×

Iklan

Oleh : Uda Fahlevi
Sekarang Ia Bernama Sy. S. P. Z Atuik Fanhoten S.Sos, LK, LBI

17 Oktober 2021 | 23:18:15 WIB Last Updated 2021-10-17T23:18:15+00:00
    Share
iklan
Sekarang Ia Bernama Sy. S. P. Z Atuik Fanhoten S.Sos, LK, LBI
Febriansyah Fahlevi

Kok Anda ada mengikuti Opera Lapau ini dari minggu ke minggu, tentu Anda masih terkana dengan sosok Atuik Fanhoten, nan pernah diceritakan pada cerita terdahulu.

Atuik Fanhoten adalah salah seorang pelanggan setia Lapau Tan Angguk. Karena Atuik ini pulalah Lapau Tan Angguk pernah mencatat sejarah sebagai satu-satunya lapau nan luar biasa. Sebab, salah seorang pelanggan setianya nan bernama Atuik Fanhoten, “dikelancitkan hantu” menjadi anggota DPR Daerah.

Sebelum menjadi anggota DPR tu—walau lah tamat kuliah di salah satu perguruan tinggi “lapeh makan”—Atuik sempat menganggur sekitar sembilan tahun, enam bulan, lebih duapuluh satu hari.

Konon dalam masa pengangguran itu Atuik sempat mengikuti berbagai les, seperti les komputer, les bahasa inggris dan les-les nan lainnya.

Kita tinggalkan saja sementara tentang masa lalu si Atuik Fanhoten ini. Cerita kita geser ke sosok Atuik nan lah coga.

Semenjak menjadi anggota dewan terhormat tu, sudah gaya benar gaya Atuik Fanhoten sekarang. Bahkan, bila berbicara, sudah berwibawa benar dia. Tak jarang pula ditekuk-tekuk kan suaranya supaya tampak berwibawa. Tapi, wibawa dibuat-buatlah kenamanya, tentu agak menangai juga tampaknya !

Tak hanya sampai di situ, gelar keserjanaan nan pernah diraihnya dulu—walau ketika menganggur malu untuk digunakannya—namun kini lah dilekatkan kesadanya. Bahkan, karena dia juga pernah les komputer dan bahasa inggris, maka ditambahkan pula di belakang namanya apa nan lah diperbuatnya itu.

Jadi, semenjak jadi anggota dewan terhormat itu lengkapnya nama si Atuik ini adalah ; “Atuik Fanhoten S.Sos, LK, LBI”. Arti dari LK adalah Les Komputer dan LBI adalah Les Bahasa Inggris.

Bahkan, supaya tak tertinggal benar dari kawan-kawan nan lain, terutama kawan-kawannya nan lah menjalankan Rukun Islam, Atuik pun menambah gelar di depan namanya.

Sama halnya dengan orang nan lah menunaikan Rukun Islam ke lima (pergi haji), lalu menambahkan gelar haji di muka namanya, Atuik pun akhirnya punya ide pula untuk menambahkan gelar di muka namanya.

Karena, Rukun Islam ada lima, yaitu ; mengucap dua kalimat Syahadat, menunaikan Shalat lima kali sehari, Puasa pada bulan ramadan, mengeluarkan Zakat dan menunaikan Haji bagi mereka yang mampu, kemudian Atuik Fanhoten pun menambahkan empat dari Rukun Islam itu di depan namanya. Sebab, katanya, keempat Rukun Islam itu lah dijalaninya.

Jadi sekarang lengkap sudah gelar si Atuik ini, yaitu “Sy. S. P. Z Atuik Fanhoten S.Sos, LK, LBI”. Singkatan Sy di depan namanya tu berarti Syahadat (karena dia lah membaca Syahadat), sedangkan S berarti Shalat (karena dia sudah menunaikan Shalat), P berarti puasa (karena ia juga lah menunaikan puasa), sementara Z berarti Zakat (sebab ia pun lah membayarkan Zakat).

“Tinggal satu nan ka saya kejar lagi, yaitu H (naik haji). Kok saya pasang pula H di depan nama saya, nanti bisa tak percaya orang. Sebab, orang kampung tahu kalau saya ulun naik haji lagi doh. Kelak, bila saya lah naik haji pula, maka saya tambah pula H di depan nama saya,” begitu gumam Atuik pada orang kampungnya. Ya coga benar Atuik Fanhoten rasanya dengan berbagai gelarnya itu !

Masih ber-etong jari Sy. S. P. Z Atuik Fanhoten S.Sos, LK, LBI duduk jadi anggota DPR Daerah, keuntuk mengambil muka ke masyarakat, dia pergi bertandang ke Lapau Tan Angguk, dengan membawa dua orang temannya sesama anggota dewan terhormat. Menjeput aspirasi lah kenamanya !

“Selamat siang angku-angku, perkenalkan kawan saya Pak Ridwan Kapeseh SPd, BSc dari Partai Garindin dan Pak Drs Man Paik BA dari Partai Hancur Hatiku,” kata Atuik Fanhoten memperkenalkan kawannya sesama anggota DPRD Daerah pada, Uwan Laser, Uwo Pulin, Uncu Comeng, Zal Cieng, Hendri Menong dan lainnya.

Salam Atuik pun disambut hangat dek orang di lapau tu. Maklum, anggota dewan terhormat lah kenamanya. “Ondeh…, selamat siang lo liak, si Atuik malah rupanya. Kami sangka waang lah lupa dengan Lapau Tan Angguak ini,” balas Uwo Pulin.

Mendengar jawab Uwo Pulin itu, Atuik agak kurang senang rupanya. “Uwo terlongsong benar tampaknya. Ber-bapak lah ke saya. Sebab, saya bukan Atuik nan dulu lagi, sekarang saya sudah menjadi anggota dewan,” kata Atuik sambil mengeluarkan kartu namanya nan penuh gelar itu, Sy. S. P. Z Atuik Fanhoten S.Sos, LK, LBI.

Rasa mendengar petus tungga Uwo Pulin mendengar perkataan si Atuik itu. Benar-benar tersirap darah di dadanya. Panas benar hati Uwo Pulin melihat gaya si Atuik tu. “Oooi….Atuik, baru jadi anggota DPR waang baru, lah ke berbapak pula wakden ke waang.


Aluuummm lai doh….. ! Sedang ke nabi saja, tak pernah guru mengaji menyuruh wakden berbapak doh. Ke nabi apa orang nan memanggil bapak ha…? Mana nan tinggi ‘pangkat’ waang dari nabi lagi?,” balas Uwo Pulin dengan urat marih nan lah mulai menegang. Maklum sajalah ya ! Orang sedang terabo lah kenamanya, jadi muncungnya persis oto tak ber-rem, asal mendudu saja.

Singkat cerita, Atuik dan kawan-kawan nan tadinya bermaksud ke menjeput aspirasi, akhirnya terpaksa urak selo. Sebab, orang nan duduk di lapau tu enggan untuk melanjutkan komunikasi dengannya.

Menyimak cerita ini, dapat diambil hikmah ; ”bahwa ternyata, kemampuan untuk tampil sederhana hanya bisa dilakukan oleh mereka yang telah memahami hakikat sejati dari tugas dan tanggungjawabnya sebagai manusia. Tuhan sebagai puncak dari segala kesempurnaan, juga selalu menyapa manusia dengan bahasa-Nya yang sederhana. Karena itulah, bila ingin muncul sebagai pribadi unggulan, tentunya harus dimulai dengan menampilkan diri secara sederhana”.