×

Iklan


Desa BRILian Nagari Sumpur Sukses Kembangkan Pariwisata Minat Khusus

23 Maret 2024 | 19:33:09 WIB Last Updated 2024-03-23T19:33:09+00:00
    Share
iklan
Desa BRILian Nagari Sumpur Sukses Kembangkan Pariwisata Minat Khusus

Oleh : Devi Diany

 

Menyenangkan. Begitu benar rasanya perjalanan menyisir seluruh sudut Nagari Sumpur, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Baru saja memasuki kawasan nagari di tepian Danau Singkarak ini, langsung disambut rumah gadang yang berjejer dalam jarak hanya beberapa meter antara yang satu dengan yang lain.

    Ada rumah gadang keluarga artis Novia Kolopaking, rumah gadang artis Sherina Munaf, rumah gadang keluarga sang pahlawan Khatib Sulaiman, rumah gadang Siti Fatimah yang merupakan dosen UNP dan rumah gadang milik warga lainnya. Semua rumah gadang itu terawat dengan baik  dan dihuni oleh pemiliknya atau keluarga besarnya.

    Tak mengherankan jika rumah gadang tersebut menjadi ikon wisata Nagari Sumpur Rumah yang mengusung konsep wisata berbeda dari pariwisata pada umumnya. Sumpu, begitu masyarakatnya menyebut, menawarkan kegiatan wisata yang tidak biasa. Apa itu.?

    Namanya “Kampuang Minang Nagari Sumpu”. Wisatawan yang datang disuguhkan berbagai atraksi kebiasaan sehari-hari masyarakat yang dikemas dalam 18 paket wisata, seperti penampilan silat tradisional, menjala ikan bilih, menjala dari atas biduak (sampan), makan bajamba, menyabit padi/bertanam padi, cooking class aneka kuliner khas Sumpu seperti rendang Sumpu, pangek Sumpu, abon, singgang Sumpu dan ikan bilih, agrowisata di kebun sawo, tracking dan rafting serta pilihan lainnya.

    Ya. Nagari Sumpu menawarkan special interest tourism atau dikenal dengan pariwisata minat khusus, yaitu pariwisata yang mengajak wisatawan melakukan  perjalanan dan memberikan pengayaan pengalaman, pengetahuan dan sensasi petualangan yang fokus pada aspek alam, sosial dan budaya dari daerah yang dikunjungi.

    “Daya tariknya ada pada budaya dan kearifan lokal masyarakat Sumpu yang menjunjung tinggi nilai tradisional. Di antaranya, kita memiliki 68 unit rumah gadang yang usianya lebih 100 tahun tetapi masih dihuni dan dirawat oleh pemiliknya,” ujar Direktur Utama Badan Usaha Milik Nagari (Bumnag) Maju Basamo Nagari Sumpu, Zuherman yang menemani saat menelusuri kampungnya.

    Lebih jauh masuk ke dalam nagari, maka akan ditemui pula pohon sawo yang tumbuh di sekitar rumah warga. Sama dengan rumah gadang, usia pohon itu umumnya juga lebih dari 100 tahun. Agaknya tak ada warga Sumpur yang tidak memiliki pohon sawo di sekitar rumahnya. Daunnya yang rindang memayungi rumah warga. Ujung-ujung ranting pohon saling bertemu satu sama lain. Tak mengherankan jika dilihat dari Bukit Tubir, rindangnya pohon sawo memayungi nagari yang berada di kaki bukit itu.

    “Nagari ini memiliki 5 jorong, yaitu Jorong Nagari, Jorong Kubu Gadang, Jorong Subarang Aie Taman, Jorong Batu Baraguang dan Jorong Suduik,” kata Walinagari Sumpu, Fernando St. Sati didampingi Tokoh Masyarakat, H. Yohanes saat ditemui di Kantor Walinagari Sumpu.

    Sebagian jorong berada di daerah dataran tinggi di kaki Bukit Tubir dan Bukit Kubang Cacang dalam gugusan Bukit Barisan. Sebagian lagi berada di dataraan rendah dan berbatasan langsung dengan Danau Singkarak. Meski kedua jorong ini berada di pinggir danau, tetapi di sekeliling rumah warga tetap dipenuhi pohon sawo.

    Sebuah sungai dengan airnya yang jernih membelah Nagari Sumpu. Namanya Sungai Batang Sumpu yang hulunya dari Gunung Marapi. Ketika diikuti alurnya hingga ke muara, maka terlihat beberapa pondok berdiri di pinggir sungai. Pondok itu sebagai tempat persiapan para nelayan yang hendak menjala ikan bilih. Untuk menjala ikan bilih, juga ada ketentuannya, bergiliran.

     

    Nelayan Sumpu menjala ikan bilih di muara Sungai Batang Sumpu. IST


    Dikunjungi Wisatawan Mancanegara

     

    Wisatawan yang datang berkunjung ke nagari yang berada di kaki Bukit Tubir dan Bukit Kubang Cacang dalam gugusan Bukit Barisan ini, tak hanya dari dalam negeri, tetapi juga wisatawan mancanegara, seperti Amerika Serikat, Swiss, Yunani dan India. Dengan konsep wisata minat khusus ini pula, Kampuang Minang Nagari Sumpu ditetapkan sebagai 50 Desa Terbaik pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI. Sebuah prestasi yang luar biasa tentunya.

    Setelahnya, awal 2022, nagari berpenduduk 2.031 jiwa ini mendapat pembinaan dan bimbingan dari berbagai institusi, di antaranya Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumbar, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank BRI serta Pegadaian yang membina UMKM, kelompok tani dan kelompok nelayan tentang literasi keuangan untuk produk mereka.

    “Bank BRI dengan program Desa BRILian secara khusus masuk ke Sumpu pada akhir 2022. BRI melakukan pemberdayaan masyarakat serta memberikan bantuan pendidikan untuk 341 siswa SD, SMP hingga SMA,” terang Zuherman yang merupakan putra asli Sumpu ini.

    Tetapi untuk sampai ke titik saat ini, tentunya tidak mudah. Apalagi memberikan pemahaman dan penyadaran pada masyarakat dengan tingkat pendidikan serta sosial ekonomi yang beragam. Soal konsep pariwisata dengan daya tarik budaya dan kearifan lokal ini sama sekali tak pernah terpikirkan ketika itu. Rumah gadang yang jumlahnya mencapai 250 unit dengan usia lebih 100 tahun, tidak terawat dan satu persatu runtuh dimakan usia, kemudian diganti dengan bangunan permanen dan modern.

     

    Lestarikan Rumah Gadang

     

    Kesadaran untuk melestarikan rumah gadang itu muncul sekira tahun 2012, dirintis oleh tokoh masyarakat Sumpu yang juga anggota DPRD Kabupaten Tanah Datar, Kamrita yang mempelopori terbentuknya “Kampuang Minang Nagari Sumpu”. Saat itu hanya tersisa 68 unit rumah gadang yang bisa terselamatkan dan akan dilestarikan. Namun tak semua masyarakat setuju.

    Suatu ketika pada 26 Mei 2013, terjadi kebakaran yang menghanguskan 5 unit rumah gadang. Warga Sumpu di kampong dan di rantau berjuang melobi Yayasan Tirto Utomo untuk membantu pembangunan kembali rumah gadang tersebut. Alhamdulillah, Yayasan Tirto Utomo menyetujui membantu pembangunan kembali 2 unit rumah gadang agar warisan budaya tersebut tidak punah.

    Sejak saat itu, masyarakat mulai memahami nilai-nilai tradisional yang harus dipertahankan, bahwa setiap sudut dari rumah warisan budaya tersebut sangat berharga. Betapa tidak. Orang luar saja, seperti Yayasan Tirto Utomo mau keluar uang untuk membangun kembali rumah gadang sesuai aslinya.

    “Pembangunan kembali rumah gadang itu melalui serangkaian prosesi adat, seperti maelo kayu dari rimbo pada acara Batagak Tonggak Tuo Rumah Gadang,” kata H. Yohanes yang akrab disapa H. Yos ini.

    Yayasan Tirto Utomo juga membangun kembali Balai Adat Sumpu yang sudah tua dan dimakan rayap. Balai Adat itu kini berdiri megah dengan arsitektur klasik rumah gadang bagonjong dilengkapi dengan ukiran asli Minang.

    Rumah gadang di Nagari Sumpu memiliki sejarah dan karakter yang unik dan agaknya tidak ditemui di daerah lain. Biasanya, dalam suatu nagari hanya ada 1 model rumah gadang. Tetapi Nagari Sumpu memiliki 4 jenis rumah gadang, yaitu :

    1.    Rumah gadang yang identik dengan Kelarasan Koto Piliang atau disebut warga Rumah Gadang Rajo Baban Diateh.

    2.    Rumah gadang yang identik dengan Kelarasan Bodi Chaniago atau dikenal juga dengan Rumah Gadang Gajah Maram.

    3.    Rumah gadang yang identik dengan Rumah Gadang Surambi Papek Aceh, yaitu yang ada beranda di depan.

    4.    Rumah gadang yang identik dengan rumah gadang di daerah pesisir pantai seperti di Padang Pariaman yang disebut Rumah Panggung, sedangkan di Sumpu disebut Rumah Nasi Sabaka.

    Keunikan itu pula yang menarik minat beberapa produser film untuk menjadikan

    rumah gadang di Nagari Sumpu sebagai lokasi shooting film-film terkenal, seperti film Sengsara Membawa Nikmat dan film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

     

    Pokdarwis Pesona Sumpu

     

    Wisata Sumpu mulai mendapat kunjungan pada tahun 2016. Salah satunya rombongan wisatawan dari Mentari Intercultural School Bintaro yang jumlahnya berkisar 60-150 orang. Mereka rutin ke Sumpu, 2 kali hingga 4 kali setahun. Mereka menginap selama 3 hari 2 malam dan melakukan berbagai kegiatan, seperti makan bajamba, bertanam padi di sawah, panen buah sawo atau cooking class.

    “Setelah Lebaran nanti, rombongan wisatawan dari Yunani dan Malaysia ke Sumpu. Jumlahnya sekitar 9-10 orang. Akhir tahun 2023 lalu, kita juga kedatangan rombongan wisatawan dari Swiss, AS dan India,” ujar Zuherman yang merupakan alumnus Pesantren Thawalib Padang Panjang ini.

    Bumnag Maju Basamo mengelola wisata di Sumpu dengan memberdayakan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesona Sumpu. Anggota Pokdarwis dibekali pemahaman tentang adat istiafat dan seni tradisi setempat, sehingga saat ada wisatawan berkunjung maka mereka yang berada di garis depan, mendampingi wisatawan dan menjelaskan dengan baik segala sesuatunya.

    “Kita punya 18 paket wisata dan ada 25 orang anggota Pokdarwis yang siap mendampingi para wisatawan berkunjung ke Sumpu,” katanya.

                                                                

    Perbaikan Ekonomi

     

    Kelompok UMKM yang awalnya jalan sendiri, kini dirangkul Bumnag. UMKM dilibatkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan baik berupa kuliner maupun sovenirnya. Mereka tergabung dalam kelompok UMKM Rumah Gadang, terdiri dari 12 UMKM bidang kuliner dan 1 UMKM bidang krya (sovenir).

    “UMKM ini yang dibina oleh OJK, BRI dan Pegadaian, mulai dari kemasan, promosi, pasar hingga digitalisasi layanan agar mereka memenuhi standar yang dibutuhkan konsumen dan mampu bersaing,” katanya.

    Meski tak ada data khusus tentang peningkatan ekonomi masyarakat dari pembangunan pariwisata ini, tetapi sedaknya dapat dilihat dari keseharian masyarakat. 

     

    Jadi Role Model

     

    Regional CEO BRI Padang, Moh. Harsono mengatakan, desa BRILian merupakan program pemberdayaan desa atau nagari di Sumatera Barat. Tujuannya agar nagari tersebut menjadi  role model dalam pengembangan desa, melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul.

    Kepala dan perangkat desa/nagari, direktur BUMDes/BUMNag dan kepala unit usahanya, perwakilan Badan Permusyawaratan Desa/Nagari/tokoh masyarakat, perwakilan kelompok usaha (klaster) dan/atau Ibu-ibu PKK dan pelaku usaha muda (millennial desa/nagari, karang taruna, dan sejenisnya) adalah sasaran dari pelaksanaan program Desa BRILian.

    Melalui program ini, dilakukan peningkatan kapabilitas pengelolaan desa/nagari untuk memajukan desa dan BUMDes/BUMNag. Selain itu, desa/nagari dapat mengoptimalkan seluruh potensi yang dimilikinya secara berkesinambungan.

    “Selain itu, desa/nagari dapat memanfaatkan layanan keuangan perbankan khususnya BRI dan pengetahuan terkait penyusunan laporan keuangan, serta desa/nagari dapat memanfaatkan teknologi digital untuk kemajuan desa baik  dalam aktivitas maupun pengelolaan keuangan desa,” jelas Moh. Harsono.

    Bagi desa/nagari yang mengikuti program ini akan mendapatkan manfaat di antaranya :

    1. Kapabilitas manajemen desa meningkat
    2. Pendampingan secara langsung bagi desa terpilih
    3. Pelatihan online gratis untuk memajukan desa
    4. Berkesempatan mendapatkan hadiah hingga jutaan rupiah
    5. Berkesempatan menjadi pemenang di acara Nugraha Karya Desa Brilian

    “Nugraha Karya Desa Brilian merupakan acara puncak kompetisi dan apresiasi tahunan yang diselenggarakan oleh Bank BRI bagi desa-desa BRILian terbaik di seluruh Indonesia,” ujar Moh. Harsono.

    Moh. Harsono juga menyebut, bagi desa/nagari yang tertarik mengikuti program ini, bisa mendaftar ke Mantri BRI yang nantinya akan diusulkan oleh BRI Unit wilayah Supervisi. (**)