Direksi PTSP yang baru bersama para Pemred media Sumbar |
Padang,
Khazanah – Setelah korporasi PTSP digabung dalam
sebuah holding PT Semen Indonesia, lalu semen padang hilang di Jawa? “Tak lah,
orang tetap saja mencari dan mendapatkan semen padang di pulau Jawa,” kata
Dirut PT Semen Padang yang baru, Indrieffouny Indra menjawab pertanyaan Khazanah, Rabu siang di Padang.
Menurutnya, dari sisi brand, semen cap kepala kerbau itu tidak menghilang di pasaran Jawa. Hanya karena dipasarkan secara bersama dalam grup PTSI, maka ketika orang minta semen Padang, isinya sudah tidak bisa dibedakan lagi antara semen yang dibuat di Indarung dengan yang dibuat di Gresik atau di Tuban.
Hal yang sama juga terjadi dipasar semen gresik milik PT Semen Gresik, bisa jadi isinya adalah semen yang dibuat di Indarung. “Ini tergantung jauh dekatnya pabrik dengan pasar, siapa yang terdekat dia yang menghandle isinya, tapi merk tetap masing-masing,” ujar Arif didamping Direktur Operasi Pri Gustari Akbar, Direktur Keuangan Oktoweri, Komisaris Khairul Jasmi, Kepala Departemen Komunikasi & Hukum Perusahaan, Iskandar Z Lubis, Kepala Unit CSR Dedi M Siddiq dan jurubicara PTSP Nur Anita Rahmawati.
Rabu siang di sebuah restoran di Padang, kepada para pemimpin media Sumbar, diresksi baru PTSP itu diperkenalkan. Dan tentu saja kesempatan para wartawan untuk menanyakan berbagai hal tentang PTSP di tengah tergerusnya pasar semen nasional karena kelebihan pasok (besar kapasitas terpasang pabrik tidak imbang lagi dengan serapan pasar).
Perihal saling ‘isi kantong’ antarkoriporasi dalam holdi PTSI, tentu saja tidak diungkap oleh Dirut baru yang menggantikan Asri Mukhtar itu. “Yang pasdti tentu ada pembagiannya yang diatur oleh holding,” kata Direktur Keuangan Oktoweri.
“Jangan khawatir, tak kepala kerbau hilang di Jawa,” ujar seorang wartawan memelesetkan sebuah pepatah Melayu.
Tahun lalu, kata Indrieffouny Indra –saat ia jadi Direktur Operasi-- perusahaan semen tertua di ASEAN itu memproduksi 5,14 juta ton semen. Turun lima persen dari tahun sebelumnya. Tetapi menurut Arif, penurunan itu dapat ditutupi dengan mkeningkatnya ekspor klinker 1,37 ton.
Semen Padang memang sudah lama mengekspor klinker dengan negara tujuan Bangladesh. Klinker adalah material padat sebagai produk intermediet dalam produksi semen. Ia hadir dalam bentuk bongkahan kecil yang berdiameter antara 3 milimeter hingga 25 milimeter.
Sedangkan ekspor semen tentu menyesuaikan dengan kondisi negara tujuan. Khususnya di negara yang pabrik semennya kecil atau tidak ada bahan baku. “Saat ini kita mengekspor ke negara terdekat saja, seperti Sri Lanka, Maladewa dan Australia,” ujar Indrieffouny.
Sementara untuk di Sumatera Barat, semen dari Indarung ini masih tetap sebagai market leader, begitu juga di Jambi, Riau, Sumatera Utara dan Aceh. Ia mengatakan tahun 2024 PT Semen Padang tetap optimis untuk terus berkembang, baik produksi maupun memperbaiki performa korporasi dari dalam dan menjadi sebuah perusahaan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. (eko yanche edrie)