Padang, Khazminang.id – Seni musik tradisional, seperti talempong, saluang, dan gandang telah diajarkan kepada siswa di sekolah untuk melestarikan warisan budaya lokal. Namun, tantangan muncul ketika pendidikan musik perlu menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, seperti penggunaan teknologi digital dan pendekatan interdisipliner.
Transformasi ini membutuhkan inovasi dalam metode pembelajaran, misalnya melalui integrasi alat musik digital, platform pembelajaran daring, dan kolaborasi lintas disiplin untuk menciptakan pengalaman belajar yang relevan dengan kebutuhan abad ke-21, yaitu kreativitas, berpikir kritis, kolaborasi dan komunikası.
“Sumatera Barat yang kaya dengan beragam seni musiknya, memiliki peluang besar sebagai model dalam mengintegrasikan tradisi dan modernitas melalui kolaborasi antara pendidikan dan industri. Sehingga, seni musik tidak hanya menjadi cerminan identitas budaya, tetapi juga kekuatan pendorong kemajuan kebudayaan di era global,” kata Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni UNP, Ardipal dalam Diskusi Budaya “Seni Musik di Dunia Pendidikan dan Industri” dihelat para seniman yang tergabung dalam Forum Perjuangan Seniman (FPS) Sumbar, Rabu (29/02/2025), di Taman Budaya Sumatera Barat.
Dikatakan, industri musik menjadi salah satu sektor ekonomi kreatif yang berpotensi untuk meningkatkan perekonomian lokal dan nasional. Dalam skala global, teknologi digital telah membuka akses yang lebih luas bagi musisi untuk memasarkan karya mereka melalui platform streaming, media sosial, dan festival internasional. Namun, di tengah arus globalisasi, seni musik tradisional sering kali menghadapi ancaman kehilangan identitas budaya.
“Oleh karena itu, penting bagi pelaku industri musik untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian tradisi dan inovasi. Sebagai contoh, pengemasan ulang musik tradisional dengan aransemen modern atau kolaborasi antara seniman lokal dan musisi internasional dapat menjadi strategi untuk mempromosikan seni musik tradisional Sumatra Barat ke panggung dunia,” katanya.
Nara sumber lainnya, Sexri Budiman yang mengusung topik diskusi tentang Perjalanan Industri Musik Minang menyebut, Sumatera Barat merupakan pelaku industri musik terbesar setelah Jakarta. Pada periode 1990 – 2015, produksi VCD musik Minang mencapai 2 – 3 album perbulan bahkan lebih. Prestasi ini tidak hanya soal ekonomi saja tetapi juga dari sisi teknis karya dan sisi sosial lainnya. Perjalanan industri musik yang dimaksud adalah musik Minang modern.
“Musik modern bisa diartikan sebagai musik yang sudah mendapatkan sentuhan kebaruan dan teknologı, baik dalam penggunaan alat maupun penyajiannya,” terang Sexri.
Pra musik modern Minang dimulai dari kelahiran Orkes Gumarang. Latin beat yang menjadi ciri khas Orkes Gumarang menjadikannya kelompok musik yang terkenal di tanah air. Perkembangan teknologi saat ini telah merobah industri rekaman di seluruh dunia. Sejak 2015, produk industri berupa VCD berubah menjadi media sosial dalam berbagai produk, seperti YouTube, TikTok dan lain-lain.
“Perubahan ini dipandang sangat menguntungkan bagi para musisi dan artis penyanyi. Namun teknologi yang serba memudahkan ini tidak selalu baik terutama dalam mutu karya khususnya lagu Minang,” katanya.
Materi yang disampaikan kedua pemateri memantik diskusi hangat di kalangan para seniman musik, juga para pemerhati dan penikmat musik Minang yang hadir. Pamong Budaya, Syuhendri mempertanyakan dampak musik Minang khususnya dewasa ini dalam membentuk karakter anak didik. Sebab lirik lagunya sebagian tidak mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
“Kita tentunya berharap, musik itu khususnya musik Minang dapat menyatukan dan menciptakan harmonisasi dalam hidup bermasyarakat,” katanya.
Sementara Afrimas mempertanyakan tantangan yang dihadapi guru dalam menyajikan pendidikan musik kepada siswanya dan juga bagaimana musik Minang dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi dan industri sekaligus memenuhi selera konsumen dengan tetap mempedomani nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Minang.
Menurut Ardipal, kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri musik menjadi kunci dalam menghadapi tantangan transformasi seni musik. Beberapa langkah strategis yang dapat diambil adalah :
- Pengembangan Kurikulum Berbasis Industri: Mengintegrasikan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri musik modern, seperti produksi musik digital, pemasaran, dan manajemen seni, ke dalam kurikulum pendidikan musik.
- Kolaborasi Institusi Pendidikan dengan Pelaku Industri: Universitas dan sekolah dapat bekerja sama dengan pelaku industri untuk memberikan peluang magang, lokakarya, dan pelatihan kepada siswa.
- Festival dan Kompetisi Musik: Mengadakan acara yang melibatkan pelajar, musisi, dan industri untuk mempromosikan bakat lokal dan memperkenalkan mereka kepada audiens yang lebih luas.
- Digitalisasi Warisan Budaya Musik: Memanfaatkan teknologi untuk mendokumentasikan dan mempromosikan musik tradisional melalui platform digital, sehingga dapat diakses oleh generasi muda dan masyarakat global. (devi)
Dapatkan update berita lebih cepat dengan mengikuti Google News Khazminang.id. Klik tanda bintang untuk mengikuti.