AUDY JOINALDY |
Padang, Khazminang.id-- Pengunduran jadwal
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 dari 23 September menjadi 9 Desember
akibat virus corona, menimbulkan konsekuensi bagi bakal calon yang akan
bertarung. Salah satu bakal calon gubernur Sumatera Barat dari Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) Audy Joinaldy, mengaku membutuhkan dana lebih akibat
pengunduran jadwal itu.
"Waktu bertambah tentu butuh
biaya tambahan pula. Awalnya hanya Rp 40 miliar dan sekarang terpaksa disiapkan
Rp 50 miliar," kata Audy yang dihubungi wartawan, Rabu (1/7).
Audy yang disebut-sebut bakal berpasangan
dengan Walikota Padang, Mahyeldi itu mengatakan, biaya tambahan tersebut muncul
karena ada tambahan biaya sosialisasi akibat pengunduran jadwal Pilkada. Bagi
Audy, penambahan biaya itu tidak jadi masalah karena saat ini pihaknya sedang
gencar-gencar melakukan sosialisasi.
Maklum, Audy merupakan milenial
yang baru terjun dalam pertarungan Pilkada. Dengan semakin panjangnya masa
sosialisasi, Audy berharap dirinya bisa semakin dikenal masyarakat. "Bagi
saya bagus diundur. Sosialisasi semakin panjang. Namun tentu konsekuensinya ada
tambahan biaya," kata Audy.
Audy mengatakan, dana Rp 50
miliar yang disiapkan tersebut berguna untuk dana saksi, baliho, operasional
tim sukses dan dana lainnya. "Kalau untuk saksi bisa mencapai Rp5 miliar,
baliho Rp10 miliar dan masih banyak lagi," jelas Audy.
Audy menyadari sebagai pendatang
baru dalam kancah Pilkada Sumbar, dirinya membutuhkan sosialisasi lebih,
sehingga otomatis butuh biaya besar. "Ini konsekuensi bagi saya. Tapi
sebagai pengusaha, saya sudah siap bertarung memenangi Pilkada," kata
Audy.
Diminta Mahyeldi
Audy menceritakan, dirinya sebelumnya
tidak tertarik maju di Pilkada Sumbar, sampai akhirnya mendapat tawaran dari
Walikota Padang, Mahyeldi untuk berpasangan. "Saat itu datang tawaran dari
Pak Mahyeldi. Pak Mahyeldi menyebut dirinya mau maju menjadi BA 1 Sumbar dan
saya ditawari mendampinginya," jelas Audy.
Awalnya Audy sempat mengabaikan
ajakan itu, tapi setelah ada dorongan dari keluarga agar berbuat di tanah
kelahiran, Sumbar membuat dirinya siap maju. "Saya pikir Pak Mahyeldi
waktu itu bercanda. Kemudian saya tanya lagi, ternyata serius sehingga kita
jalin komunikasi," kata Audy.
Setelah ikut bertarung dalam
proses Pilkada, Audy menyadari bahwa dalam proses itu membutuhkan waktu dan
materi yang banyak. Audy pun sudah memikirkan secara matang-matang konsekuensi
yang bakal dihadapinya. "Saya sudah tahu untuk maju butuh biaya besar.
Tapi saya sudah bertekad membangun Sumbar," kata Audy.
Bagi Audy, kalaupun dirinya mengucurkan biaya besar dalam pertarungan di Pilkada itu semuanya kembali kepada masyarakat. "Tidak apa-apa. Saya sosialisasi butuh biaya. Uangnya ke masyarakat Sumbar juga. Pasang baliho, uangnya untuk masyarakat Sumbar. Beli sembako untuk masyarakat. Semuanya untuk masyarakat Sumbar," kata Audy. **
(RYAN SYAIR/ FAISAL)