Oleh
: Devi Diany
Kehidupan
masyarakat desa identik dengan kegiatan pertanian, baik ke sawah, ke ladang dan
beternak. Tetapi tak melulu sawah milik sendiri yang diolah. Kadang petani mengolah
sawah milik orang lain dengan sistem bagi hasil untuk pemiliknya, atau ada juga
dengan sistem sewa lahan. Hal itu pula yang dijalani Etis Mariana, seorang
petani warga Desa Air Terjun, Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi
Jambi.
Wanita
berusia 40 tahun ini memiliki sawah keluarga yang diwarisinya secara turun temurun
dan diolah bergiliran dengan kerabatnya yang lain. Sawah keluarganya ini tidak
terlalu luas, hanya 3 piring. Selain sawah, Etis punya kebun kayu manis seluas
1 hektare.
Saat
ini usia kayu manisnya sudah mencapai 10 tahun dan sudah beberapa kali dipanen.
Tetapi kali ini, Etis enggan memanennya karena harga kulit kayu manis sedang
anjlok mencapai Rp 12.000,- per Kg, biasanya harga kulit manis bisa Rp 35.000,-
per Kg. Karena itu, dia menunda waktu panen dan menunggu harga kulit manis
membaik.
“Saya
tidak mau panen kulit manis sekarang, harga sedang anjlok. Jadi saya tunggu
saja harga kembali naik sementara kayu manis juga bertambah besar,” ujar Etis
saat berbincang dengannya, kemarin.
Sembari
menunggu panen kulit manis, Etis mengolah sawah yang kebetulan dia mendapat giliran
untuk mengolahnya. Tetapi karena sawahnya tidak terlalu luas maka Etis bersama
suami, Monadi mengolah sawah milik orang lain dengan sistem sewa. Lokasinya tidak
jauh dari sawah milik keluarganya. Tetapi kala itu dia tidak punya uang untuk
biaya sewanya.
Oleh
sebab itu, ibu 2 orang anak ini meminjam uang ke BRI Siulak Gedang yang
termasuk dalam wilayah kerja BRI RO Padang. Etis mendapat rekomendasi dari BRILink
Upenda Lestari untuk mengajukan kredit ultra mikro (UMi). Alhamdulillah, kredit
yang diajukannya disetujui.
Syaratnya
sangat mudah, hanya perlu KTP suami istri, Kartu Keluarga (KK), surat
keterangan usaha dan foto selfi di lokasi usaha. Tidak ada jaminan. Berkas tersebut diserahkan pada BRILink
Upenda Lestari yang membantunya memasukkan data. Dalam 2 hari, dana pinjaman
tersebut cair. Sedangkan untuk pemupukan sawahnya, Etis meminjam modal dari
koperasi.
“Saya
meminjam uang dari UMi BRI sebesar Rp 5 juta saat musim tanam pada September
2023 lalu. Masa kredit 6 bulan dan kredit UMi saya sudah lunas ketika panen
pada awal Maret lalu,” terang Etis.
Etis
memilih pembayaran kreditnya tidak dengan mencicil melainkan dibayar sekaligus
ketika panen yaitu 6 bulan. Sesuai dengan penjelasan dari petugas UMi BRI,
untuk pinjaman Rp 5 juta dalam tenggang waktu 6 bulan dengan mekanisme
pembayaran lunas di akhir waktu pinjaman, maka kewajiban yang harus dibayar
Etis adalah Rp 5,9 juta.
“Alhamdulillah,
kami sangat beruntung sekali adanya UMi BRI, sangat membantu petani. Karena itu,
petani di kampung saya selalu mengandalkan UMi BRI sebagai pembiayaan
kebutuhannya. Di sini tidak ada lagi yang terjerat rentenir,” terang Etis.
Dia
mengolah 8 piring sawah yang terdiri dari 3 piring sawah milik sendiri dan 5
piring sawah sewaan. Hasil panen 1 piring sawah sebanyak 15 kaleng gabah.
Sedangkan 1 kaleng gabah sama dengan 11 Kg. Jika gabah itu digiling dan
dijadikan beras maka harga beras 1 kaleng mencapai Rp 230 ribu.
“Keuntungan
dari bertanam padi itu tidak banyak. Tetapi dengan harga beras yang tengah mahal
saat ini, maka saya tidak perlu pusing lagi. Beras dari sawah saya bisa
memenuhi kebutuhan kami sekeluarga,” katanya sambil tersenyum.
Selain
itu, dari keuntungan panen padi juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekolah
putra bungsunya, Faiz yang masih duduk di kelas 5 SD. Jika tak ada kendala,
Etis berencana akan meminjam uang UMi BRI lagi untuk kembali bertanam padi
setelah Lebaran ini.
“Rencana
setelah Lebaran mau tanam padi lagi dan menyewa sawah orang. Jadi saya akan mengajukan
kredit UMi lagi ke BRI,” katanya.
Suami Etis, Modani saat panen padi. IST
Kredit
UMi Bantu Usaha Mikro Naik Kelas
Regional CEO BRI Padang, Moh.Harsono mengatakan,
saat ini Bank BRI fokus kepada bisnis berbasis ekosistem. Salah
satu program dalam pengembangan ekosistem adalah penyaluran Kredit Ultra Mikro
(Kredit UMi). Kredit UMi sendiri dapat disalurkan melalui mitra BRI seperti
Agen BRILink Mitra UMi yang merupakan perpanjangan tangan mantri dalam melayani
nasabah ultra mikro.
“Saat
ini terdapat 2.918 Mitra UMi, tersebar di Sumatera Barat yang tersebar di
berbagai ekosistem, yaitu eksoistem transaksi (pasar), ekosistem teritori
(pedesaan) dan ekosistem komoditas,” katanya.
Kredit
UMi berfokus kepada penyaluran kredit kepada pelaku usaha ultra mikro. Maksimal
kredit yang diberikan sebesar Rp 10 juta untuk skema musiman dan Rp 5 juta
untuk skema non musiman, dengan jangka waktu yang relatif pendek yaitu 3 sampai
dengan 6 bulan.
“Tujuan kredit Ultra Mikro (UMi) adalah untuk
memfasilitasi para pelaku usaha ultra mikro yang mau mengembangkan bisnisnya
namun tidak memiliki modal cukup. Mereka dapat menikmati fasilitas kredit resmi
perbankan dan tidak terjebak kepada kredit yang tidak resmi atau rentenir,”
terang Moh. Harsono.
Data Januari sampai 8 Maret 2024, Bank BRI sudah
menyalurkan kredit ultra mikro kepada 2.010 debitur dengan total plafond
sebesar Rp 9 miliar. Berdasaran pencapaian tersebut, BRI masih memiliki ruang
pertumbuhan yang besar untuk dapat menyalurkan kredit ultra mikro, dikarenakan
target penyaluran kredit ultra mikro pada 2024 adalah sebesar Rp 200 miliar.
“BRI berkomitmen untuk selalu menambah jumlah Mitra
UMi yang produktif dan journey.
Nantinya, setiap ekosistem baik ekosistem transaksi, teritori dan komoditas
akan terdapat minimal 1 Mitra UMi yang dapat menjangkau pelaku usaha yang
membutuhkan kredit ultra mikro,” terang Moh. Harsono.
Bagi pelaku usaha yang ingin mendapatkan kredit
ultra mikro ini, dapat disampaikan kepada Agen BRILink Mitra UMi yang merupakan
perpanjangan tangan dari Mantri BRI. Jadi tidak perlu repot datang ke kantor
Bank BRI. Syaratnya, hanya membawa e KPT, KK, SKU (dikeluarkan oleh
kelurahan/kepala pasar/paguyuban pedagang, RT/RW) dan nomor rekening BRI yang
sudah terdaftar.
Ke depan diharapkan, para pelaku ultra mikro ini
nantinya akan naik kelas menjadi pelaku mikro, ritel, bahkan sampai dengan
eskpor impor. Karena selain pemberian Kredit Ultra Mikro, BRI juga memiliki
program pemberdayaan masyarakat yang salah satu aktivitasnya adalah melakukan
pemberdayaan kepada pelaku UMKM seperti memberikan pelatihan-pelatihan dan
pemberian bantuan sarana prasarana kepada klaster-klaster usaha BRI. (**)