RIBUAN armada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), siap melayani pengantaran kiriman paket dan logistik masyarakat ke seluruh pelosok Nusantara. IST |
"Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palapa".
RYAN SYAIR-- Padang
Sebagian kita, tentu masih ingat dengan sumpah yang dengan lantang pernah diucapkan Gajah Mada pada upacara pengangkatan dirinya menjadi Patih Amangkubumi Majapahit pada tahun 1258 Saka (1336 M). Naskah yang ditemukan pada Kitab Pararaton itu, dikenal dengan Sumpah Palapa.
Terlepas dari kontroversi pemaknaannya, isi Sumpah Palapa yang berarti; “Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”, diyakini sebagai sebuah simbol dari betapa kuatnya keinginan seorang Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara.
Menurut pakar bahasa Jawa Kuno, PJ. Zoetmulder, Sumpah Palapa yang diikrarkan Gajah Mada, mengandung arti (mendapat) kesenangan yang tiada berakhir. Gajah Mada disebut baru akan mendapatkan kebahagiaan yang tiada tara, jika seluruh wilayah Nusantara bisa disatukannya.
Kukuhnya ucapan tersebut dalam sejarah Nusantara, membuat kata palapa diabadikan menjadi nama satelit komunikasi milik Indonesia, yakni Satelit Palapa. Satelit yang diluncurkan oleh Amerika Serikat pada 8 Juli 1976 silam, dirancang khusus Hughes Aircraft Company untuk memaksimalkan pancaran sinyal di seluruh wilayah Indonesia. Dan nama satelit itu diambil dari Sumpah Palapa, sumpah yang digaungkan oleh Gajah Mada, Sang Ksatria.
Kita tak akan berlarut-larut dengan Sumpah Palapa, juga Satelit Palapa. Yang pasti, keduanya sama-sama menjadi representasi dari sebuah sikap dan upaya nyata untuk mewujudkan kebahagiaan bersama. Kebahagiaan yang hanya bisa diraih jika seluruh wilayah Nusantara sudah terkoneksi dan saling terintegrasi dalam suasana yang penuh kebahagiaan.
Roda-roda waktu berputar dengan sangat dinamis. Peradaban semakin tinggi, tumbuh kembang teknologi tak terbendung, informasi menyebar dengan sangat cepat. Kondisi ini setidaknya juga telah memberi ruang tersendiri terhadap peningkatan tren digitalisasi. Ia terus bertransformasi menjadi salah satu bagian yang tak dapat dipisahkan dari segala aspek kehidupan manusia.
"Semua serba berubah dan perubahannya begitu cepat. Teknologi dan tren digitalisasi, bahkan telah ikut mengevolusi gaya hidup dan perilaku masyarakat yang membutuhkan cara-cara cerdas untuk mendukung mobilitas, kecepatan, keamanan, dan fleksibilitas dalam berbagai aktivitas. Kami sangat memahaminya. Untuk itulah kami hadir memberikan solusi kepada masyarakat, guna menjadikan hidup lebih baik, praktis dan tidak sulit,” kata Presiden Direktur PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), Mohamad Feriadi, dikutip dari kanal YouTube iNews.id.
Dengan mengusung tagline connecting happiness, JNE hadir sebagai rantai pemersatu yang menghubungkan seluruh wilayah sampai ke pelosok-pelosok Nusantara. Tidak hanya sekadar berbicara tentang layanan jasa pengiriman, namun juga menyangkut hajat hidup dan berbagai aspek dalam dinamika kehidupan masyarakat. Semua dihubungkan dan dirajut dalam kebahagiaan.
Tiga dekade (30 tahun) perjalanannya, JNE memang terus menunjukkan eksistensi dan komitmennya sebagai salah satu perusahaan rantai pasokan global terkemuka dunia. Selama tiga dekade itu pulalah, perusahaan milik anak bangsa ini hadir sebagai jembatan penghubung yang mengantarkan kebahagiaan bagi masyarakat di seluruh wilayah Nusantara.
Seperti tak ada lagi pulau-pulau yang terpisah jauh, tak ada lagi jarak dan waktu yang memutus lama. Dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kejujuran, disiplin dan tanggung jawab, lebih dari 50 ribu Ksatria dan Srikandi JNE yang tersebar merata di hampir 7.000 lebih titik lokasi layanan se Indonesia, siap menjadi perantara untuk mengantarkan kebahagiaan itu.
“Kami ingin masyarakat terhubung dalam kebahagiaan. Karena bagi kami, pelanggan adalah raja dan kami selalu konsisten dalam melayani dan menjaga hubungan baik dengan pelanggan dan orang-orang di sekitarnya. Tumbuh di tengah-tengah masyarakat, kami juga ingin berbahagia bersama masyarakat. Dan ini adalah tanggung jawab kami,” tandas Feriadi.
Didirikan oleh Soeprapto Suparno pada 26 November 1990 silam, JNE yang pada awal kegiatan usahanya berfokus pada penanganan kegiatan kepabeanan, impor kiriman barang, dokumen, serta pengantaran dari luar negeri ke seluruh wilayah di Indonesia itu, juga telah membuktikan kontribusi besarnya terhadap peningkatan akselerasi pembangunan dan perekonomian domestik.
“Sebagai negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke, perekonomian nasional harus didukung oleh sistem rantai pasok yang baik, handal dan kompeten. Sehingga distribusi logistik dari hulu ke hilir dapat berjalan dengan cepat dan lancar. Kesejahteraan masyarakat bisa diwujudkan, yang pada akhirnya bermuara pada kebahagiaan,” ujar Feriadi.
Dari ragam produk yang diaktualisasikan melalui layanan JNE Express, JNE Logistic dan JNE Freight, perusahaan peraih Satyalancana Wira Karya dari Kementerian Kominfo pada tahun 2019 dan berturut-turut meraih penghargaan sebagai Contact Center Service Excellence Award pada 2018-2019 versi Service Excellence Magazine & Carre itu, menginginkan 268 juta penduduk Indonesia yang tersebar di 17 ribu lebih pulau besar dan kecil, bisa tersambung dalam kebahagiaan.
Hal itu juga didukung lebih dari 150 lokasi layanan JNE, yang kini telah terhubung dengan sistem komunikasi online, berpedoman pada sistem dan akses situs informasi yang efektif dan efisien bagi konsumen, terutama untuk melacak status terkini pengiriman paket atau dokumen. Semua dilakukan untuk menjaga kepercayaan dan memastikan kenyamanan bagi pelanggannya.
Kehandalan dan komitmen JNE sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa, juga telah dibuktikan dengan ratusan penghargaan dan pencapaian ISO 9001: 2008 pada sistem manajemen mutu. Pelayanan yang cepat, bertanggung jawab dan dapat diandalkan, secara konsisten telah membawa JNE meraih kredibilitas yang lebih tinggi dari mitra dan pelanggan di seluruh Indonesia.
Nilai Spiritual
Feriadi mengakui, keberhasilan JNE hingga di 30 tahun perjalanannya di bisnis pengiriman, penanganan transportasi, logistik dan distribusi, tak terlepas dari komitmen almarhum sang Ayah, Soeprapto Soeparno, yang senantiasa menerapkan prinsip dan nilai-nilai spiritual sejak awal membangun bisnisnya. Tradisi dan kebiasaan itu pulalah yang hingga kini masih dipegang teguh Feriadi dalam melanjutkan estafet usaha yang dirintis orangtuanya itu.
Adalah kekuatan surat Al-Ma’un, surat ke-107 dalam Al-Quran. Pengamalan seluruh kandungan ayat yang dimuat dalam surat itu, diyakini Feriadi sebagai sumber dari segala sumber kemudahan dan kebahagiaan, yang setidaknya telah mengantarkan JNE hingga ke masa-masa emas di puncak kejayaannya saat ini.
“Menurut saya, inilah yang membuat JNE sedikit berbeda dengan perusahaan-perusahaan lain. Dulu, almarhum Ayah selalu menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam surat Al-Ma’un kepada seluruh karyawan di berbagai kesempatan. Sampai saat ini, tuntunan surat ini pulalah yang selalu kami amalkan dan terus memotivasi kami untuk berbagi kebahagiaan kepada sesama,” beber Feriadi.
Perusahaan peraih penghargaan Top Corporate Social Responsibility (CSR) yang diselenggarakan Tras & Co, Infobrand (2020), The Best CSR Program During Pandemic of Logistic Company 2020 (Indonesia Property and Bank Award XV), serta berturut-turut meraih Baznas Award (2019-2020) sebagai perusahaan dengan CSR terbaik itu, memang selalu mengamalkan kandungan surat Al-Ma’un sebagai wujud tanggung jawab mereka (terhadap lingkungan sekitar).
Hal itu dibuktikan dengan partisipasi dan keterlibatan aktif JNE dalam berbagai program CSR yang berkolaborasi dengan berbagai lembaga dan institusi, salah satunya bersama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Melalui BAZNAS, sebanyak 1.000 Al-Quran juga sudah disebar ke berbagai daerah di Indonesia sejak beberapa waktu lalu.
Selain sebagai bentuk tanggung jawab sosial guna mewujudkan semangat connecting happiness, hal itu juga ditujukan sebagai wujud dari tanggung jawab moral dan pengamalan nilai-nilai spiritual dalam hal kebiasaan memberi, menyantuni dan menyayangi anak yatim, fakir miskin, tuna netra, janda tidak mampu dan kaum dhuafa lainnya.
Sesuai tagline yang disungnya, JNE memang tidak hanya berkutat soal pengiriman paket dan logistik semata. Hal itu dibuktikan dengan kepeduliannya terhadap krisis yang tengah dihadapi bangsa akibat wabah pandemi Covid-19. Melalui kerjasama yang melibatkan sejumlah lembaga dan yayasan yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan dan keagamaan, JNE secara rutin juga terus menyalurkan Donasi Peduli Covid-19 bagi masyarakat terdampak.
Selain diserahkan kepada sejumlah pemerintah daerah melalui BAZNAS, donasi dan wakaf juga disalurkan langsung kepada ratusan panti asuhan di berbagai daerah. Sejalan dengan bidang usahanya, JNE juga menggratiskan pengiriman penanganan Covid-19 selama masa pendemi. Sedikitnya, 100 ton lebih kiriman sudah diantarkan oleh para Ksatria dan Srikandi JNE ke ribuan pusat pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.
Bekerjasama dengan sebuah startup yang bergerak di bidang pendidikan yakni Ruang Guru, JNE juga telah mengekspresikan kebahagiannya melalui pemberian bantuan internet dan komputer gratis untuk anak yatim piatu yang sedang belajar daring di masa pandemi.
Menyempurnakan
Sejalan dengan empat sektor yang menjadi fokus perhatian utama perusahaan, yakni sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, teknologi informasi dan lingkungan sekitar, JNE terus berevolusi menjadi bagian penting dalam sejarah perjalanan bangsa. Berbagai inovasi terus dilahirkan guna berbagi kebahagiaan kepada seluruh masyarakat, mitra dan pelanggan setia.
“Kami sangat menyadari, bahwa pertumbuhan bisnis, perubahan perilaku dan evolusi gaya hidup, telah berkontribusi dalam meningkatkan permintaan pengiriman yang sensitif terhadap kecepatan dan ketepatan waktu. Dengan menggabungkan SDM, teknologi dan transformasi digital sebagai bagian dari pengembangan perusahaan, kami ingin memastikan jika seluruh wilayah Nusantara telah terhubung dalam simpul bahagia,” kata Direktur PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), Chandra Fireta.
Kini, JNE telah memasuki usianya yang ke 30 tahun, usia yang tentunya telah matang dan sarat dengan pengalaman. Selama 30 tahun itu pulalah, jauh sebelum maraknya kemunculan e-commerce (toko daring) dan platform lainnya, JNE justru telah lebih dahulu memainkan peran dalam kontribusinya sebagai sebuah perusahaan yang melayani masyarakat Indonesia di bidang jasa pengiriman ekspres dan logistik.
Jika Sumpah
Palapa yang diikrarkan Gajah Mada adalah sebuah tekad dan keinginan kuat untuk
menyatukan Nusantara, dan Satelit Palapa adalah sebuah sarana jaringan yang
menghubungkan seluruh wilayah Nusantara melalui berbagai jenis media dan
saluran komunikasi, maka JNE adalah sebuah kebahagiaan yang menyempurnakan keduanya.
Ya, di tiga dekade perjalanannya, JNE terbukti telah mampu merajut Nusantara
dengan bahagia. Semoga! **