×

Iklan

PROF. DR. FASLI JALAL, PH. D.
Munculnya Kasus Penyimpangan Moral Anak Usia Sekolah, Tanah Datar Butuh Pendidikan Karakter!

27 Mei 2021 | 01:27:49 WIB Last Updated 2021-05-27T01:27:49+00:00
    Share
iklan
Munculnya Kasus Penyimpangan Moral Anak Usia Sekolah, Tanah Datar Butuh Pendidikan Karakter!
Rektor Universitas YARSI, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph. D memberikan masukan secara vitual menyatakan Tanah Datar membutuhkan pendidikan karakter, mengingat mulai adanya kasus penyimpangan moral oleh anak usia sekolah (foto: Ist/net).

Batusangkar, Khazminang.id--  Masalah pendidikan di Tanah Datar mendapat sorotan tajam untuk RPJMD Bidang Pendidikan 2022. Rektor Universitas YARSI, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph. D memberikan masukan secara vitual menyatakan Tanah Datar membutuhkan pendidikan karakter, mengingat mulai adanya kasus penyimpangan moral oleh anak usia sekolah.

 

Hal itu diungkapkan Rektor Universitas YARSI Prof. dr. Fasli Jalal,Ph. D saat memberikan masukan RPJMD Bidang Pendidikan dan Renstra Dinas Pendidikan serta Penyusunan RAPBD Bidang Pendidikan 2022 Tanah Datar Senin (24/5) lalu.

     

    Fasli Jalal memberikan masukan untuk RPJMD Tanah Datar yang disampaikan secara virtual meeting lebih fokus dalam bidang pendidikan yang dlihat dari tiga perspektif, yaitu peningkatan akses pendidikan, peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan manajemen pendidikan.

     

    Dalam peningkatan mutu pendidikan Fasli Jalal melihat berbagai persoalan seperti yang disebutkan diatas, masih ditemukan kasus penyimpangan moral yang dilakukan oleh anak dan remaja usia sekolah di Tanah Datar.

     

    Permasalahan ini muncul karena Kurangnya kemampuan orang tua dalam rumah tangga dalam mendidik karakter anak yang berlandaskan pada nilaia gama dan budaya, apalagi rata-rata usia sekolah masyarakat sumatera Barat hanya8,99 (tahun2020), disamping itu perhatian lembaga pendidikan formal terhadap pendidikan karakter masih lemah jika dibandingkan dengan pendidikan yang berorientasi pada kognitif dan psikomotor.

     

    “Belum seimbangnya pembinaan kompetensi pedagogi kdan professional dengan kompetensi kepribadian dan sosial guru, padahal keteladanan guru sangat dibutuhkan,” kata Fasli Jalal.

     

    Rektor Universitas YARSI ini juga menyampaikan, pengaruh negatif dari lingkungan sosial yang menyimpang baik dari teman sebaya maupun pengaruh negatif perkembangan IT juga menjadi persoalan kasus penyimpangan moral yang dilakukan oleh anak dan remaja usia sekolah.

     

    Solusi untuk persoalan penyimpangan moral dengan memberikan pendidikan karakter bagi anak usia sekolah diantaranya training parenting berbasis Islam dan budaya Minangkabau (pranikah, orang tua yang memiliki balita, dan orang tua yang memiliki remaja), penguatan Karakter Guru sebagai teladan di sekolah melalui training khusus secara berkala atau materi yang diintegrasikan dalam setiap pelatihan atau pembinaan guru serta penguatan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keagamaan, kebangsaan, dan kebudayaan Minangkabau serta pelibatan tungku tigo sajarangan dalam penguatan pendidikan karakter.

     

    Masih dalam peningkatan mutu pendidikan, dalam materinya Fasli Jalal menyampaikan persoalan rendahnya kualifikasi pendidik PAUD atau tidak memiliki kualifikasi D4/S1 baik di Jorong maupun di lingkungan perkotaan, sementara guru yang tidak memikili kualifikasi S1 itu tidak bisa melanjutkan pendidikan karena keterbatasan biaya serta belum diakuinya pengalaman guru yang belum S1 sebelum mereka melanjutkan pendidikannya.

    Persoalan lainnya dalam peningkatan mutu pendidikan sebut Fasli Jalal, kurangnya akses atau minat guru u ntuk mendapatkan pelatihan, masih rendahnya kemampuan dan kemauan guru untuk belajar dan berbagi, jumlah guru yang memiliki kompetensi dan mau berbagi ilmu dengan guru lainnya secara nasional masih sangat rendah dibandingkan kabupaten lainnya.

     

    Masukan untuk RPJMD itu Fasli Jalal juga singgung permasalahan pembelajaran secara daring dimasa pandemi covid 19.

     

    Dalam pembelajaran daring, masih konektivitas dan tingginya tantangan terutama ketersediaan gadget dan sarana lainnya, tidak meratanya jaringaan internet di tingkat nagari, atau masih ada nagari yang blankspot, masih adanya tenaga pendidik yang gaptek, permasalahan anggaran dan persoalan lainnya.

     

    Dalam peningkatan akses pendidikan ternyata jumlah siswa mengulang pada jenjang SD cukup signifikan, tercatat 1.526 siswa yang mengulang dari 38.471 peserta didik atau mencapai 4 %, sedangkan angka putus sekolah tingkat SD 24 siswa, SMP 12 siswa, SMA 3 siswa dan SMK 5 siswa

     

    Tingginya angka siswa mengulang atau tinggal kelas ini disebabkan oleh berbagai permasalahan, seperti siswa tidak melewati PAUD, siswa SD belum melewati PAUD, guru-guru yang berpengelaman dan kuat kemampuan pedagogiknya belum diprioritaskan untuk mengajar di kelas 1 SD, pembelajaran dikelas 1 SD terlalu cepat memperkenalkan calistung, sehingga siswa menjadi keteteran mengikuti pembelajaran sehingga siswa mengulang kelas (Destia Sastra/Novrizal Sadewa).