Jakarta, Khazminang.id— Nama Ketum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, hingga kini masih merajai sejumlah hasil survei sebagai calon presiden terkuat. Selain digadang-gadang akan berpasangan dengan Puan Maharani, Prabowo juga disandingkan dengan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman, bahkan tak menampik rumor yang menyebut bahwa Megawati Soekarnoputri disanding-sandingkan dengan Prabowo. Ia menyatakan, Gerindra akan mempertimbangkan usulan yang disampaikan masyarakat.
"Saya pikir semua opsi masih terbuka, usulan dari masyarakat kita tampung, kita pikirkan," ucap Habib kepada wartawan,Selasa (8/6).
Ia mengatakan, kader Gerindra masih ingin agar Prabowo mencalonkan diri kembali di Pilpres 2024. Namun, menurutnya, hal itu akan tergantung pada kesediaan Prabowo untuk maju di Pilpres 2024 atau tidak.
Megawati-Prabowo merupakan duet pasangan capres-cawapres di Pilpres 2009. Kala itu, pasangan Megawati-Prabowo hanya mendapat 26,79 persen suara dan kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono yang meraup 60,8 persen suara.
Nama Prabowo masih masuk dalam bursa capres 2024. Dia bersama Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan menempati posisi tiga teratas dalam survei capres 2024 yang dilakukan Survei Parameter Politik Indonesia. Posisi tersebut diraih dengan catatan Joko Widodo tak ikut kembali bertarung dalam Pilpres 2024.
Sementara dari sejumlah simulasi pasangan capres dan cawapres, duet Prabowo-Puan muncul sebagai kandidat dengan elektabilitas tertinggi. Temuan itu diungkap Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research dalam hasil surveinya.
Survei menunjukkan, elektabilitas pasangan Prabowo-Puan paling tinggi, mencapai 51,4 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pasangan capres-cawapres lain dalam beberapa simulasi. “Pasangan Prabowo-Puan paling diunggulkan sebagai capres-cawapres di antara berbagai simulasi,” ungkap peneliti indEX Research, Hendri Kurniawan, Selasa (8/6).
Demokrasi Tak Sehat
Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, menilai menduetkan kembali Megawati dengan Prabowo Subianto (MegaPro) di Pilpres 2024 merupakan wacana yang tidak produktif bagi demokrasi.
Bila direalisasikan, menurutnya, PDIP dan Gerindra sama saja tidak memberikan ruang kepada calon pemimpin muda untuk tampil di Pilpres 2024. "Tapi yang pasti, nama lama tidak sehat secara demokrasi karena tidak memberikan ruang baru bagi calon pemimpin muda," ucap Khoirul.
"Saya harap Megawati dan PDIP menghitung rasional, kalau itu diajukan, saya pikir itu memaksakan diri. Kalau dipaksa tidak akan produktif secara politik dan bagi demokrasi," sambungnya.
Ia mengakui kepemilikan kursi DPR PDIP-Gerindra cukup untuk mengusung pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024. Namun, Khoirul mengingatkan, hampir seluruh hasil survei menunjukkan bahwa Megawati tidak masuk dalam 10 tokoh dengan elektabilitas besar sebagai capres.
Menurutnya, PDIP dan Gerindra harus menanggung konsekuensi politik dari langkah tersebut. Ia juga mengingatkan bahwa langkah mengusung Megawati-Prabowo tidak menjamin memberikan PDIP dan Gerindra kemenangan di Pilpres 2024. “Masyarakat kita cenderung menghendaki pembaruan, semangat baru untuk mulai sesuatu yang baru," katanya. ryn/cnn