×

Iklan


Indonesia Masuk Situasi Kekeringan Ekstrem, Bagaiman Harga Beras Tahun Depan?

14 November 2023 | 10:32:19 WIB Last Updated 2023-11-14T10:32:19+00:00
    Share
iklan
Indonesia Masuk Situasi Kekeringan Ekstrem, Bagaiman Harga Beras Tahun Depan?

Jakarta, Khazanah – Indonesia tengah menghadapi kekeringan ekstrem yang disebut juga Gorila El Nino. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan Gorlia El Nino berdampak buruk yang bakal mengganggu produktivitas pertanian di Indonesia. Amran menjelaskan fenomena Gorlia El Nino ini bakal membuat suhu muka laut yang menjadi lebih hangat dan bakal berlangsung lebih lama dari fenomena tahunan biasanya.

"El Nino bukan lagi El Nino biasa, bukan lagi super, tapi sudah masuk Gorila El Nino, dan ini terbesar. Ini ke depan (bisa terjadi) sampai Februari 2024," ujar Mentan di Jakarta, Senin (13/11/2023).

El Nino akan menyebabkan pembentukan awan terutama di Indonesia bakal terhambat. Sehingga intensitas hujan lebih rendah meski secara periodik Indonesia saat ini sudah memasuki musim penghujan. Hal itu yang bakal membuat sektor pertanian terutama produksi padi bakal terhambat akibat ketersediaan air berkurang.

    Di satu sisi, Amran menggambarkan kondisi Gorlia El Nino ini membuat nasib ketahanan pangan nasional juga jadi terancam. Karena ketika produksi pertanian nasional menurun akibat El Nino, kondisi konflik antar negara juga bakal menyeret pada terhambatnya rantai pasok.

    "Gorila El Nino ini mengerikan, satu sisi juga ada pembatasan ekspor (pangan) negara lain. Bisa kita bayangkan apa yang terjadi, mau impor (kalau produksi dalam negeri kurang) tidak ada," lanjut Amran.

    Oleh karena itu, langkah yang perlu diambil Pemerintah segera adalah meningkatkan produksi dalam negeri untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Sehingga kemandirian pangan terutama untuk komoditas yang menjadi bahan pokok bisa kokoh menghadapi fenomena alam dan konflik yang saat ini tengah terjadi.

    "Solusi terbaik sekarang kita gandengan tangan tingkatkan produksi, tidak ada jalan lain. Sudah ada 22 negara batasi (ekspor) termasuk India, (Indonesia) mau impor tapi sampai saat ini belum ada kepastian," kata Amran.

    "Tantangan yang kompleks seperti El Nino berdampak ke penurunan produksi, konflik geopolitik menyebabkan terganggu distribusi pangan, dan adanya restriksi ekspor produsen pangan," tukasnya.

    Sementara itu diberitakan musim Panen Raya 2024 diproyeksi kan molor, karena pengaruh kekeringan ekstrim dan El Nino. Hal ini dikhawatirkan akan membuat harga beras menjadi mahal. Pengamat Pangan Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas mundurnya musim panen disebabkan oleh mundurnya masa tanam karena baru masuknya musim penghujan pada awal November ini.

    Dwi Andreas menjelaskan dengan masuknya musim penghujan pada awal November ini, kemungkinan masa tanam padi baru bisa serempak dilakukan pada bulan awal Desember mendatang. Hal itu menunggu kondisi tanah yang basah terlebih dahulu setelah diguyur hujan.

    "Kalau Oktober sudah hujan biasanya mereka baru tanam bulan November, kenapa demikian, karena baru hujan itu tidak bisa tanam padi, perlu lahan tersebut yang mula kering terisi air dahulu sampai bisa menggenang, kemungkinan mereka baru tanam itu sekitar bulan November," ujar Dwi Andreas saat dihubungi MNC Portal, Senin (13/11/2023).

    "Sehingga kalau kita kita hitung Desember, Januari, Februari, Maret sudah mulai panen, puncaknya di Maret, biasannya seperti itu, panen puncak di bulan Maret," sambungnya.

    Sehingga menurutnya mundurnya musim tanam pada tahun ini bakal berimbas pada musim panen pada tahun 2024 mendatang yang juga mengalami kemunduran. Berdasarkan proyeksinya, kemungkinan musim panen raya bakal bergeser sekitar 2-3 minggu kemudian.

    "Karena musim hujan baru di November kemungkinan terlambat sekitar 20-an hari, karena baru November kira-kira nanti tanam serempaknya perhitungan saya di Desember, tanam dalam luasan besar," lanjut Dwi Andreas.

    Namun demikian, Dwi Andreas menilai kemunduran musim panen raya itu tidak berdampak banyak terhadap pembentukan harga beras di pasar. Sebab antisipasi Pemerintah dengan melakukan importasi beras yang masif bakal membentuk harga beras di pasar.

    "Seharusnya seperti itu (harga beras naik), tapi yang terjadi saat ini anomali, saya melihat dari survey AP2TI, harga gabah di tingkat usaha tani saat ini mulai turun, padahal gabah di tingkat petani jarang, kalau turun saya pastikan harga beras akan turun," jelasnya.