×

Iklan

SUMBAR DALAM ERA NEW NORMAL
IP: Sampai Vaksin Anticovid-19 Ditemukan, Kita akan Hidup Terbatas

01 Juli 2020 | 23:42:48 WIB Last Updated 2020-07-01T23:42:48+00:00
    Share
iklan
IP: Sampai Vaksin Anticovid-19 Ditemukan, Kita akan Hidup Terbatas
Gubernur Sumbar Irwan Prayito saat ketemu para Pemimpin Media di Sumbar

Padang, Khazminang.id – Jika ada pertanyaan: “Sampai kapan kita harus hidup terbatas, tak bisa leluasa bergerak dan berinteraksi dan selalu pakai masker?” dan pertanyaan itu diajukan kepada Gubernur Sumatera Barat Prof. Irwan Prayitno, lalu apa jawabnya?

“Sampai vaksin anticovid-19 ditemukan!”

Jawaban singkat itu dilontarkan Irwan kemarin ketika ia mengundang para pemimpin media di Padang untuk bertemu di kawasan GOR H. Agus Salim Padang. Dengan menjawab singkat itu, Irwan harus memberi penjelasan lebih terperinci lagi.

    Menurut Irwan, dirinya justru sedang khawatir dengan era new normal yang disambut dengan euforia. Sebagian warga menganggap new normal atau tata kehidupan baru itu adalah era dimana kita kembali ke alam kebebeasan seperti semula.

    “Justru, saya khawatir, selepas dari PSBB dan masuk ke era new normal ini kita sedang menuju gelombang kedua atau 2nd wave covid-19. Kurva Covid-19 yang mulai melandai akan naik kembali. Daerah yang sudah dinyatakan sebagai zona hijau, kembali berubah kekuning-kuningan dan berangsung-angsur menguning bahkan bisa memerah. Karena kita terlalu bebas dan merdeka selepas PSBB itu,” kata panabuh drum grup IP Band itu.

    Kekhawatiran itu beralasan, kata dia, melihat perilaku sebagian besar masyarakat yang tidak lagi mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Seolah kalau sudah new normal, maka berarti sudah kembali bebas atau corona sudah habis.

    IP menceritakan beberapa kasus di provinsi lain yang tadinya ketika pada awal-awal – saat Sumbar meroket naik ke rangking 5 nasional-- membuat orang terkagum-kagum karena angka-angka covid-19 nya sangat rendah. Ternyata kemudian daerah tersebut makin hari makin meninggi angka covid nya. 

    “Saya harus bersyukur dan menyampaikan apresiasi kepada tim Fakultas Kedokteran Unand yang telah memberi perhatian luar biasa untuk memberi peta arah yang jelas bagi penanganan Covid-19 di Sumatera Barat. Dekan Fakultas Kedokteran membawa Dr. Andani dkk kepada saya sebelum di Sumbar untuk pertama kali ditemukan kasus positif Covid-19. Mereka menyodorkan gagasan tentang testing, uji sampel, sistem pool test sampai kepada cara-cara efektif pengendalian virus ini. Maka berbekal itulah saya bersama kawan-kawan Satgas Penanggulangan Covid-19 Sumbar menyusun langkah-langka ke depan,” kata Irwan Prayitno didampingi Plt. Kepala Biro Humas Zardi Syahrir, Ketua PWI Sumbar Heranof Firdaus. Ketua DK PWI Basril Basyar.

    Menurut dia, langkah yang diambil Sumbar sudah bagus bahkan mendapat apresiasi dari beberapa daerah. Slaah satu indikator adalah dapatnya dilihat peta persebaran Covid. Pada tiap kluster minimal dapat diketahui siapa-siapa saja yang telah, sedang dan terpantau sebagai terinfeksi. Semua itu dengan satu kalimat kunci ‘tracking yang sempurna’. 

    Hasil tracking (penelusuran) dari tiap orang yang pernah berhubungan atau berinteraksi dengan seorang positf covid-19 diupayakan oleh Gugus Tugas menjadi tracking yang sempurna. Tidak ada data yang tertinggal atau luput. “Jadi semua hasil tracking kita lengkap by name by adress yang amat berguna untuk pengendalian. Dapat dibayangkan daerah-daerah yang hasil trackingnya tidak sempurna. Tidak tahu lagi mana daerah yang aman dan mana yang tidak aman,” kata gubernur.

    Maka ketika pembicaraan kembali kepada menjawab pertanyaan sampai kapan kita akan seperti ini, menurut dia, jawabannya ya, itu tadi. Semua harus bersedia menjalani kehidupan baru itu dengan kebiasaan yang juga harus baru. Jika PSBB sudah diakhiri berarti kita memasuki kehdupan baru tapi tidak lagi bisa bebas merdeka, sampai ditemukan vaksin anticovid-19. “Kita untuk sampai batas waktu yang belum jelas, bisa bekerja tapi bermasker. Tetap bisa melaksanakan acara pesta pernikahan tapi tamu-tamu harus tidak bergerombol, jaraknya dijaga. Bahkan kalau mungkin hidangannya take away  atau dibawa pulang saja. Karena virus corona itu bukan virus yang bersifat bisa terbang (airborne) melainkan bersifat droplet yang terbawa air ludah ketika bicara, batuk atau bersin. Maka siapa tahu saat mengambil hidangan dengan sistem prasmanan virus-virus itu tak sengaja masuk ke dalam makanan.Siapa yang bisa menjamin? Dan setelah itu semua yang hadir di acara pesta itu bisa tertular. Begitu juga saat belanja makanan, pedagang yang mengambilkan menu tidak bermasker, maka bisa saja droplet nya terpercik ke makanan hingga membahayakan yang membeli. Begitu juga sekolah, kita harus bersedia membuat anak-anak tidak berdesakan dalam kelas, kalau perlu sistem daring saja. Kehidupan baru yang lain misalnya kita harus rela naik kendaraan umum tidak lagi bersempit-sempit tapi terpaksa bayar mahal dan seterusnya tata kehidupan baru yang mesti tobe or not tobe mesti kita jalankan di era setelah PSBB ini jika kita tidak mau gelombang kedua datang lagi.

    Menjawab pertanyaan, seputar bagaimana dengan ekonomi pasca-PSBB? Irwan menjelaskaan bahwa pemerintah juga sangat berkepentingan terhadap perbaikan ekonomi yang hancur akibat Covid-19. Maka pemerintah mendorong saat tata kehidupan baru itu, semua lini ekonomi mesti berjalan meskipun dengan pembatasan-pembatasan lantaran ada protokol Covid-19. “Jangan lihat kesulitannya, tapi lihatlah bahwa hanya itu jalan yang bisa ditempuh. Ini saatnya kita berusaha mendidik diri kita masing-masing berdisiplin, menjaga kesehatan diri dan keluarga, karena tak bisa dibantah bahwa istilah herd immunity memang akan terjadi. Terasa keras memang, karena herd immunity berarti siapa yang kuat dia selamat. Tapi itu satu jalan, tidak ada yang lain. Kita tidak boleh berputus asa atau pasrah saja. Kehidupan akan terus berjalan, mari kita doakan semoga para pakar segera bisa menemukan vaksin anticovid-19,” ujar Irwan Prayitno yang selama Covid-19 ini belum pernah berjumpa bertatap muka seperti kemari itu dengan parawa wartawan.  (eko yanche edrie)