×

Iklan

MENANG DI PILPRES 2024
Tantangan Ekonomi yang Harus Dihadapi Pemerintahan Baru

25 Maret 2024 | 21:54:05 WIB Last Updated 2024-03-25T21:54:05+00:00
    Share
iklan
Tantangan Ekonomi yang Harus Dihadapi Pemerintahan Baru

Jakarta, Khazanah – Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Nomor Urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka telah ditetapkan menjadi pemenang Pilpres 2024 oleh KPU pada Rabu 20 Maret 2024 malam. Dengan kemenangan tersebut, namun pasangan ini tidak bisa langsung berpesta, karena tantangan yang harus dihadapi sudah berjejer terutama di sektor ekonomi.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menjelaskan, banyak pekerjaan rumah (PR) dan tantangan pemerintah baru dalam lima tahun ke depan, agar target ekonomi yang lebih realistis dapat tercapai. 

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif stabil di kisaran 5% di tengah ketidakpastian ekonomi global dan kemungkinan berakhirnya era suku bunga tinggi. Harga komoditas ekspor utama pun menjadi penentu dari sisi eksternal dan global di tengah tekanan geopolitik internasional.

    “Meski demikian, pekerjaan rumah dan tantangan terbesar adalah memperbaiki konsumsi masyarakat, daya saing ekspor, hingga mempertahankan keberlanjutan fiskal,” ujarnya di Jakarta, Minggu (24/3/2024).

    Tauhid menjelaskan sejumlah peluang dan tantangan yang akan dihadapi rezim baru, yang terpilih pasca Pilpres 2024. Dari sisi peluang, kondisi ekonomi global perlahan membaik. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2024 sebesar 3,1% sedangkan World Bank 2,4%.

    Perkembangan inflasi global pun terus menurun. Di mana pada 2022 sempat mencapai 8,7%, dan tahun lalu 6,9%. Adapun pada 2024, inflasi global diproyeksi kembali menukik menjadi 5,8% dan tahun depan sekitar 4,4%. Peluang lainnya ketika inflasi menurun secara global adalah The Fed diperkirakan memangkas suku bunga pada semester II/2024. Dari 5,50% pada 2023 menjadi kisaran level 4,75%-5%.

    “Nanti suku bunga pinjaman cenderung akan semakin turun, suku bunga konsumsi turun. Ini bagi banyak negara akan happy kalau misalnya The Fed menurunkan suku bunga karena dia punya multiplier effect di sektor keuangan yang cukup besar sekali,” ujarnya.

    Di sisi lain, Indonesia pun dapat berharap meningkatkan ekspor empat komoditas unggulan yaitu batu bara, minyak mentah, nikel dan minyak sawit yang harganya perlahan membaik. Tauhid juga menyebut, rezim baru akan mewarisi pertumbuhan ekonomi yang cenderung stabil di mana pada 2023 sekitar 5,05% dan tahun ini diperkirakan mencapai 5,2%.

    Selain itu, pemerintah Indonesia yang baru memiliki modal yang kuat dari sisi Manufacturing Purchasing Manager Index (PMI). Pada Januari 2024, PMI Manufaktur S&P Global Indonesia tercatat naik menjadi 52,9 dari Desember 2023 sebesar 52,2. Total penanaman investasi di Indonesia pun cukup baik, mencapai Rp1.418,9 triliun pada 2023, naik dari posisi 2023 sebesar Rp901 triliun. Pun demikian dengan consumer confidence index yang mencapai 125 hingga kuartal III/2023. “Jadi ini menandakan bahwa potensi atau peluang ekonomi kita sebenarnya tidak langsung berjalan cepat,” ujarnya