KhazMinang.Id, Sijunjung -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama mitra kerjanya Komisi IX DPR RI, terus berupaya mengedukasi masyarakat tentang dua persoalan besar yang tengah dihadapi bangsa ini, yaitu pandemi covid-19, dan stunting.
Rabu lalu (3/11/2021), BKKBN menggelar sosialisasi penguatan pendataan keluarga kelompok sasaran bangga kencana bersama mitra tahun 2021, di halaman Mapolsek Sumpur Kudus kabupaten Sijunjung. Di acara ini, BKKBN mengedukasi masyarakat tentang bagaimana pencegahan stunting dan percepatan vaksinasi Covid-19.
Untuk mengatasi dan mengantisipasi penyebaran Covid-19, BKKBN mengajak masyarakat untuk bersedia divaksin langsung di lokasi acara. Petugas vaksinator dari dinas kesehatan setempat, menyediakan sebanyak 150 dosis vaksin bagi seluruh peserta.
Cara ini dirasa cukup ampuh, karena terlihat dari antusiasme masyarakat yang mendaftarkan diri dan meminta untuk divaksin.
“Antusias masyarakat sudah mulai berbondong-bondong, kita bisa lihat tadi sampai melimpah, untuk di Polsek saja mungkin sudah mencapai 150, itu satu tempat satu titik, kita sudah adakan Sumbersin ada di 4 titik,” kata AKP Guzirwan, Kapolsek Sumpur Kudus.
Sementara untuk pencegahan stunting, BKKBN mensosialisasikan kepada masyarakat agar memperhatikan kesehatan pasangan usia subur, sejak mereka merencanakan pernikahan.
Selain itu, BKKBN juga tengah membentuk tim pendamping keluarga, untuk mencatat dan mengawasi pasangan atau keluarga yang akan menikah, hamil atau yang melahirkan.
“BKKBN mencoba bagaimana mencegah stunting dari hulu, ketika laki-laki dan perempuan mau menikah, itu harus mendapatkan pemeriksaan terlebih dahulu tiga bulan pertama sebelum menikah,” ucap Putut Riyatno, Kabiro Umum dan Humas BKKBN RI.
Kepala perwakilan BKKBN Sumbar, Fatmawati mengatakan bagi pasangsn yang mau menikah akan kita periksa terlebih dahulu kesehatannya.
“Calon penganten itu jangan sampai anemia, calon penganten tersebut jangan sampai mal nutrisi atau kekurangan gizi, karena dengan adanya factor-faktor tersebut memicu akan melahirkan anak yang stunting. Sehingga intervensi dari hulu ini memang harus dikerjasamakan oleh tim pendamping keluarga yang sudah dibentuk,” ucap Fatmawati
Stunting di Indonesia saat ini angkanya tergolong tinggi, yaitu 27%. Pemerintah menargetkan turun di angka 14% pada tahun 2024 nanti. Sebab stunting juga bisa menjadi bencana nasional, jika sebagian besar anak-anak di tanah air ini mengalami stunting. Karena stunting tidak hanya soal gagal pertumbuhan fisik, tapi juga gagal pertumbuhan otaknya. Sehingga di khawatirkan kelak generasi penerus bangsa ini akan kalah bersaing dengan bangsa lain.(rel/jj)