Padang, Khazminang.id -- Sejumlah tokoh Sumatera
Barat memandang persoalan ucapan Uni Puan Maharani saat menyerahkan surat
dukungan PDIP ke pasangan bakal calon gubernur/wagub di daerah itu tidak
perlu diperpanjang dan diselesaikan sesuai karakter orang Minangkabau yang
pemaaf.
"Puan Maharani khilaf. Kita berbaik sangka (husnuzzan).
Tak ada maksudnya memburukkan kampungnya Sumbar dan sukunya Minangkabau.
Apalagi ia bicara dalam internal partainya, konteks membina kader. Mungkin ia
tak menyangka dari internal bocor ke publik. Khilaf. Khilaf itu sifat
manusia," kata Akademisi UIN Imam Bonjol Yulizal Yunus Dt. Rajo Bagindo di
Padang, seperti dikutip dari Antara.
Rasanya, kata Yulizal, tak patut bila khilaf itu tidak
dimaafkan. Apalagi Puan orang Minangkabau juga. Malunya malu orang Minang juga.
"Suku tak dapat dialih (ditukar), malu tak dapat
diagiahkan (diberikan). Kita bersaudara. Mari , tolong kita bersama memberi
maaf atas kekhilafan dunsanak kita Rang Minangkabau, Puan Maharani,"
katanya.
Apalagi, katanya, memberi maaf adalah tanda suku bangsa
Minangkabau yang sandi adatnya adalah syara'.
Dekan Fisip Universitas Andalas 2016-2020 Dr. Alfan Miko
berpandangan karakter orang Minangkabau itu pemaaf sesuai dengan ajaran Islam
yang menjadi dasar dan falsafah hidupnya.
"Setelah sekian lama peristiwa ini terjadi, seyogyanya
masyarakat Minangkabau kembali ke karakter dasar nilai-nilai berperilaku
sebagai bangsa pemaaf, yaitu sesuatu yang diajarkan oleh adat dan agama yang
berlandaskan Islami dan telah dicontohkan oleh tokoh-tokoh bangsa yang berasal
dari Minangkabau seperti Hamka, Hatta, Syahrir dan lainnya," katanya.
Ia menambahkan bahwa memaafkan adalah perbuatan mulia.
Dengan memaafkan dan melupakan, adalah bukti karakter masyarakat Minangkabau
yang sesungguhnya dan tidak ingin terbelenggu dengan masalah ini terus menerus.
"Uni Puan sebetulnya telah terhukum secara sosial
psikologis dengan mempertanyakan kualitas dan pemahamannya tentang sejarah
bangsa. Mudah-mudahan setelah kejadian ini, Puan semakin lebih dewasa bersikap
dan juga mendorong keinginan hatinya untuk mendekatkan dirinya dengan tanah
leluhurnya di Ranah Minangkabau ini," ujarnya.
Sementara itu Ketua Bundo Kanduang Sumatera Barat Prof. Raudha
Thaib mengatakan adat dan budaya Minangkabau "baalam lapang ba padang
leba. Ndak ado kusuik nan indak salasai, karuah nan indak ka janiah."
(pemaaf, tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan).
"Soal pernyataan Puan, tak perlu lagi diperpanjang. Persoalan
maaf memaafkan itu dalam budaya Minangkabau sudah membudaya. Saya berharap,
mari kita lakukan dialog dengan Puan Maharani, namun harus dengan pendekatan
kebudayaan, jangan pendekatan politik," katanya.
Bagaimanapun, katanya, Puan Maharani adalah dunsanak dan
bahagian dari kita Minangkabau.
"Soalnya, gelar yang diberikan kepada bu Megawati
adalah gelar saya yang diserahkan. Lalu untuk apalagi diperpanjang. Sebaiknya
kita lakukan dialog dengan melibatkan semua 'stakeholder' masyarakat
Minangkabau," pesannya.
Senada dengan tokoh lainnya, Ketua DPW Muhammdiyah Sumbar
Dr. H. Shofwan Karim juga berharap persoalan ini tidak berlarut lagi. Sifat
orang Minangkabau yang egaliter, demokratis sudah terbiasa dengan dinamika
perbedaan pendapat.
"Perbedaan pendapat sudah merupakan air mandi
keseharian masyarakat Minangkabau yang egaliter, demokratis. Dinamika
masyarakat memang telah terasah dalam perbedaan. Dalam kasus dengan Uni Puan,
setidaknya nanti merupakan awal dari membuhul silaturrahim yang lebih erat lagi
antara masyarakat Minangkabau dengan Uni Puan. Bagaimanapun Uni Puan Maharani
adalah dunsanak kita juga. Biasalah basilang kayu di tungku mako api ka
nyalo," katanya.
Gubernur Sumatera Barat Prof. Irwan Prayitno saat
dikonfirmasi soal pernyataan Puan juga mengajak semua rakyat daerah itu untuk
dapat memaafkan Puan dan agar dapat memandangnya dari perspektif positif.
"Kalaulah ucapan bu Puan dianggap menyinggung perasaan
masyarakat Sumbar, saya mengajak masyarakat agar memaafkan beliau dan mari ke
depan kita jalin silaturahim untuk kepentingan Sumbar," katanya.
Ia mengatakan tetap memandang positif ucapan bu Puan dan
terimakasih Sumbar sudah didoakan. "Bila ada kesalahan di Sumbar, mari
kita perbaiki bersama," katanya. n miko/ant/khazanah