Oleh
: Devi Diany
Pagi
itu, sekitar pukul 09.00 WIB. Pasangan suami istri Rismayeti (62 tahun) dan
Edwar Sabri (67 tahun) tengah sibuk di tokonya Pangkalan Elpiji 3 Kg, Aresa
Family. Sebuah mobil pick up dengan merek perusahaan distributor elpiji 3 Kg,
parkir di depan pagar toko yang beralamat di Jalan Teknologi Raya No. 90
Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Naggalo, Kota Padang. Petugas dengan cekatan
menaikkan tabung gas yang sudah kosong ke mobil. Sementara di luar pagar,
beberapa warga antre sambil menenteng tabung gas si melon.
Setelah
mobil itu pergi, warga langsung masuk ke toko sambil menyerahkan tabung si
melon yang dibawanya. Lalu Sabri menyerahkan tabung baru sebagai gantinya.
Setelahnya Sabri langsung meraih ponselnya dan menulis sesuatu sambil
mencermati foto copy sebuah KTP.
“Warga
yang membeli gas elpiji ini harus saya laporkan ke Pertamina dengan cara upload
identitasnya,” kata Sabri saat disambangi di tokonya, kemarin.
Sang
istri menghampiri sambil mengajak masuk ke rumahnya. Diceritakan Rismayeti, dia
dan sang suami mulai berbisnis gas elpiji tahun 2012 setelah keduanya pensiun. Dulu,
Rismayeti dan suami adalah pegawai Kementerian Keuangan RI pada Kanwil DJP
Sumbar. Rismayeti pensiun tahun 2000 dan sang suami sudah lebih dulu pensiun.
Sementara 6 orang anak mereka sudah besar dan telah bekerja pula. Tinggal putri
bungsunya, Sabila, mahasiswa Fakultas Ekonimi Unand yang saat ini tengah
menyusun skripsi yang menjadi tanggugannya.
“Untuk
mengisi waktu setelah pensiun, kami sepakat membuka usaha pangkalan gas elpiji
ini dengan nama Aresa Family. Apalagi setahu saya, belum ada pangkalan elpiji
di sini,” jelas Rismayeti.
Ketika
memulai usaha, Rismayeti membeli 50 tabung yang sudah diisi elpiji dengan modal
sendiri sebesar Rp 8 juta. Mungkin karena belum banyak warga yang tahu, maka
perputaran tabung elpijinya terkesan lamban. Tetapi setelah beberapa waktu,
justru dia yang kewalahan memenuhi permintaan. Usahanya laris manis. Si melon selalu
habis sebelum jadwal kedatangan tabung berikutnya. Bahkan banyak warga yang
harus balik kanan karena tak kebagian. Kadang karena kasihan, Rismayeti memberikan
si melon miliknya yang ada di dapur.
“Pernah terjadi pasokan elpiji ini terputus, sedang warga butuh gas untuk memasak. Karena kasihan, saya jual pesediaan si melon saya yang ada di dapur,” katanya.
Salah
satu daya tarik banyaknya pelanggan Rismayeti agaknya karena dia menjual dengan
Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 17 ribu per
tabung dan lokasi usahanya berada di tengah pemukiman warga. Sedangkan harga si
melon di warung berada di atas harga HET berkisar Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu.
Saat itu, dia berpikir untuk menambah tabung, tetapi apa daya anggaran yang dimilikinya
tak mencukupi.
Suatu
ketika, katanya, saat dia belanja di warung tetangganya, pemilik warung yang
berjualan sarapan pagi itu memberinya informasi ada Kredit Usaha Rakyat (KUR)
di BRI untuk pelaku usaha dengan bunga yang ringan. Tetangga itu menceritakan
tentang temannya yang telah menerima KUR untuk mengembangkan usahanya.
Rismayeti
tertarik. Hal itu dia diskusikan dengan suaminya. Setelah sepakat, maka dia
mendatangi BRI Unit Siteba yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya untuk
meminta penjelasan yang lebih lengkap.
“Tahun 2022, saya meminjam KUR BRI sebesar Rp 22 juta untuk membeli 100 tabung gas. Saya didampingi Bu Fitri, petugas dari BRI sekaligus memberikan pendampingan tentang KUR ini,” katanya.
Alhamdulillah.
Perkembangan usahanya memang seperti yang diharapkan. Konsumennya terus
bertambah. Saat ini, warga yang membeli gas elpiji harus didata maka pihaknya
memberikan prioritas pada warga yang sudah terdata untuk membeli gas. Hal ini juga
menjadikan distribusi elpiji menjadi lebih tertib. Cicilan KUR BRI juga lancar
setiap bulan yang besarnya Rp 1.283.000,-.
“Pembayaran
cicilan KUR dilakukan dengan debet langsung di rekening saya. Sampai saat ini
sudah berjalan 1 tahun. Masa kredit saya 2 tahun, jadi tinggal 1 tahun lagi.
Alhamdulillah, saya tidak pernah menunggak,” terangnya.
Rismayeti
sangat bersyukur mendapatkan KUR BRI ini. Yang pasti, bisnisnya berkembang dan
bisa memenuhi kebutuhan warga. Bunga KUR sangat terjangkau dan ada pula subsidi
bunga dari pemerintah untuk pelaku usaha. Bunga KUR efektif 6 persen per tahun
atau 0,3 persen per bulan.
Meski
tabung gas Pangkalan Elpiji Aresa Family sudah ditambah, tetapi masih ada juga
warga yang tak kebagian elpiji. Ke depan, Rismayeti mempertimbangkan untuk
menambah tabung elpiji 3 Kg lagi. Tetapi tuntaskan dulu KUR yang saat ini
sedang jalan.
Gunakan KUR untuk Usaha Produktif
Tahun
2023, BRI RO Padang memiliki plafond Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Sumbar sebesar
Rp 7,4 triliun (115.476 debitur) dengan total debitur baru sebanyak 80.833
debitur. Sampai dengan Bulan Maret 2024, total kuota KUR yang sudah tersalurkan
sebesar Rp 1,3 triliun (28.869 debitur) dengan total debitur baru sebanyak
20.208 debitur.
“Mayoritas
yang mengajukan pinjaman KUR ini adalah di sektor perdagangan dan produksi,”
terang Regional CEO BRI Padang,
Moh.Harsono.
Kebijakan penyaluran KUR tahun 2023 memiliki substansi
graduasi atau UMKM naik kelas yang jelas untuk kemandirian pelaku usaha.
Pada wilayah kerja BRI RO Padang, UMKM yang naik kelas tercatat
sebanyak 67.120 debitur.
“Debitur
dianggap sudah naik kelas apabila sudah mengalami peningkatan usaha baik dari
sisi omset maupun scale up kompetensi
nasabah dengan pelatihan (empower)
baik secara online maupun offline,” terang Moh. Harsono.
Dikatakan,
untuk mendapatkan KUR ini maka setiap calon nasabah harus mengajukan permohonan.
Lalu pihak bank akan melakukan analisa kualitatif dan kuantitatif dengan
menggunakan BRISpot dan hanya memakan waktu 1-2 hari kerja. BRISpot adalah
aplikasi khusus para tenaga pemasar mikro BRI atau Mantri BRI untuk memproses
pinjaman calon nasabah.
“Untuk
potensi kredit macet KUR ini, cukup terjaga dengan baik dengan persentase 2,71 persen,”
ujar Moh.Harsono.
Dalam
penyaluran KUR ini, terang Moh. Harsono, pihaknya menemukan sejumlah kendala,
di antaranya Sistem Informasi Kredit Program
(SIKP) yang tidak realtime update. Butuh
waktu untuk update data SIKP, sehingga KUR tidak
bisa langsung cair.
SIKP merupakan sistem
aplikasi yang mendata Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mana saja yang
telah meminjam KUR atau kredit subsidi di bank yang terverifikasi Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
“Oleh sebab itu, kita selalu memberikan edukasi kepada nasabah untuk selalu
menjaga nama baik dalam membayar angsuran. Kita juga memberikan edukasi agar
modal yang diberikan dalam bentuk pinjaman KUR benar-benar digunakan untuk
usaha produktif, bukan untuk kebutuhan konsumtif,” tegasnya. (**)