×

Iklan

BRI BRILian dan Cemerlang
Digitalisasi Sebuah Keniscayaan

04 September 2024 | 11:17:29 WIB Last Updated 2024-09-04T11:17:29+00:00
    Share
iklan
Digitalisasi Sebuah Keniscayaan

Padang, Khazanah – Perempuan itu dengan lega menerima kedatangan kurir sebuah perusahaan e-commerce yang mengantarkan barang yang dia tunggu sejak empat hari ini. Begitu barang diterima, ia mengucapkan terimakasih, si kurir pun pergi, lalu perempuan itu bergegas ke dalam rumah. Tak sabar dirinya membuka bungkusan hitam yang banyak selotip nya itu,.


“Alhamdulillah, ....cocok..” tak lama sang perempuan bersorak seraya mematut irinya di depan kaca dengan mengenakan pakaian baru. Baju itu adalah baju yang baru saja dia terima dari si pengantar tadi.


    Hasnah, warga yang tinggal tak jauh dari penurunan Kiambang, Kabupaten Padang Pariaman itu memang sedang berbahagia mencoba menggunakan program-program sistem tarnsaksi yang diberikan Bank Rakyat Indonesia (BRI)

    Ia sudah lama menjadi nasabah BRI.


    Lalu ada petugas BRI menyarankan agar akun Hasnah di BRI ikut beberapa program baru BRI yang sangat menguntungkan nasabah, seperti BRI Mobile Banking. 


    “Ouwaikk....untuk apa itu,” tanya ketika petugas memberi saran.


    “Tanang saja Buk, pokoknya Ibu tidak perlu lagi ke ATM. Karena BRI terus memberikan layanan brilian-nya kepada seluruh lapisan masyarakat, terus melayani yang belum terlayani dan menjangkau yang belum terjangkau.,” kata petugas itu


    Lalu ia menerangkan program-program Brilian BRI, salah satunya BRI Mobile Banking. Hasnah kemudian memang mengunduh aplikasi BRI Mobile Banking itu ke androidnya sejak enam bulan lalu,

    “Sejak itu saya pakai BRI Mobile Banking,” kata Hasnah menceritakan pengalamannya berdigital banking seperti yang diajarkan petugas BRI itu kepada dirinya.


    Maka pekan lalu ketika ditemui di rumahnya di Sicincin, Hasnah kebetulan memang baru saja menggunakan BRI Mobile Banking nya untuk berbelanja online di sebuah mal daring. Awalnya Hasnah mengaku cemas, jangan-jangan transaksinya salah dan ia kehilangan uang tapi juga tak mendapatkan barang yang ia beli.


    “Tapi alhamdulillah, saya diajarkan anak saya, dan barangnya sudah tiba di sini,” ujar dia seraya menunjukkan plastik packing barang yang dia terima.


    Hasnah, adalah satu dari ribuan nasabah BRI yang menggunakan

    BRI Mobile Banking. BRI terus melakukan inovasi- inivasi untuk membantu masyarakat dalam mengatasi keuangan



    Pakar Ekonomi Di Sumbar pernah menyatakan, 

    Digitalisasi bagi perbankan adalah sebuah keciscayaan saat ini. Kalau tidak mau ketinggalan sepur dalam persaingan ketat antarbank, maka membaur dengan kebiasaan baru umat manusia saat ini yakni berada dalam pusatan digitalisasi dunia adalah sebuah jawabannya.


    “Apalagi yang kita tunggu? Bukankah semua lini kehidupan kita saat ini sudah dalam pusaran digitalisasi yang diperkuat oleh transmisi antarmanusia melalui komunikasi internet,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana (bisnis.com, 8/10/21)


    Di Indonesia? Ada fakta yang tak terelakkan bagi para bankir –termasuk bankir BRI bahwa potensi bank digital di Indonesia amat besar. Setidaknya dapat dilihat dari laporan We Are Social bahwa terdapat 2002, 6juta pengguna internet di Indonesia. Itu sudah hampir menyamai jumlah penduduk Indonesia. Tapi berdasarkan laporan dari Google, Temasek, dan Bain & Company pada 2019, meski banyak yang menggunakan internet, rupanya ada 92 juta warga yang belum mengakses bank maupun layanan finansial. Nah, jumlah itu adalah ceruk yang besar untuk banyak ‘ikannya’ bagi perbankan untuk diperebutkan. BRI pemilik market share terbesar di Indonesia, tentu saja memanfaatkan ceruk ini. 


    Sesungguhnya proses digitalisasi bank tidak terlalu tergantung kepada apakah bank nya konvensional atau digital. Yang akan membedakannya kelak dengan bak lain adalah apakah Bank itu konvensional (analog) atau semua operasinya berjalan berbasis digital, berbasis IT, berbasis internet.


    Lalu bagaimana digitalisasi BRI?Merujuk kepada Peraturan OJK No. 12 tahun 2021 pasal 23 hingga pasal 31, yang dimaksud bank digital adalah sebuah bank berbadan hukum Indonesia yang menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha yang utamanya melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik selain kantor pusat atau dapat menggunakan kantor fisik terbatas.


    Biasanya suatu instansi bisa disebut sebagai bank digital ketika layanan perbankannya “menempel” pada bank induknya yang merupakan suatu bank konvensional. Jadi, tidak semua bank yang menjalankan perbankan melalui online atau digital disebut bank digital.

    Bank yang tidak memiliki “bank induk” dan memang sedari awal hanya memiliki eksosistem digital disebut dengan Neobank.


    Sejauh ini dilihat dari keberadaan produk digital BRI sudah sangat ideal sebuah bank digital. Bank digital biasanya memiliki fitur yang memudahkan penggunanya untuk mengakses segala kebutuhan finansial, seperti melihat tabungan, mengajukan pinjaman hingga berinvestasi untuk masa depan.


    Hal-hal umum seperti membuka rekening, melakukan deposit, transfer uang dan sebagainya itu bisa dilakukan secara online tanpa perlu mengunjungi kantor cabang atau pusar dari bank tertentu.


    Hari-hari ini, nasabah BRI yang memanfaatkan jasa digital bank ini sudah terbantu dari sisi waktu dan efisiensi waktu. Nasabah tidak perlu antre di depan teller atau di gerai ATM, melainkan sudah bisa bertransaksi secara 

    daring. Sepeti yang dialami Hasnah di Sicincin itu.


    Lihat saja sejumlah produknya BRI yang sangat digital-holic. Seperti, transformasi digital. ini menjadi kunci untuk beradaptasi terhadap kebutuhan zaman. Survey dari Deloitte melaporkan bahwa 67% perusahaan yang melakukan transformasi digital adalah perusahaan yang lebih unggul dibanding pesaing yang tidak melakukan digitalisasi, khususnya ketika pandemi Covid-19 melanda.


    Sebagai bank terdepan, BRI juga terus mendorong transformasi digital. Sejak mencanangkan visi menjadi The Most Valuable Banking Group in South East Asia & Champion of Financial Inclusion di 2025, BRI terus memperkuat aspek digitalisasi di tubuh perusahaan. 

    Hasilnya, nasabah BRI kini bertransformasi ke arah digital dengan pesat. 


    Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Arga M. Nugraha menyatakan, sebanyak 96,7% aktivitas nasabah BRI telah menggunakan digital channel, berbanding jauh dengan 3,3% yang masih datang ke unit kerja. 

    Ini membuktikan bahwa BRI benar-benar melakukan transformasi digital. Lebih jauh lagi, digitalisasi yang dilakukan BRI turut mendukung percepatan transformasi digital bagi nasabah maupun partnernya. Hal ini selaras dengan tujuan transformasi digital BRI, yaitu efisiensi dan digitalisasi model bisnis untuk membuat model bisnis dan value baru.


    Di era disrupsi teknologi, transformasi digital memegang peranan kunci sebagai jawaban atas kebutuhan pasar dan konsumen yang kian beragam. Selain itu, iklim bisnis yang semakin kompetitif menjadikan transformasi digital sebagai competitive advantage sebuah perusahaan dari para kompetitornya.


    Meskipun tidak dapat diwawancarai media, tetapi dari berbagai sumber di dalam BRI dapat juga dilihat betapa proses digitalisasi BRI yang nomor 1. 


    “Transformasi digital turut membuat berbagai layanan hadir dalam bentuk produk digital. Maka, penting untuk menciptakan pengalaman pelanggan (customer experience) yang memuaskan pada produk-produk digital tersebut. Bahkan, menurut riset Accenturecustomer experience kini menjadi faktor kunci pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan,”kata seorang bankir BRI yang keberatan namanya ditulis. 


    Ia pun menyebut salah satu inisiatif transformasi digital yang dilakukan adalah mendorong ekosistem open banking di Indonesia. Untuk melakukannya, BRI memiliki BRIAPI yang menjadi akselerator integrasi produk BRI kepada lebih dari 475 ekosistem digital perusahaan mitranya. 

    Mulai dari e-commercefintechride hailing, API enablerhealth tech, hingga perusahaan non digital seperti institusi pendidikan dan lembaga pemerintahan—semuanya telah menjadi bagian dari transformasi digital BRI. 


     (faisal budiman)