Jakarta,
Khazanah – Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Nomor Urut 2 Prabowo
Subianto dan Gibran Rakabuming Raka telah ditetapkan menjadi pemenang Pilpres
2024 oleh KPU pada Rabu 20 Maret 2024 malam. Dengan kemenangan tersebut, namun pasangan
ini tidak bisa langsung berpesta, karena tantangan yang harus dihadapi sudah
berjejer terutama di sektor ekonomi.
Ekonom
Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad
menjelaskan, banyak pekerjaan rumah (PR) dan tantangan pemerintah
baru dalam lima tahun ke depan, agar target ekonomi yang lebih realistis
dapat tercapai.
Menurutnya,
pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif stabil di kisaran 5% di tengah
ketidakpastian ekonomi global dan kemungkinan berakhirnya era suku bunga
tinggi. Harga komoditas ekspor utama pun menjadi penentu dari sisi eksternal
dan global di tengah tekanan geopolitik internasional.
“Meski
demikian, pekerjaan rumah dan tantangan terbesar adalah memperbaiki konsumsi
masyarakat, daya saing ekspor, hingga mempertahankan keberlanjutan fiskal,”
ujarnya di Jakarta, Minggu (24/3/2024).
Tauhid
menjelaskan sejumlah peluang dan tantangan yang akan dihadapi rezim baru, yang
terpilih pasca Pilpres 2024. Dari sisi peluang, kondisi ekonomi global perlahan
membaik. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi
global pada 2024 sebesar 3,1% sedangkan World Bank 2,4%.
Perkembangan
inflasi global pun terus menurun. Di mana pada 2022 sempat mencapai 8,7%, dan
tahun lalu 6,9%. Adapun pada 2024, inflasi global diproyeksi kembali menukik
menjadi 5,8% dan tahun depan sekitar 4,4%. Peluang lainnya ketika inflasi
menurun secara global adalah The Fed diperkirakan memangkas suku bunga pada
semester II/2024. Dari 5,50% pada 2023 menjadi kisaran level 4,75%-5%.
“Nanti
suku bunga pinjaman cenderung akan semakin turun, suku bunga konsumsi turun.
Ini bagi banyak negara akan happy kalau misalnya The Fed menurunkan suku bunga
karena dia punya multiplier effect di sektor keuangan yang cukup besar sekali,”
ujarnya.
Di
sisi lain, Indonesia pun dapat berharap meningkatkan ekspor empat komoditas
unggulan yaitu batu bara, minyak mentah, nikel dan minyak sawit yang harganya
perlahan membaik. Tauhid juga menyebut, rezim baru akan mewarisi pertumbuhan
ekonomi yang cenderung stabil di mana pada 2023 sekitar 5,05% dan tahun ini
diperkirakan mencapai 5,2%.
Selain
itu, pemerintah Indonesia yang baru memiliki modal yang kuat dari sisi
Manufacturing Purchasing Manager Index (PMI). Pada Januari 2024, PMI Manufaktur
S&P Global Indonesia tercatat naik menjadi 52,9 dari Desember 2023 sebesar
52,2. Total penanaman investasi di Indonesia pun cukup baik, mencapai Rp1.418,9
triliun pada 2023, naik dari posisi 2023 sebesar Rp901 triliun. Pun demikian
dengan consumer confidence index yang mencapai 125 hingga kuartal III/2023.