Ilustrasi |
Eksistensi Koalisi Poros Baru di
konstelasi Pilgub Sumbar, mulai diragukan. Poros yang dihuni koalisi Partai
Golkar, PKB dan Nasdem ini, bahkan diprediksi akan bubar jelang ditabuhnya
genderang Pilkada serentak 2020 ini. Sedaaaaap!
Padang, Khazminang.id-- Pengamat Politik dari Universitas Andalas (Unand), Andri Rusta memprediksi koalisi poros baru akan bubar. Hal itu karena melihat sejumlah faktor, mulai dari kekompakan partai yang diragukan, calon-calon yang mendaftar, hingga isu-isu yang berkembang liar sepanjang kehadiran dan perjalanan koalisi tersebut.
"Melihat perkembangan dan isu-isu lain yang berkembang, tidak kelihatan
solidnya. Tidak kelihatan, kecuali lobi mereka sangat kuat. Calon-calon yang
mendaftarpun "tidak terlalu kuat"
dibandingkan dengan tiga pasangan kandidat calon lainnya yang sudah lebih dulu mengapung," ungkap Andri, Kamis (13/8) di Padang.
Tiga pasangan kandidat bakal calon Gubernur dan
Wakil Gubernur Sumbar yang dimaksud Andri adalah Nasrul Abit-Indra Catri
(Partai Gerindra), Mulyadi-Ali Mukhni (Demokrat dan PAN), serta Mahyeldi
Ansharullah-Audy Joinaldy (PKS-PPP).
Andri menilai, sejak awal koalisi poros baru sudah menampakkan tanda-tanda
berbeda. Mulai dari satu hari setelah diumumkan, yang ternyata tiba-tiba partai PDIP menyatakan keluar dari
koalisi. Kemudian
disusul dengan klaim dari Mulyadi-Ali Mukhni, yang mengatakan sudah mendapatkan SK dari DPP Nasdem.
"Kalau Nasdem keluar dari poros baru, yang terjadi asumsi publik adalah
DPW menginginkan adanya calon baru.
Tapi kemudian DPP sudah mengarah ke pasangan Mulyadi-Ali
Mukhni," ulasnya.
Seandainya partai Nasdem keluar, dia menilai tentunya poros baru akan bubar.
Namun kalau Nasdem bertahan, maka akan muncul pasangan calon yang baru. "Jadi memang tidak
akan terlalu signifikan hasil dari poros baru, kalau memang mereka ingin menjadi kandidat
baru," tuturnya.
Andri mengatakan, poros baru juga mesti berhati-hati dalam memilih pasangan calon yang
akan diusung. Jangan sampai memilih pasangan calon yang tidak memiliki daya tarik dan elektabilitas rendah. Karena hal tersebut hanya akan bersifat percuma.
"Jadi anti klimaks poros baru. Poros baru mesti teliti memilih pasangan
calon yang akan mereka usung, tentunya calon yang memiliki daya tarik bagi
masyarakat dan memiliki nilai jual
yang tinggi," sambungnya.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Partai Golkar Sumbar Afrizal yang
dihubungi Kamis (13/8) mengatakan, hingga saat ini tidak
ada pernyataan bubar dari ketiga partai yang tergabung dalam Koalisi Poros Baru. Dia juga meyakini
bahwa koalisi
itu akan terus berjalan untuk ke depannya.
"Saya tidak percaya kata pengamat politik, mereka kan bukan orang partai.
Sedangkan ada beberapa dari pengamat politik yang maju di Pilkada, tidak ada yang
duduk," tuturnya.
Dia juga mengatakan, tidak ada pernyataan dari siapapun dari ketiga partai di
poros baru yang mengatakan bahwa koalisi ini akan bubar. "Jangan asal ngomong dan asal berkomentar
saja pengamat
politik itu, kalau dia berani maju, ayo! Saya rekomendasikan nanti," tutupnya.
Senada, Ketua
Partai PKB Sumbar Febby Datuak Bangso juga menegaskan bahwa hingga saat ini Koalisi Poros Baru masih berjalan
seirama,
sebagaimana yang telah disepakati sejak awal. Kalaupun ada isu bubarnya Poros
Baru, itu adalah salah satu manufer untuk menggoyahkan poros baru.
"Tidak ada bubar, dan Insyaallah ke depan kita akan tetap solid berjalan bersama menentukan
siapa nantinya yang satu visi misi dengan Koalisi Poros Baru, untuk selanjutnya
diusung sebagai Cagub dan Cawagub Sumbar,"
sambungnya.
Tunggu Hasil Survei
Di kesempatan yang sama, Afrizal mengatakan jika sejak pendaftaran calon ditutup pada Minggu (9/8), hingga saat ini pihaknya tengah menunggu hasil survei yang dilakukan oleh tim yang ditunjuk koalisi. Sebanyak 11 tokoh yang telah mendaftar tersebut akan diketahui hasil surveinya pada Minggu (16/8) lusa.
“Hari minggu depan kita laksanakan rapat bersama tim, sekarang masih survei sampai tanggal 15 di 19 kabupaten/ kota. Sekarang belum ada gambaran, nanti ekspose hasil survei,” katanya.
Tim survei bertugas mencari pasangan calon terbaik yang memiliki peluang paling besar terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur. Kemudian melihat sisi kelemahan para calon, sehingga kalau dia diusung harus diketahui apa-apa saja langkah yang harus diambil untuk memperbaiki kelemahan itu.
Setelah hasil survei didapatkan nantinya, tim koalisi akan memasangkan antara calon gubernur dan wakil gubernur. Jika nanti ada calon yang tidak mau dipasangkan, maka dia bisa didiskualifikasi sesuai kesepakatan koalisi.
Hal itu terkait adanya calon yang mendaftar langsung berpasangan. Ia mencontohkan pada pasangan Fakhrizal-Genius Umar, jika dari hasil survei tidak memungkin mereka bersama, maka pasangan itu bisa saja dipisahkan. Selain mereka, Faldo Maldini-Febby Dt Bangso diketahui juga mendaftar secara berpasangan.
“Tim survei kita tunjuk netral, tidak memihak
calon manapun. Kita ingin tahu
poin paling tinggi calon itu di sektor apa, kelemahannya dimana, sehingga tahu apa yang mesti dikerjakan,”
katanya. Rina Akmal