×

Iklan


Raibnya Cita Rasa Komunikasi Kepemimpinan dan Politik di Arosuka

13 Agustus 2021 | 23:54:29 WIB Last Updated 2021-08-13T23:54:29+00:00
    Share
iklan
Raibnya Cita Rasa Komunikasi Kepemimpinan dan Politik di Arosuka

Oleh: MENDA PAMUNTJAK ALAM

RAIBNYA cita rasa komunikasi kepemimpinan dan komunikasi politik Kepala daerah Kabupaten Solok Epyardi Asda dengan  Ketua DPRD setempat Dodi Hendra di tengah wabah Pandemi Covid-19 semakin membuktikan tenggelamnya keharmonisan keduanya sebagai pimpinan istitusi pemerintahan dan lembaga perwakilan rakyat. Tentunya, pertikaian  ini semakin buncah dengan reaksi dan aksi saling lapor ke pihak berwajib membuat kenyamanan  publik Kabupaten Solok jadi terganggu.

Kekisruhan  itu dibahas apik dalam Dialog Padang TV, Jumat (6/8/2021). Hadir dalam dialog itu, Syamsu Rahim mantan Bupati Solok pada masanya (2010-2015), Sekretaris DPD Partai Gerindra Sumbar Evi Yandri Rajo Budiman, Pengamat Hukum Tata Negara Charles Simabura, Pengamat Politik dan Kebijakan Publik Riswanto Bakhtiar, Praktisi Hukum Vino Oktavia, dan Direktur Sumbar Leadership Forum dan Research Edo Andrefson. 

    Dialog benuansa kritis dan tajam dari masing pengamat tersebut telah mengupas kulit tampak isi dari perilaku komunikasi kepemimpinan dan komunikasi politik kedua petinggi yang berasal dari partai yang berbeda tetapi menjadi bersandar sebagai kapal pengusung menuju dermaga pasangan bupati dan wakil bupati Solok. Sejatinya, keduanya saling melengkapi  dan bukan saling mengurangi, apalagi mencurangi.

    Perseteruan kedua politisi itu  menunjukkan kualitas kepemimpinan  yang ditentukan juga dari kualitas kinerja komunikasi yang pertontonkan di ruang publik bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku komunikasi kepala daerah dan pimpinan perwakilan rakyat dengan citra publik dan ekspektasi publik. Perilaku komunikasi kedua pemimpin itu memiliki hubungan yang lebih kuat dengan citra publik dibandingkan hubungannya dengan ekspektasi publik. 

    Kuatnya signifikansi hubungan tersebut mensyaratkan kualitas komunikasi pemimpin yang ditunjukkan dalam setiap perilaku komunikasinya. Tak bisa dipungkiri memang, terlalu jauh perbedaan jam terbang berpolitik sosok Epyarda Asda yang tiga putaran duduk sebagai wakil rakyat di DPR-RI dibanding sosok Dodi Hendra yang masih muda diusia berikut pengalaman diranah politik. Namun patut diacungi jempol, sebagai politisi muda sudah berada pada pucuk pimpinan DPRD Kabupaten Solok. Bukan perkara mudah mencapai kedudukan tertinggi di lembaga perwakilan rakyat.

    Dalam membangun komunikasi, salah satu prinsipnya adalah setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi. Perilaku komunikasi merupakan suatu tindakan atau perilaku seseorang pada saat penyampaian pesan baik itu berupa verbal maupun non verbal yang ada pada tingkah laku seseorang. Perilaku komunikasi dapat diamati melalui kebiasaan komunikasi seseorang, sehingga perilaku komunikasi seseorang akan menjadi kebiasaan pelakunya. Hasil dari perilaku komunikasi tersebut yang mensyaratkan seseorang untuk mendapatkan titik temu tindakannya. Perilaku komunikasi akan menampilkan teknik dan keterampilan dari seseorang untuk mencapai tujuan komunikasinya dengan menerapkan pada pengaturan teknik komunikasinya baik secara verbal maupun secara non verbal.

    Idealnya,salah satu tindakan komunikasi yang perlu ditunjukkan Epyardi Asda dan Dodi Hendra selama menduduki jabatannya adalah melaksanakan komunikasi politik, pemerintahan dan publik. Ketiga komunikasi yang dijalankan dalam hubungannya dengan publik mengeksplisitkan perilaku komunikasi. Tampilan perilaku komunikasi akan memunculkan citra dan ekspektasi yang terbentuk dalam benak publik. Hasil dari citra dan ekspektasi publik tentunya dapat memengaruhi kinerja kepala daerah dan di dewan  selama masa kepemimpinannya.

    Pada dimensi tertentu citra dan ekspektasi publik dapat menentukan bagaimana seorang kepala daerah menunjukkan perilaku komunikasi yang dapat menarik simpatik dan empatik publik baik dalam konteks direct communication maupun indirect communication. Dengan demikian, terbentuknya citra dan ekspektasi publik merupakan suatu dukungan psikologi terhadap kepala daerah dalam reputation mainteance yang dapat memberi dampak psikologi terhadap kinerja kepemimpinan.

    Keterampilan komunikasi, perilaku komunikasi seorang kepala daerah merupakan kemampuan atau kualitas kinerja komunikatif seseorang. Keterampilan komunikasi adalah salah satu yang paling ekstensif dan intensif dalam mempelajari semua aspek dari perilaku manusia . Sehubungan dengan itu, perilaku komunikasi kepala daerah yang terampil mampu merencanakan dan memilih di antara alternatif perilaku, memonitor dan memperbaiki tingkah lakunya.

    Untuk mencapai performa kompetensi komunikasi yang handal, seorang kepala daerah memulainya dengan kesadaran diri atau self-monitoring dalam membantu atau mendeteksi kesesuaian sosial dengan presentasi diri, untuk lebih mengontrol dan memodifikasi perilaku ekspresif sendiri, sehingga memenuhi persyaratan dari situasi tertentu.Selanjutnya, seorang kepala daerah menunjukkan keterlibatan emosi dengan audience dalam setiap perilaku komunikasi.

    Ketidakberdayaan Jon F. Pandu sebagai Wakil Bupati Solok sebagai jembatan hati dan jembatan komunikasi politik antara Epyardi Asda dengan Dodi Hendra sebagai besutan partainya Gerindra. Wabup gagal melakukan rekacita, rekacipta dan rekayasa komunikasi kepemimpinan dan komunikasi politik. Sebagai wabup dan sebagai Ketua DPC Gerindra sejatinya dia bisa tampil dengan gagah perkasa mempertemukan kedua tokoh bertikai itu di meja perundingan damai. Sayang tak terwujud yang tentunya terganjal dengan berbagai kendala atau karena keterbatasan lainnya. Agaknya, saatnya tokoh lainnya di Kabupaten Solok yang harus ambil alih semisal sekelas Syamsu Rahim.

    Syamsu Rahim dan Media

    Kecampinan dan kepiawaian sang maestro Syamsu Rahim di pemeritahan dan di gelanggang politik di Sumatera Barat tak diragukan lagi. Mantan Walikota Solok dan Bupati Solok pada masanya itu adalah sosok yang tepat dan cepat untuk bisa menjembatani guna mendamaikan Epyardi Asda dengan Dodi Hendra, terlebih lagi dia telah menjadi bagian terpenting mengantarkan duet Epyardi Asda dengan Jon F. Pandu sebagai Bupati dan Wakil Bupati Solok. Upaya Syamsu Rahim juga tak lepas dari peran orang-orang terdekat dari kedua pihak yang bertikai.

    Talenta Syamsu Rahim sebagai politisi dan mantan birokrat tentunya bukanlah hal rumit baginya menyelesaikan sengketa beraroma politis ini. Gaya kepemimpinan dan komunikasi politik ala Syamsu Rahim yang selama ini dikenal  disiplin dan keras serta tegas dalam berprinsip yang kemudian hal itu menjadi harapan publik pula untuk bisa membangun jembatan hati dan jembatan politik mengurai sengkarut Epyardi Asda dan Dodi Hendra demi kemaslahatan Kabupaten Solok. Epyardi Asda butuh ketenangan, kekuatan dan spirit mengusung slogan “Mambangkik Batang Tarandam”. Guna mewujudkan itu tak bisa tanpa dukungan kuat  legislatif.

    Media menjadi lembaga keempat (fourth estate) yang mengawal proses demokratisasi (di ranah lokal), jangan sampai justru media lokal dicurigai berubah fungsi menjadi kepanjangan tangan “raja-raja” daerah yang menyokong primordialisme lokal. Keberadaan media lokal dalam tinjauan komunikasi politik jangan berperan sebagai agen politik daripada saluran komunikasi politik. Kata kuncinya, media itu mengayomi semua kalangan maka pentingnya keseimbangan agar publik teredukasi dan terserdaskan melalui informasi yang informatif. 

    Media lokal tidak saling menjadi “corong” kepentingan sesaat lewat karya jurnalistiknya dari kedua kubu yang tengah bertikai, media lokal dapat juga berperan menjadi juru damai dari hiruk pikuk dari ketegangan kedua pemimpin yang bergedung pada kawasan Tugu Ayam di Arosuka. Saya yakin para awak media di Solok adalah insan terdidik dan berkualitas serta teruji menjadi  jurnalis yang sesungguhnya.

    Hubungan media dan good local governance dalam konteks otonomi menjadi sangat penting karena pengambilan keputusan pemerintah tidak mungkin dilakukan tanpa partisipasi masyarakat. Media menjadi wahana informasi yang strategis dalam menampung aspirasi grassroot atas berbagai keputusan yang akan diambil pemerintah. Media jangan terbawa arus kepentingan satu kelompok tetapi menjadi alat pemersatu diantara kelompok. Bravo Kab. Solok, Jaya nan Abadi…!

    (Penulis adalah Analis Komunikasi Politik dan Media, Dosen Unand Padang)