×

Iklan


Pangkalan Elpiji Aresa Family Manfaatkan KUR BRI untuk Kembangkan Usaha

17 April 2024 | 12:03:30 WIB Last Updated 2024-04-17T12:03:30+00:00
    Share
iklan
Pangkalan Elpiji Aresa Family Manfaatkan KUR BRI untuk Kembangkan Usaha

Oleh : Devi Diany

Pagi itu, sekitar pukul 09.00 WIB. Pasangan suami istri Rismayeti (62 tahun) dan Edwar Sabri (67 tahun) tengah sibuk di tokonya Pangkalan Elpiji 3 Kg, Aresa Family. Sebuah mobil pick up dengan merek perusahaan distributor elpiji 3 Kg, parkir di depan pagar toko yang beralamat di Jalan Teknologi Raya No. 90 Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Naggalo, Kota Padang. Petugas dengan cekatan menaikkan tabung gas yang sudah kosong ke mobil. Sementara di luar pagar, beberapa warga antre sambil menenteng tabung gas si melon.

Setelah mobil itu pergi, warga langsung masuk ke toko sambil menyerahkan tabung si melon yang dibawanya. Lalu Sabri menyerahkan tabung baru sebagai gantinya. Setelahnya Sabri langsung meraih ponselnya dan menulis sesuatu sambil mencermati foto copy sebuah KTP.

    “Warga yang membeli gas elpiji ini harus saya laporkan ke Pertamina dengan cara upload identitasnya,” kata Sabri saat disambangi di tokonya, kemarin.

    Sang istri menghampiri sambil mengajak masuk ke rumahnya. Diceritakan Rismayeti, dia dan sang suami mulai berbisnis gas elpiji tahun 2012 setelah keduanya pensiun. Dulu, Rismayeti dan suami adalah pegawai Kementerian Keuangan RI pada Kanwil DJP Sumbar. Rismayeti pensiun tahun 2000 dan sang suami sudah lebih dulu pensiun. Sementara 6 orang anak mereka sudah besar dan telah bekerja pula. Tinggal putri bungsunya, Sabila, mahasiswa Fakultas Ekonimi Unand yang saat ini tengah menyusun skripsi yang menjadi tanggugannya.

    “Untuk mengisi waktu setelah pensiun, kami sepakat membuka usaha pangkalan gas elpiji ini dengan nama Aresa Family. Apalagi setahu saya, belum ada pangkalan elpiji di sini,” jelas Rismayeti.

    Ketika memulai usaha, Rismayeti membeli 50 tabung yang sudah diisi elpiji dengan modal sendiri sebesar Rp 8 juta. Mungkin karena belum banyak warga yang tahu, maka perputaran tabung elpijinya terkesan lamban. Tetapi setelah beberapa waktu, justru dia yang kewalahan memenuhi permintaan. Usahanya laris manis. Si melon selalu habis sebelum jadwal kedatangan tabung berikutnya. Bahkan banyak warga yang harus balik kanan karena tak kebagian. Kadang karena kasihan, Rismayeti memberikan si melon miliknya yang ada di dapur.

    “Pernah terjadi pasokan elpiji ini terputus, sedang warga butuh gas untuk memasak. Karena kasihan, saya jual pesediaan si melon saya yang ada di dapur,” katanya.

    Salah satu daya tarik banyaknya pelanggan Rismayeti agaknya karena dia menjual dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 17 ribu per tabung dan lokasi usahanya berada di tengah pemukiman warga. Sedangkan harga si melon di warung berada di atas harga HET berkisar Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu. Saat itu, dia berpikir untuk menambah tabung, tetapi apa daya anggaran yang dimilikinya tak mencukupi.

    Suatu ketika, katanya, saat dia belanja di warung tetangganya, pemilik warung yang berjualan sarapan pagi itu memberinya informasi ada Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI untuk pelaku usaha dengan bunga yang ringan. Tetangga itu menceritakan tentang temannya yang telah menerima KUR untuk mengembangkan usahanya.

    Rismayeti tertarik. Hal itu dia diskusikan dengan suaminya. Setelah sepakat, maka dia mendatangi BRI Unit Siteba yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya untuk meminta penjelasan yang lebih lengkap.

    “Tahun 2022, saya meminjam KUR BRI sebesar Rp 22 juta untuk membeli 100 tabung gas. Saya didampingi Bu Fitri, petugas dari BRI sekaligus memberikan pendampingan tentang KUR ini,” katanya.

    Alhamdulillah. Perkembangan usahanya memang seperti yang diharapkan. Konsumennya terus bertambah. Saat ini, warga yang membeli gas elpiji harus didata maka pihaknya memberikan prioritas pada warga yang sudah terdata untuk membeli gas. Hal ini juga menjadikan distribusi elpiji menjadi lebih tertib. Cicilan KUR BRI juga lancar setiap bulan yang besarnya Rp 1.283.000,-.

    “Pembayaran cicilan KUR dilakukan dengan debet langsung di rekening saya. Sampai saat ini sudah berjalan 1 tahun. Masa kredit saya 2 tahun, jadi tinggal 1 tahun lagi. Alhamdulillah, saya tidak pernah menunggak,” terangnya.

    Rismayeti sangat bersyukur mendapatkan KUR BRI ini. Yang pasti, bisnisnya berkembang dan bisa memenuhi kebutuhan warga. Bunga KUR sangat terjangkau dan ada pula subsidi bunga dari pemerintah untuk pelaku usaha. Bunga KUR efektif 6 persen per tahun atau 0,3 persen per bulan.

    Meski tabung gas Pangkalan Elpiji Aresa Family sudah ditambah, tetapi masih ada juga warga yang tak kebagian elpiji. Ke depan, Rismayeti mempertimbangkan untuk menambah tabung elpiji 3 Kg lagi. Tetapi tuntaskan dulu KUR yang saat ini sedang jalan.

     

    Gunakan KUR untuk Usaha Produktif

     

    Tahun 2023, BRI RO Padang memiliki plafond Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Sumbar sebesar Rp 7,4 triliun (115.476 debitur) dengan total debitur baru sebanyak 80.833 debitur. Sampai dengan Bulan Maret 2024, total kuota KUR yang sudah tersalurkan sebesar Rp 1,3 triliun (28.869 debitur) dengan total debitur baru sebanyak 20.208 debitur.

    “Mayoritas yang mengajukan pinjaman KUR ini adalah di sektor perdagangan dan produksi,” terang Regional CEO BRI Padang, Moh.Harsono.

    Kebijakan penyaluran KUR tahun 2023 memiliki substansi graduasi atau UMKM naik kelas yang jelas untuk kemandirian pelaku usaha. Pada wilayah kerja BRI RO Padang, UMKM yang naik kelas tercatat sebanyak 67.120 debitur.

    “Debitur dianggap sudah naik kelas apabila sudah mengalami peningkatan usaha baik dari sisi omset maupun scale up kompetensi nasabah dengan pelatihan (empower) baik secara online maupun offline,” terang Moh. Harsono.

    Dikatakan, untuk mendapatkan KUR ini maka setiap calon nasabah harus mengajukan permohonan. Lalu pihak bank akan melakukan analisa kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan BRISpot dan hanya memakan waktu 1-2 hari kerja. BRISpot adalah aplikasi khusus para tenaga pemasar mikro BRI atau Mantri BRI untuk memproses pinjaman calon nasabah.

    “Untuk potensi kredit macet KUR ini, cukup terjaga dengan baik dengan persentase 2,71 persen,” ujar Moh.Harsono.

    Dalam penyaluran KUR ini, terang Moh. Harsono, pihaknya menemukan sejumlah kendala, di antaranya Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) yang tidak realtime update. Butuh waktu untuk update data SIKP, sehingga KUR tidak bisa langsung cair.
    SIKP merupakan sistem aplikasi yang mendata Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mana saja yang telah meminjam KUR atau kredit subsidi di bank yang terverifikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
    “Oleh sebab itu, kita selalu memberikan edukasi kepada nasabah untuk selalu menjaga nama baik dalam membayar angsuran. Kita juga memberikan edukasi agar modal yang diberikan dalam bentuk pinjaman KUR benar-benar digunakan untuk usaha produktif, bukan untuk kebutuhan konsumtif,” tegasnya. (**)