Ketika Taste of Padang diluncurkan oleh Manpar Arief Yahya dan Gubernur Irwan Prayitno 4 tahun lalu |
Padang, Khazminang.id – Setelah empat tahun sejak diluncurkan, tagline pariwisata Sumatera Barat ‘Taste of Padang’ belum membuat grafik pariwisata daerah ini bergerak naik. Karena itu, muncul wacana dari Wagub Audy Joinaldy untuk menggantinya dengan yang lebih dapat diterima pasar.
“Kita coba melakukan rebranding untuk tagline tersebut. Karena rasanya kurang mewakili daerah Sumatera Barat secara keseluruhan,” kata Audy hari Selasa siang di Padang kepada media.
Tidak jelas apakah tagline yang dibuat oleh Kementerian Pariwisata dengan dana APBN Rp1,6 miliar empat tahun lalu tersebut bisa dilenyapkan oleh Wagub begitu saja.
Walaupun demikian sejak semula tagline tersebut memang penuh dengan kontroversi. Selain biaya membuat tiga kata ‘taste of padang’ itu mencapai Rp1,6 miliar, banyak pihak terutama pegiat pariwisata Sumbar empat tahun silam mengeritik pekerjaan Kemenpar itu.
Ketika itu Sumbar tidak bisa menolaknya karena alasan pembiayaan yang bukan APBD melainkan APBN. “Itu murni anggaran yang dibudget di APBN lewat Kemenpar,” kata jurubicara Pemprov Sumbar ketika itu, Jasman Rizal seperti dikutip banyak media.
Maka, ruh protes itu kembali muncul dari wacana Wagub hari ini. Bahkan kepada media, Senin siang itu, Audy mengaku memiliki memiliki sejumlah rancangan program pariwisata Sumbar. Termasuk mengurus sertifikasi CHSE (Clean, Health, Safety dan Environment) dalam 100 hari ke depan untuk beberapa titik.
“Kita juga punya nanti objek wisata andalan nasional di seluruh kabupaten kota yang kita siapkan di daerah masing-masing dan satu internasional, semoga dengan begitu bisa memacu pariwisata Sumbar kembali,” tuturnya.
Tagline pariwisata menurutnya harus dapat mewakili Sumbar secara keseluruhan. Karena menurutnya melalui branding pariwisata di daerah tertentu dinilainya dapat menarik minat orang berwisata ke sana.
Audy juga menjelaskan, bahwa alasan merebranding tagline wisata Sumbar Taste of Padang itu lantaran terlalu spesifik. “Tagline sekarang terlalu spesifik, kalau Kota Padang kan terlalu spesifik, nanti daerah lain tidak merasa, kita diskusikan dulu, bukan diubah serta merta sekarang. Padang ini identik dengan kota, kan harus mewakili Sumbar,” jelasnya.
Empat tahun lalu Taste of Padang sebagai tagline destinasi wisata
Sumatera Barat hangat menjadi polemik di media massa mainstream maupun media sosial.
Berbagai kritik dan
bahkan dalam bentuk sindiran di tebar netizen di media sosial (medsos) hingga
group-group WhatsApp kumpulan pecinta wisata. Mulai dari soal
tidak terwakilinya semua potensi Sumbar hingga biaya perumusan branding yang
dianggap terlalu besar.
“Branding kok
seperti itu. Sumbar harus mewakili semuanya. Ini brandingnamanya,”
tulis Direktur Pusat Studi Kepariwisataan Universitas Andalas (Unand) Dr. Sari
Lenggogeni ketika itu.
Menurut lenggogeni,
urusan branding harusnya dikerjakan oleh arsitek branding yang
betul-betul mengikuti proses metodologi tiga persepektif. Pertama host (tuan
rumah), kemudian kompetitor (tolak ukur dengan kompetitor), dan yang paling
penting adalah customer (target pasar).
Menurut Sari, branding itu
harus bersifat recognizable, memorable, dan
konsisten. Seperti halnya yang dilakukan Kemenpar untuk Wonderful Indonesia
atau pesona indonesia yang bertahan selama berapa tahun hingga saat ini.
“Branding itu
identitas siapa kita. Sebagai pembeda kita dengan yang lain. Paling penting
lagi, harus menggambarkan esensi brand atau ‘DNA’ dari
destinasi yang ada di Sumbar,” katanya.
“Saya bingung, 19
kabupaten kota lalu saat komunikasi pemasaran melalui advertising,
atau even ada tagline ‘Taste of Padang’ pada even Bukittinggi.
Lalu bagaimana orang mengenali Bukittinggi atau 18 kota lainnya? Branding itu
ada proses yang ditinjau dari inhabitant (masyarakat), customer,
dan kompetitor, apa konsultan itu sudah lalui ini,” sambungnya lagi. (inoval egasly/eko)