Oleh: Denny J Sompie, Managing Director MNC Networks
“Radio tidak akan mati, selama ia hidup di hati pendengarnya dan menjawab kebutuhan klien satu per satu,dengan hati, bukan hanya tarif”
Padang, Khazanah — Di tengah situasi ekonomi Indonesia yang sedang melambat, banyak sektor menghadapi tantangan dalam mempertahankan pertumbuhan, termasuk industri media. Namun di balik tantangan ini, ada peluang besar bagi media yang mampu menyesuaikan diri dan radio adalah salah satunya.
Radio tidak hanya bertahan karena teknologinya, tetapi karena koneksi emosional dengan pendengar dan kemampuan membangun kepercayaan dengan klien.
Dalam situasi sulit, justru radio bisa menjadi media yang paling efisien dan relevan bagi merek-merek yang ingin tetap hadir di benak konsumen dengan biaya yang lebih terkendali.
Ketika belanja iklan nasional cenderung turun, dan brand lebih selektif dalam membelanjakan anggaran promosi, radio lokal punya peluang besar untuk mengambil peran strategis. Kuncinya ada pada satu hal: memberikan solusi nyata dan relevan untuk kebutuhan klien di daerah._
Radio bukan hanya soal jangkauan suara, tetapi soal kedekatan dan kepercayaan.
Di sinilah keunggulan radio daerah: lebih memahami medan, lebih tahu budaya, dan lebih dipercaya oleh komunitasnya sendiri.
Dalam bukunya ”Selling the Invisible”, Harry Beckwith menekankan bahwa menjual jasa sangat berbeda dengan menjual produk fisik. Jasa bersifat tak terlihat, sehingga yang sebenarnya dijual bukanlah bentuk atau barang, tetapi kepercayaan, empati, dan hasil yang dirasakan. Konsumen tidak membeli “apa” yang kita tawarkan, tapi membeli “siapa” yang menawarkannya dan rasa percaya bahwa kita bisa memenuhi kebutuhannya.
Nah, sekarang apa yg harus dilakukan?
Strategy yang dilakukan yakni mengentahui kebutuhan client kita.
Tanyakan hal ini ke calon klien:
- Apa tantangan usahamu saat ini?
- Siapa target utama pelangganmu?
- Di jam berapa pelangganmu paling aktif?
Setelah itu, baru rancang program dan tawaran paket. Buat mereka merasa dimengerti, bukan dijualin. Jadilah konsultan, bukan Penjual SLOT.
Buat Program Berdasarkan Karakter Produk, Jangan menunggu klien datang. Bangun program yang relevan dengan kategori produk yang tumbuh di wilayahmu, lalu tawarkan sebagai solusi langsung
Misalnya:
1.Buat Program Radio Bertema Lokal + Aktivasi Sosial Media
Contoh Kasus: UMKM Kuliner — Ayam Geprek “Mak Dower
On-Air Program:Program: “Laper Sore” (16.00–18.00) – dipenuhi cerita lucu dan rekomendasi kuliner
- Format: adlibs, kuis berhadiah voucher, dan live report
Sosial Media Aktivasi:
- Instagram Reel: Penyiar review makan Ayam Geprek Mak Dower
- Story Poll: “Tim level berapa kamu? 1, 5, atau 10?”
UGC (User Generated Content): Tantangan “Ngiler Challenge” – posting ekspresi makan pedas, tag akun radio + brand
Impact:
- Produk dikenal secara emosional dan visual
- Engagement dari audiens meningkat drastis
- Penjualan langsung terdongkrak
2.Edukasi Produk Jasa + Konten Edukatif Sosial Media
Contoh Kasus: BPR Amanah
On-Air Program:
- Program: “Sahabat Usaha” – cerita sukses pedagang
- Segment: Talkshow dengan pengusaha, promo bunga ringan
Sosial Media Aktivasi:
- Carousel Instagram: Tips mengatur keuangan UMKM
- Live Instagram: Tanya jawab langsung dengan perwakilan BPR
- Testimoni Video: Wawancara pedagang pasar yang sukses berkat BPR
Impact:
- Kredibilitas BPR meningkat
- Menjangkau audiens muda yang aktif di media sosial
- Memberi edukasi + meningkatkan trust
3.Promosi Lyanan Kesehatan + Edukasi Visual Sosial Media
Contoh Kasus: Toko Bangunan UD Sumber Jaya
On-Air Program:
- Program: “Pagi Tukang” – tips bangun rumah, obrolan ringan
- Segment: “Tukang Teladan”, promosi semen & cat
Sosial Media Aktivasi:
- Konten Before/After: Rumah yang direnovasi pakai produk dari UD Sumber Jaya
- Mini Podcast: Cerita tukang sukses
- Giveaway: Alat kerja keren untuk follower yang share pengalaman bangun rumah
Impact:
- Toko dikenal sebagai “teman tukang”
- Promosi terasa membumi dan menginspirasi
Penutup: Menjual dengan Hati
Radio bukan sekadar media lama. Ia adalah teman setia di perjalanan, di dapur, di warung, dan di mobil. Ia hidup karena kehadirannya yang akrab dan personal. Dan ia tidak akan mati, selama para sales-nya menjual bukan hanya harga, tapi makna, manfaat, dan hubungan.
Mari kita hadapi perlambatan ini bukan dengan ketakutan, tapi dengan ketulusan dan kreativitas, karena klien tidak membeli airtime—mereka membeli solusi. Dan solusi terbaik selalu datang dari hati. (*)
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News Khazminang.id. Klik tanda bintang untuk mengikuti.