×

Iklan

MAKIN BANYAK NEGARA MENUNDA PENGGUNAANNYA
Nasib Vaksin AstraZeneca Menanti Titah para Ahli

18 Maret 2021 | 08:46:19 WIB Last Updated 2021-03-18T08:46:19+00:00
    Share
iklan
Nasib Vaksin AstraZeneca Menanti Titah para Ahli

Padang, Khazanah -- Nasib vaksin buatan Inggri-Swedia, AstraZaneca makin tercecer di belakang di tengah maraknya pembuat vaksin Covid-19 menjajakan produk mereka ke seluruh dunia. Sejumlah negara memutuskan menunda penggunaan vaksi EZ ini, bahkan ada negara Asia dan Afrika yang memutuskan menolak vaksin itu.

Alasan yang mengemuka adalah karena adanya isu kuat bahwa vaksin itu tidak aman. Ada tuduhan dan bukti lapangan bahwa dampak vaksin itu membuat terjadinya penggumpalan darah di tubuh pasien.

Dikutip dari laman dw.com, setidaknya vaksin ini sudah diterima di lebih 50 negara, tentu saja Inggris adalah negara pertama yang memberi izin.

    Sejak vaksin AstraZeneca diregulasi otoritas kesehatan di Eropa, banyak warga yang ragu menerima vaksinnya. Pemicunya berasal dari berbagai hal. Yang terutama adalah laporan kritis dari media yang mempertanyakan efikasinya. Ditambah laporan mengenai kurang ampuhnya vaksin melawan virus mutasi Afrika Selatan.

    Selain itu, kurang lengkapnya hasil uji klinis terhadap kelompok usia di atas 60 tahun, di Jerman vaksin AstraZeneca hanya disarankan untuk digunakan terhadap orang di bawah usia 65 tahun. Dan paling anyar adalah terkait laporan efek samping serius, berupa trombosis dan emboli paru.

    "Dampak dari pemberitaan negatif sangat terasa di Jerman. Di sejumlah negara bagian dan wilayah Jerman, banyak orang menolak divaksin dengan AstraZeneca. Akibatnya persediaan vaksin tetap menumpuk dalam lemari pendingin. Vaksin AstraZeneca ibaratnya menyandang status vaksin kelas dua di Jerman, di bawah vaksin BioNTech/Pfizer dan Moderna," tulis Radio Jerman, Deutsche Welle.

    Bagaimana keampuhan vaksin AstraZeneca melawan corona?

    Uji klinis yang dilakukan AstraZeneca pada virus corona varian asli, menunjukkan efikasi 76 persen setelah pemberian dosis pertama. Bahkan setelah pemberian dosis kedua dalam jeda 12 minggu, efikasi naik hingga minimal 82 persen. Vaksin juga bisa mereduksi beban virus, yang membuat penularan Covid-19 juga makin lambat. Berdasar data ini vaksin mendapat izin penggunaan dari lembaga pengawas obata Eropa-EMA dan lebaga serupa di berbagai negara.

    Riset keampuhan vaksin AstraZeneca terhadap virus varian mutasi Inggris yang disebut varian B117 yang dilakukan di Inggris, melaporkan efikasinya sekitar 75%.  Efikasi sedikit di bawah keampuhan terhadap virus asli, tapi masih tergolong sangat bagus.

    Namun riset keampuhan vaksinnya terhadap varian mutasi Afrika Selatan B1351 menunjukkan hasil yang jauh lebih rendah. Riset pada 2000 resonden di Afrika Selatan menunjukkan, vaksin hanya memberikan perlindungan minimal terhadap Covid-19 yang dipicu varian B135. Ini memicu pemerintah Afrika Selatan membuat keputusan, menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca.

    Penyebabnya adalah vaksin AstraZeneca yang sudah berizin dibuat dari vektor virus, yang memicu antibodi melawan Protein Spike dari varian virus corona awal. Menghadapi  virus yang melakuan mutasi, antibodi tidak mengenali sepenuhnya dan memerangi varian bersangkutan.

    Vaksin AstraZeneca sebetulnya punya banyak keunggulan dibanding vaksin yang sudah berizin lainnya. WHO menjagokan vaksin ini untuk program COVAX, yakni inisiatif global untul vaksin murah untuk negara-negara anggota dengan pembagian kuota secara adil. Faktor pertimbangan WHO, selain harga vaksin AstraZeneca per dosisnya sangat murah, yakni hanya sekitar 15% dari harga vaksin BioNTech atau Moderna, logistiknya juga jauh lebih sederhana.

    Berbeda dengan vaksin berbasis RNA yang harus disimpan dalam suhu superdingin hingga minus 70°C, vaksin AstraZeneca bisa disimpan pada suhu kulkas biasa hingga enam bulan. Dengan itu transportasi dan logistik vaksin bisa dilakukan di negara-negara yang tidak punya kapasitas instalasi superdingin.

    Juga menyinggung efek samping, para pakar kesehatan menyebut, semua vaksin berizin punya efek samping yang lazim. Terkait laporan efek samping serius vaksin AstraZeneca, WHO dan EMA menyatakan akan terus melakukan kajian dan mengumumkan laporannya kepada publik. 

    Bagaimana nasib vaksin EZ? Publik masih menunggu garansi para ahli. (eko/dw)