Bagaimana?”
– “Bagaimana?”
Manajemen Risiko – Prinsip
Implementasi manajemen risiko yang efektif sangat penting untuk memastikan pembiayaan energi terbarukan layak dan berkelanjutan
Ketua Pembina Lientera, Moshe Rizal (Ketua Pembina Lientera), memaparkan ENERGY OUTLOOK 2025
Global to Local
Ø Clean Energy Status (Status Energi Bersih)
Rentang Emisi GRK Siklus Hidup untuk Teknologi yang Dinilai
Pembangkit listrik tenaga batu bara menunjukkan skor tertinggi, dengan minimum 751 g CO# eq./kWh (IGCC, AS) dan maksimum 1095 g CO2 eq./kWh (batu bara bubuk, Tiongkok). Dilengkapi dengan fasilitas penangkapan karbon dioksida, dan dengan memperhitungkan penyimpanan CO2, skor ini dapat turun menjadi 147–469 g CO2 eq./kWh (masing-masing).
- Pembangkit listrik siklus gabungan gas alam dapat memancarkan 403–513 g CO2 eq./kWh dari perspektif siklus hidup, dan antara 92 dan 220 g CO2 eq./kWh dengan CCS. Baik model batu bara maupun gas alam memperhitungkan kebocoran metana pada fase ekstraksi dan transportasi (untuk gas); Meskipun demikian, pembakaran langsung mendominasi emisi GRK siklus hidup.
- Tenaga nuklir menunjukkan variabilitas yang lebih rendah karena regionalisasi model yang terbatas, dengan 5,1–6,4 g CO2 eq./kWh, rantai bahan bakar (“front-end”) berkontribusi paling besar terhadap emisi keseluruhan.
- Di sisi energi terbarukan, tenaga air menunjukkan variabilitas paling tinggi, karena emisi sangat spesifik lokasi, berkisar antara 6 hingga 147 g CO2 eq./kWh.
- Karena emisi biogenik dari sedimen yang terakumulasi di waduk sebagian besar tidak diperhitungkan, perlu dicatat bahwa emisi tersebut dapat sangat tinggi di daerah tropis.
- Teknologi surya menghasilkan emisi GRK berkisar antara 27 hingga 122 g CO2 eq./kWh untuk CSP, dan 8,0–83 g CO2 eq./kWh untuk fotovoltaik, yang mana teknologi film tipisnya secara signifikan lebih rendah karbon dibandingkan PV berbasis silikon.
- Kisaran nilai GRK yang lebih tinggi untuk CSP kemungkinan besar tidak pernah tercapai dalam kenyataannya karena membutuhkan iradiasi matahari yang tinggi agar layak secara ekonomi (suatu kondisi yang tidak terpenuhi di Jepang atau Eropa Utara, misalnya).
- Emisi GRK tenaga angin bervariasi antara 7,8 dan 16 g CO2 eq./kWh untuk turbin darat, dan 12 dan 23 g CO2 eq./kWh untuk turbin lepas pantai.
Energy and The Rise of Artificial Intelligence (Energi dan Kebangkitan Kecerdasan Buatan)
Energy and The Rise of Artificial Intelligence
Bagaimana situasi global Energi Hidrogen bersih saat ini?
Namun tak kalah pentingnya, dengan sumber daya dan kemampuan yang terbatas, serta ketidakpastian global, Indonesia harus bijak dalam memilih kebijakan strategis, menyeimbangkan dengan Trilema Energinya:
- Ketahanan Energi
- Keterjangkauan Energi
- Transisi Energi dan urutan di atas selalu penting
Penutup :
Dengan diadakannya pelatihan media ini oleh Lientera, sehingga kami mendapat wawasan ilmu pengetahuan tentang EBT untuk penulisan artikel, pemberitaan, pembahasan terkait industri ke masyarakat luas, sehingga bisa lebih tajam, akurat dan aktual.
Diharapkan kolaborasi Lientera bersama media sebagai bagian dari pentahelix tetap berkelanjutan dan Lientera semakin Menyala, Cemerlang dan Gemilang yang mempunyai tujuan sebagai rekan kerja Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan dalam menciptakan solusi melalui inovasi teknologi dengan tujuan membantu negara Indonesia.
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News Khazminang.id. Klik tanda bintang untuk mengikuti.