×

Iklan


Sumbar Kehilangan 21.645,05 Ton Produksi Padi per Musim Tanam

11 Juni 2024 | 20:06:50 WIB Last Updated 2024-06-11T20:06:50+00:00
    Share
iklan
Sumbar Kehilangan 21.645,05 Ton Produksi Padi per Musim Tanam

Padang – Banjir bandang dan longsor yang melanda Sumbar, Sabtu (11/05/2024) lalu, menyebabkan ratusan hektar lahan pertanian rusak terutama sawah masyarakat.  Dengan kondisi demikian, sudah dapat dipastikan petani mengalami gagal panen.

Data yang dirilis BPBD Sumbar per 7 Juni 2024, lahan pertanian yang rusak seluas 908,003 hektar dan 1.202 unit irigasi juga rusak serta 27.320 ekor ternak mati. Sedangkan Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar mendata estimasi kehilangan produksi padi 21.645,05 ton untuk sekali musin tanam.

Berdasarkan data BPS Sumbar, luas panen padi tahun 2023 mencapai 300.565 hektar dengan produksi padi sekitar 1.482.469 ton gabah kering giling (GKG). Jika dikonversikan menjadi beras yang konsumsi masyarakat, maka produksi beras pada 2023 diperkirakan sebesar 858.383 ton.

    “Akibat bencana, kita kehilangan produksi padi itu sekitar 21.645,05 ton untuk sekali musim tanam,” kata Kepala Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar, Febrina Tri Susila Putri yang ditemui usai rapat di gubernuran, kemarin.

    Untuk pemulihan, pihaknya berharap pada bantuan Kementan RI. Ketika meninjau lokasi lokasi bencana, Sabtu (1805/2024) lalu, Menteri Pertanian berjanji siap mengucurkan bantuan biaya perbaikan lahan dan bibit tanaman yang terdampak bencana sebesar Rp 10 miliar.

    “Dari pertemuan tersebut, diketahui anggaran bantuan itu sedang proses revisi DIPA di Direktorat Jendral Anggaran,” katanya.

    Sembari menunggu pengesahan anggaran, pihaknya menuntaskan pendataan lahan yang rusak dan pendataan petani yang mendapatkan bantuan. Pihaknya bekerjasama dengan Badan Standarisasi Instrumen Holtikultura Kementan untuk melakukan pemetaan lahan masyarakat yang terdampak.

    Dari klasifikasi lahan yang dilakukannya maka kondisi lahan pertanian itu dibagi dalam 6 kategori, mulai dari rusak sangat berat sampai rusak ringan.

    “Yang mendapat bantuan itu adalah kategori lahan rusak sangat berat dan rusak berat, karena lahannya tidak bisa dipulihkan. Jadi benar-benar tidak bisa garap untuk persawahan,” terang Febrina.

    Dikatakan, kategori rusak sangat berat dan rusak berat ini ketika dilihat di lapangan, lahan pertanian tersebut tertimbun material batu-batuan yang tebalnya mencapai 2 meter. Ada pula yang lahannya hanyut tidak ada lagi zat hara tanah.

    “Untuk lahan yang tidak bisa dipulihkan ini, maka kita minta agar Pemkab mencarikan lahan pengganti,” katanya.

    Namun untuk menentukan lahan siapa yang akan diganti  agar tepat sasaran, maka pihaknya sudah minta data-data persil lahan tersebut pada BPN karena batas-batas tanah itu sudah tidak ditemukan lagi di lapangan. (devi)