![]() |
Jakarta,
Khazanah – Indonesia tengah menghadapi kekeringan ekstrem yang disebut juga
Gorila El Nino. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan Gorlia El Nino
berdampak buruk yang bakal mengganggu produktivitas pertanian di Indonesia. Amran
menjelaskan fenomena Gorlia El Nino ini bakal membuat suhu muka laut yang
menjadi lebih hangat dan bakal berlangsung lebih lama dari fenomena tahunan
biasanya.
"El
Nino bukan lagi El Nino biasa, bukan lagi super, tapi sudah masuk Gorila El
Nino, dan ini terbesar. Ini ke depan (bisa terjadi) sampai Februari 2024,"
ujar Mentan di Jakarta, Senin (13/11/2023).
El
Nino akan menyebabkan pembentukan awan terutama di Indonesia bakal terhambat.
Sehingga intensitas hujan lebih rendah meski secara periodik Indonesia saat ini
sudah memasuki musim penghujan. Hal itu yang bakal membuat sektor pertanian terutama
produksi padi bakal terhambat akibat ketersediaan air berkurang.
Di
satu sisi, Amran menggambarkan kondisi Gorlia El Nino ini membuat nasib
ketahanan pangan nasional juga jadi terancam. Karena ketika produksi pertanian
nasional menurun akibat El Nino, kondisi konflik antar negara juga bakal
menyeret pada terhambatnya rantai pasok.
"Gorila
El Nino ini mengerikan, satu sisi juga ada pembatasan ekspor (pangan) negara
lain. Bisa kita bayangkan apa yang terjadi, mau impor (kalau produksi dalam
negeri kurang) tidak ada," lanjut Amran.
Oleh
karena itu, langkah yang perlu diambil Pemerintah segera adalah meningkatkan
produksi dalam negeri untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Sehingga
kemandirian pangan terutama untuk komoditas yang menjadi bahan pokok bisa kokoh
menghadapi fenomena alam dan konflik yang saat ini tengah terjadi.
"Solusi
terbaik sekarang kita gandengan tangan tingkatkan produksi, tidak ada jalan
lain. Sudah ada 22 negara batasi (ekspor) termasuk India, (Indonesia) mau impor
tapi sampai saat ini belum ada kepastian," kata Amran.
"Tantangan
yang kompleks seperti El Nino berdampak ke penurunan produksi, konflik
geopolitik menyebabkan terganggu distribusi pangan, dan adanya restriksi ekspor
produsen pangan," tukasnya.
Sementara
itu diberitakan musim Panen Raya 2024 diproyeksi kan molor, karena
pengaruh kekeringan ekstrim dan El Nino. Hal ini dikhawatirkan akan membuat
harga beras menjadi mahal. Pengamat Pangan Institut Pertanian Bogor, Dwi
Andreas mundurnya musim panen disebabkan oleh mundurnya masa tanam karena baru
masuknya musim penghujan pada awal November ini.
Dwi
Andreas menjelaskan dengan masuknya musim penghujan pada awal November ini,
kemungkinan masa tanam padi baru bisa serempak dilakukan pada bulan awal
Desember mendatang. Hal itu menunggu kondisi tanah yang basah terlebih dahulu
setelah diguyur hujan.
"Kalau
Oktober sudah hujan biasanya mereka baru tanam bulan November, kenapa demikian,
karena baru hujan itu tidak bisa tanam padi, perlu lahan tersebut yang mula
kering terisi air dahulu sampai bisa menggenang, kemungkinan mereka baru tanam
itu sekitar bulan November," ujar Dwi Andreas saat dihubungi MNC Portal,
Senin (13/11/2023).
"Sehingga
kalau kita kita hitung Desember, Januari, Februari, Maret sudah mulai panen,
puncaknya di Maret, biasannya seperti itu, panen puncak di bulan Maret,"
sambungnya.
Sehingga
menurutnya mundurnya musim tanam pada tahun ini bakal berimbas pada musim panen
pada tahun 2024 mendatang yang juga mengalami kemunduran. Berdasarkan
proyeksinya, kemungkinan musim panen raya bakal bergeser sekitar 2-3 minggu
kemudian.
"Karena
musim hujan baru di November kemungkinan terlambat sekitar 20-an hari, karena
baru November kira-kira nanti tanam serempaknya perhitungan saya di Desember,
tanam dalam luasan besar," lanjut Dwi Andreas.
Namun
demikian, Dwi Andreas menilai kemunduran musim panen raya itu tidak berdampak
banyak terhadap pembentukan harga beras di pasar. Sebab antisipasi Pemerintah
dengan melakukan importasi beras yang masif bakal membentuk harga beras di
pasar.
"Seharusnya
seperti itu (harga beras naik), tapi yang terjadi saat ini anomali, saya
melihat dari survey AP2TI, harga gabah di tingkat usaha tani saat ini mulai
turun, padahal gabah di tingkat petani jarang, kalau turun saya pastikan harga
beras akan turun," jelasnya.