×

Iklan


Pertumbuhan Ekonomi Kita Lebih Aman, Karena Orang Indonesia Hobi Belanja dan Jalan-Jalan

11 September 2023 | 08:41:44 WIB Last Updated 2023-09-11T08:41:44+00:00
    Share
iklan
Pertumbuhan Ekonomi Kita Lebih Aman, Karena Orang Indonesia Hobi Belanja dan Jalan-Jalan
Masyarakat Indonesia lebih suka berbelanja di Supermarket, seperti di Dalas Swalayan, Bandar Buat yang selalu ramai dikunjungi konsumennya setiap hari

Jakarta, Khazanah – Data Mandiri Spending Index (MSI) mencatat, sebanyak 40 persen pengeluaran masyarakat Indonesia digunakan untuk berbelanja di supermarket dan makan di restoran. Tak hanya itu, 9 persen pengeluaran mereka dialokasikan untuk berbelanja pakaian.

Hal tersebut diungkapkan oleh Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro, saat memberikan pelatihan wartawan Bank Indonesia (BI) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Minggu (10/09/2023).

“Kita bisa lihat, (orang) Indonesia hobi jajan dan jalan-jalan,” kata Asmo.

    Sehingga ia menilai, pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan tetap terjaga baik dikisaran 5 persen secarara tahunan. Disisi lain, dengan terus meningkatnya pengeluaran masyarakat terhadap konsumsi akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen yoy.

    Kendati demikian, Asmo ini menegaskan bahwa Pemerintah masih harus tetap berupaya menjaga pertumbuhan ekonomi dengan mendorong kinerja investasi.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari segi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 dengan nilai kontribusi 2,77 persen.

    Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menyampaikan kondisi ekonomi global khususnya dua negara adidaya yakni China dan Amerika Serikat yang menjadi mitra perdagangan utama Indonesia.

    Pada kesempatan yang sama, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Erwindo Kolopaking, menyebut ekonomi China saat ini dalam kondisi yang loyo dibandingkan ekonomi Amerika Serikat yang masih cukup baik di tengah ketidakpastian.

    "Ekonomi China ini tidak sebaik yang kita bayangkan," kata Erwindo

    Erwindo menjelaskan, padahal pelaku ekonomi sangat meyakini pada awal tahun ini akan ada stimulus-stimulus tambahan dari China. Namun, ternyata kondisinya kurang baik, hal itu dikarenakan masih terdapat utang di sektor rumah tangga yang tinggi serta konsumsi dan kinerja properti yang memburuk.

    Menurutnya, jika dilihat beberapa tahun terakhir, kata Erwindo, sebetulnya China mendorong infrastruktur yang baik, mulai dari jaln maupun bangunan dan lainnya. Namun, ketika China mencoba mendorong ke sektor konsumsi hasilnya belum mampu sepenuhnya menopang perekonomian domestik.

    Alhasil, saat perekonomian China melambat maka akan berdampak terhadap negara-negara sekitar, termasuk Indonesia. Sebab, China merupakan mitra dagang Indonesia. "Sehingga ketika perekonomian China melambat ini berdampak signifikan kepada negara-negara sekitar, salah satunya Indonesia," ujarnya.