Scroll untuk baca artikel
Banner Harian Khazanah
Opini

Makan Bergizi Gratis, Janji Populis yang Bisa Memiskinkan Bangsa

×

Makan Bergizi Gratis, Janji Populis yang Bisa Memiskinkan Bangsa

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi.

Oleh: Aminudin Supriyadi *)

 

Iklan
Scroll Untuk Baca Artikel

Sebagai pribadi, saya adalah pengagum lama sosok Prabowo Subianto. Kepemimpinan militernya, sikap tegas dalam menjaga martabat bangsa, dan semangatnya membela rakyat telah lama saya hormati. Bahkan, dalam kontestasi Pilpres terakhir, saya adalah pendukung beliau secara pribadi dan sepenuh hati. Meskipun secara organisasi, saya harus tegak lurus mengikuti arahan pusat, secara batin, saya tetap mendukung beliau sebagai calon pemimpin yang berwibawa.

Namun sebagai sahabat sejati bangsa ini, saya memilih jalan yang saya yakini benar. Karena saya percaya, “tamparan seorang sahabat jauh lebih mulia daripada ciuman para penjilat.” Dan justru karena saya menghormati Presiden Prabowo, saya merasa bertanggung jawab untuk mengingatkan: program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam skala nasional saat ini berpotensi menjadi kebijakan populis yang mengancam masa depan fiskal bangsa.

Siapa yang Bayar Makan Gratis Ini?

Kita semua tentu ingin anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan cerdas. Tapi mari jujur: apakah program MBG adalah cara terbaik untuk mewujudkannya? Program ini membutuhkan anggaran raksasa. Pengadaan makanan gratis setiap hari untuk puluhan juta penerima manfaat jelas bukan proyek murah. Di atas kertas terlihat mulia, namun di balik itu tersembunyi risiko fiskal dan geopolitik yang sangat serius.

Baca Juga:  Dampak Global Proteksionisme Trump: Ancaman bagi Stabilitas Ekonomi Dunia

Hari ini, dunia tengah diguncang ketidakpastian geopolitik: konflik Rusia–Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, lonjakan harga energi dan pangan. Akibatnya, APBN Indonesia tertekan dari berbagai sisi: subsidi energi, utang luar negeri, dan defisit fiskal yang mengintai. Dalam kondisi ini, melaksanakan program MBG bukan hanya tidak bijak, melainkan berisiko.

Lima Ancaman Serius Jika MBG Dipaksakan

  1. Peningkatan pajak terhadap rakyat, langsung maupun tak langsung, demi menambal defisit anggaran.
  2. Eksploitasi masif terhadap SDA—hutan, tambang, dan sumber energi—demi mengejar pemasukan instan, yang berujung pada kerusakan lingkungan.
  3. Utang luar negeri yang meningkat drastis, membuka celah bagi tekanan politik dari negara adidaya dan lembaga moneter global.
  4. Degradasi kedaulatan nasional, karena pinjaman internasional seringkali disertai syarat-syarat politik yang menguntungkan pihak asing.
  5. Korupsi sistemik dan berjamaah, karena proyek pengadaan makanan massal sangat rawan dimainkan oleh mafia proyek.

Dari Memberi Makan Menuju Kemandirian

Sejak awal saya tidak menolak niat baiknya—yang saya tolak adalah caranya. Program MBG adalah kebijakan yang konsumtif dan tidak mendidik. Sebaliknya, kita perlu program yang memberdayakan rakyat dan menumbuhkan budaya hidup sehat yang mandiri.

Baca Juga:  Negara Sedang Berdagang dengan Rakyatnya

Karena itu, saya mengusulkan alternatif, yaitu GIZIRA – Gerakan Kemandirian Gizi Rakyat.

Program ini mendorong :

  • Sekolah gizi mandiri yang mengajarkan anak menanam, memasak, dan hidup sehat.
  • Kebun pangan keluarga dan sekolah berbasis urban farming.
  • Pemberdayaan UMKM pangan lokal yang memperkuat ekonomi rakyat.
  • Edukasi massal gizi seimbang, bukan sekadar suapan negara.

Program ini lebih murah, lebih mendidik, lebih berkelanjutan, dan tidak membuka celah utang baru atau korupsi.

Ajakan untuk Presiden

Pak Prabowo, saya yakin Bapak adalah pemimpin yang mencintai rakyat. Tapi cinta yang sejati harus disertai kebijakan yang cerdas dan tahan uji zaman. Bukan kebijakan yang membebani hari esok demi pujian hari ini.

Saya tidak sedang melawan. Saya sedang mengingatkan. Karena cinta yang sejati bukan membenarkan, tapi menegakkan kebenaran.

Pamungkas

Indonesia hari ini tidak kekurangan nasi. Yang kita kekurangan adalah kesadaran dan kemandirian. Maka jangan ajari anak-anak kita menjadi penerima terus-menerus. Ajari mereka menanam, memasak, dan berbagi.

Makan bergizi gratis hanyalah suapan sesaat. Tapi kesadaran gizi yang tumbuh dari pendidikan dan kemandirian adalah bekal seumur hidup.

Baca Juga:  Jangan Jadi yang Keempat

Disclaimer:

Opini ini merupakan buah pemikiran pribadi,saya sampaikan atas nama pribadi, tidak mewakili organisasi atau institusi mana pun. Semua pendapat dalam tulisan ini adalah hasil perenungan dan tanggung jawab saya sebagai warga negara.

*) Aktivis lingkungan, pegiat ormas, dan pendukung Presiden Prabowo yang setia pada rakyat.

Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News Khazminang.id. Klik tanda bintang untuk mengikuti.