Oleh: Miko Kamal (Advokat dan Wakil
Rektor III Universitas Islam Sumatera Barat)
Padang, Khazanah -- Delapan belas
orang baru dilantik dan diambil sumpahnya, di Senayan. Empat belas anggota DPR
dan 4 orang lainnya anggota DPD. Mereka bagian dari 732 orang anggota DPR dan
DPD RI yang Selasa, 1 Oktober 2024 berbunga-bunga di Senayan.
Ke 18 orang tersebut adalah
putra-putri hebat Sumatera Barat. Macam-macam jenis hebatnya. Tidak usah pula
saya jabarkan satu persatu kehebatan mereka itu. Pokoknya hebatlah. Kalau tidak
hebat, tidak mungkinlah mereka bisa berlabuh di Senayan.
Sekarang kita menunggu kehebatan
mereka selanjutnya. Hebat berdebat, berdiskusi dan membangun serta
mempertahankan bangunan argumen sebagai wakil rakyat. Dalam bahasa Inggris
disebut "Parle" atau "Parley".
"Parle" atau berdebat
merupakan turunan wajib dari fungsi konstitusional setiap anggota dewan:
legislasi, budgeting dan pengawasan. Dalam menjalankan fungsi legislasi, mereka
berdebat keras mempertanyakan dan/atau mempertahankan rancangan undang-undang
yang sedang mereka bahas.
Di bidang budgeting mereka juga mesti
mati-matian berdebat dengan pemerintah agar rancangan keuangan yang disusun
semata-mata untuk memenuhi hak rakyat. Sebagai pengawas juga begitu, mereka
harus menegangkan urat leher mengawasi kebijakan pemerintah yang secara hukum
dan akal sehat tidak sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat.
Tugas utama anggota dewan memang
"Parle" yang sebagai institusi disebut parlemen. Yang lain tugas
tambahan atau aksesoris saja. Misalnya, membawa proyek ke daerah pemilihannya. Tapi,
bukan berarti membawa proyek-proyek besar ke kampung tidak penting. Penting.
Bahkan dalam keadaan tertentu sangat penting. Apalagi di tengah fakta daerah
kita yang "minus" uang. Tapi, sekali lagi, janganlah itu meninggalkan
tugas utama yang dibebankan Konstitusi.
Pengamatan saya, selama ini, sangat
jarang kita dengar anggota dewan kita yang "Parle" dengan gigih di
Senayan. Dari dulu jumlah wakil kita di Senayan tetap sama dengan yang
sekarang: 18 orang. Tapi yang menjalankan tugas utamanya itu boleh dihitung
jari tangan kanan saja.
Paling 2 atau 3 orang saja yang
"Parle" di Senayan. Ada Andre Rosiade, Guspardi Gaus dan sesekali
terdengar suara Nevi Zuairina. Yang lain sepertinya sangat senang mengaktifkan
mode "mute": diam saja. Atau, mungkin mereka bagian dari anggota
dewan yang berbunga-bunga saat pelantikan saja dan malas datang di rapat-rapat
resmi. Belum punya data saya tentang ini.
"Parle" para anggota dewan
yang 18 orang itu tidak hanya diharapkan terjadi di dalam ruangan sidang. Di
luar ruang sidang harusnya juga begitu. Misal, dalam diskusi-diskusi publik
yang mengadu otak atau pernyataan-pernyatan lepas yang disiarkan media.
Sekarang mari kita ucapkan selamat
kepada mereka yang baru saja dilantik dan disumpah. Kita tunggu keriuhan
"Parle" mereka di dalam dan di luar Senayan beberapa bulan ke depan.
Sebagai pengingat saja, mereka adalah:
Andre Rosiade, Ade Rezki Pratama, Shadiq Pasadigoe, Lizda Hendrajoni, Cindy
Monica Salsabila, Athari Gauthi Ardi, Arisal Aziz, Zigo Rolanda, Benny Utama,
Rahmat Saleh, Nevi Zuairina, Mulyadi, Rico Alviano, Alex Indra Lukman, Irman
Gusman, Jelita Donal, Muslim Yatim dan Cerint Irraloza Tasya.
Jika dalam 3 atau 6 bulan ke depan
diantara 18 orang itu masih mengaktifkan mode "mute", kita akan bangunkan
mereka, bahwa mereka sengaja dikirim ke Senayan untuk "Parle" demi
memperjuangkan hak-hak konstitusional kita. (*)