×

Iklan


Pelajaran Akhlak dari Khabib Nurmagomedof

01 November 2020 | 22:19:32 WIB Last Updated 2020-11-01T22:19:32+00:00
    Share
iklan
Pelajaran Akhlak dari Khabib Nurmagomedof
gamawan_fauzi

Oleh: DR. H. GAMAWAN FAUZI Dt. Rajo Nan Sati 

Tanggal 24 Oktober lalu waktu Abu Dhabi, atau tepatnya sekitar Minggu dini hari, jam 01.10 Waktu Indonesia Barat, jutaan pasang mata menunggu pertandingan perbutan juara MMA atau Bela Diri Campuran kelas ringan antara Khabib Nurmagomedov dan Justin Gaethje.

Dua petarung ini memang luar biasa. Masing masing memiliki keunggulan dalam bertarung. Khabib Nurmagomedof pemegang sabuk juara, adalah adalah petarung dengan basic bela diri gulat, memiliki reputurasi luar biasa. Dari 28 kali pertandingannya di UFC belum satu kalipun mengalami kekalahan.

    Sementara itu, sang penantang Gaethje adalah juara kelas bulu Ad interm juga punya track record yang hebat. Selama kariernya di UFC, hanya pernah mengalami 2 kali kekalahan. Yaitu dari Edy Alvares dan Porier. Terakhir Gaethje tampil, saat dia menghabisi perlawanan Toni Farkuson dengan TKO. Farkuson yang oleh banyak pengamat digadang-gadang akan dapat menghentikan kedigdayaan Khabib dan dengan mudah menghentikan Gaetje, ternyata kalah mengenaskan dari tangan Gaethje beberapa waktu lalu, setdlah wasit menilai dia tak mampu lagi melanjutkan perlawanan. Sekujur wajahnya bermandi darah dan mengalami luka menganga di beberapa tempat.

    Tapi bukan jalannya pertarungan Khabib dan Gaethje yang menjadi penting, melainkan sisi lain dari pertandingan itu yang sangat mengesankan saya. Lewat menit pertama ronde kedua pertandingan itu, Khabib telah berada pada posisi di atas Gathje. Sebenarnya dia dengan leluasa bisa mendaratkan sejumlah pukulan keras ke wajah Gaethje dan bisa membuat Gaethje berdarah-darah.

    Dia juga bisa melakukan kuncian Ambar atau Kimura, yang berakibat tangan Gaethje patah atau cidera berat. Tapi Khabib tidak melakukan itu. Dia memilih kuncian Triangle choke untuk mengakhiri perlawanan Gathje. Terlihat Gaethe kehilangan kesadarannya sejenak, lalu wasit menghentikan pertarungan itu, dan beberapa detik setelah kuncian dilepaskan Khabib, Gaethje kembali siuman. Khabib seperti biasa, langsung melakukan sujud syukur dan meneteskan air mata.

    Gaerhje yang sudah siuman dari pingsannya menghampiri Khabib, dan mereka berpelukan. Terlihat dalam video mereka saling bicara singkat. Belakangan isi ucapan mereka itu di ungkapkan masing-masing. Gaethje mengatakan kepada Khabib, selamat, almarhum ayahmu pasti bangga dengan hasil pertarunganmu hari ini. Sementara Khabib mengatakan kepada Gathje, hormati kedua orang tuamu.

    Lalu kenapa Khabib tidak menghujani Ghaethje dengan pukulan atau mengunci Ghaethje dengan Ambar atau Kimura disaat dia dapat melakukannya terhadap Gaethje? Daniel Cormer, mantan petarung kelas berat sahabat Khabib mengatakan, bahwa dia tak ingin mematahkan tangan Gaethje, dia merasa sungkan melakukan itu di depan ayah dan ibu Gaethje yang menyaksikan langsung pertarungan itu disisi octagon.

    Ali Muchtar Ngabalin dan Musni Umar pada saat hampir bersamaan, di luar octagon terjadi pula perseteruan Staf Ahli Utama Presiden, Ali Muchtar Ngabalin yang populer itu dengan Prof. Musni Umar, Rektor Universitas Ibnu Khaldun. Ketika ada ucapan Ali Mukhtar Ngabalin yang berharap agar polisi menangkap Refly Harun dan Ustad Muhamad Yahya Maloni, muncul tanggapan Musni Umar, bahwa apa yang di sampaikan Ngabalin itu adalah politik bumi hangus.

    Tak senang dengan komentar Musni, kemudian Ngabalin menanggapi dengan kalimat "katanya Rektor, tapi isi kepalanya hanya sampah". Musni pun tak surut, komentar Ngabalin di tanggapi dengan mengatakan, bahwa "sampah itu kalau isi kepalanya hanya berpikir menjilat"

    Saya masih menunggu apa lagi balasan Ngabalin dengan kata kata Musni tersebut, saat tulisan ini dibuat. Sulit ditebak, apakah akan ada kalimat sejuk ataukah "Bumi Makin Panas".

    Dari dua peristiwa yang terjadi di saat umat Islam merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw, saya dapat memetik pelajaran berharga. Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah berkata, Innamal buistu liutamimma makrimak Akhlaq., tidak lah aku diutus Allah, melainkan untuk memperbaiki budi pekerti dan akhlaq manusia.

    Dari kandang Octagon yang sering berdarah darah, seorang petarung muslim tak terkalahkan dari 29 kali pertandingannya, mengajarkan kepada saya, betapa mulianya akhlak Khabib. Dia mengajarkan kepada saya bagaimana dia "menenggang perasaan" lawan tandingnya di depan orang tua lawannya itu dengan menang tanpa mau mencederai, padahal dia bisa melakukannya. Kemudian, dia pun berbisik, "Hormati kedua orang tuamu".

    Setelah pertandingan usai, dia pun memproklamirkan pengunduran dirinya dari olahraga itu, demi memenuhi janjinya kepada ibunya, bahwa tanpa didampingi ayahnya dia tak akan bertanding lagi, dan laga ke 29 itu adalah laga terakhirnya di Octagon. Dia pun menepatinya. Karena janji adalah utang dan utang wajib untuk dibayar.

    Khabib, bukanlah ulama, Khabib juga bukan pendakwah. Tapi sikapnya, perilakunya dan kata-katanya yang sedikit itu penuh dengan ajaran. Dia mengajari saya dan mungkin jutaan orang lain berakhlaqul karimah. Dia tak bicara "melukai" orang lain, sekalipun lawan tandingnya. Bahkan dia mengajarkannya untuk memuliakan lawan tandingnya agar memuliakan orang tuanya, kendatipun dia tak merujuk hadis yang berbunyi Ridhallahi fi radha walidain, wa sukhtullahi fi sukhti walidain", yang artinya, Ridha Allah terletak pada keredhoan ibu bapak, dan kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan ibu bapak.

    Lalu apa yang saya perdapat dari perseteruan Ngabalin? Tak lain hanya berharap, semoga dari hati dan lidah yang sepenggal ini, tak keluar kata-kata kasar yang merendahkan orang lain. Karena pangkat, kedudukan dan harta, bukanlah ukuran mulia, tapi kemuliaan seseorang terletak pada akhlaknya dan ketaqwaannya.

    Mudah-mudahan negeri ini akan banyak melahirkan manusia-manusia berakhlak mulia seperti di contohkan, dan melalui dakwah bilhal nya Khabib, sehingga bangsa ini tumbuh menjadi bangsa yang makmur, sekaligus berakhlak mulia. Bukankah salah satu program Presiden Jokowi adalah Revolusi mental?

    Kita tunggu dengan sabar waktu untuk membuktikan.

    Wassalam --GF

    (Penulis pernah menyandang sabuk hitam karate Lemkari/Inkanas)