×

Iklan


Dampak Boikot Produk Israel, Penjualan Ritel Turun Hingga 40 Persen

01 Desember 2023 | 09:24:17 WIB Last Updated 2023-12-01T09:24:17+00:00
    Share
iklan
Dampak Boikot Produk Israel, Penjualan Ritel Turun Hingga 40 Persen
Penjualan pengusaha retail di Indonesia turut terdampak dari pemboikotan produk Israel

Jakarta, Khazanah – Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) mengungkapkan, aksi boikot produk pro Israel yang dilakukan masyarakat Indonesia telah berdampak ke sektor ritel dan restoran. Terjadi penurunan penjualan hingga 40 persen.

"Sudah ada angka penurunan. Ada yang 10 persen, 20 persen, dan 40 persen," ujar Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah di Jakarta, Senin (27/11/2023).

Meski begitu, kata dia, kini perlahan penjualan sejumlah sektor tersebut mulai kembali naik secara perlahan. Kenaikan itu terjadi setelah adanya informasi kalau pemboikotan merugikan ekonomi dalam negeri.

    Sejak awal November, ia telah menyatakan, apa pun informasi dari media sosial pasti memberikan dampak ke sektor ekonomi.

    "Yang kami khawatirkan dampaknya ke barang-barang made in Indonesia dan brand-brand yang memang sudah memenuhi dan menaati peraturan, kalau terganggu kan akan menganggu ekonomi Indonesia," tuturnya.

    Budi menjelaskan, meski beberapa merek dari luar negeri, tapi pabriknya ada di Indonesia. Contohnya, kata dia, Kentucky Fried Chicken (KFC), walau itu merek ayam dari luar negeri, namun pegawainya dari Indonesia, ayamnya pun dihasilkan dari Tanah Air.

    "Kalau diboikot kan berarti boikot petani kita. Intinya bukan soal merek, tapi dalam hal ini ekonomi kita akan terganggu dengan adanya boikot yang tidak tepat sasaran," tegas dia.

    Budi melanjutkan, Hippindo sebagai asosiasi sudah membantu anggota untuk menerangkan posisi dari para anggota yang sudah memenuhi aturan. Menurutnya, jika aksi boikot terus dilakukan tidak menutup kemungkinan adanya pengurangan karyawan atau PHK.

    "Suatu bisnis yang turun terus dan lama pulih, maka langkah utama mengurangi biaya produksi dan karyawan. Karyawannya dibuat shifting, misal masuk dua hari sekali," jelas Budi.

    Dirinya berharap itu tidak terjadi. Apalagi sektor ini baru selesai menghadapi tantangan Covid-19.

    Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) angkat suara terkait misinformasi daftar produk yang dituduh terafiliasi dengan Israel.

    Menurut Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani, MUI tidak pernah mengeluarkan daftar produk pro Israel yang harus diboikot. Bahkan, Kementerian Komunikasi dan Informasi melalui laman resminya juga juga membantah isu hoaks tersebut. Di mana MUI tidak pernah merilis daftar produk Israel dan afiliasinya yang harus diboikot. Informasi ini dapat diakses melalui https://www.kominfo.go.id/content/detail/52965/hoaks-rilis-daftar-121-produk-yang-diharamkan-mui-karena-terafiliasi-israel/0/laporan_isu_hoaks.

    "Prinsipnya kita harus menyadari informasi-informasi hoaks juga yang ke luar, karena sebenarnya dari MUI sendiri jelas posisinya terhadap boikot produk-produk pro-Israel," kata Shinta di Jakarta, Kamis (30/11/2023).

    Shinta menyoroti produk-produk yang tercantum dalam daftar yang beredar berkaitan dengan pro Israel. Hanya saja, Apindo perlu meluruskan kalau beragam produk yang diboikot tersebut tidak berkaitan dengan Israel.

    Aksi boikot yang tidak tepat sasaran lebih banyak merugikan Tanah Air dan kontradiktif dengan tujuan memutus sokongan dana terhadap Israel.

    "Tidak ada yang mendukung agresi militer Israel," tegas Shinta.

    Shinta mencontohkan, salah satu perusahaan yang selama ini menjadi korban salah sasaran dari aksi boikot adalah PT Unilever Indonesia Tbk. Shinta memastikan Unilever Indonesia yang menyerap tenaga kerja dalam negeri dan melibatkan banyak pelaku usaha lokal dalam rantai pasok produksi mereka tidak berafiliasi dengan Israel. Dirinya pun khawatir, aksi tersebut akan memberikan dampak yang besar terhadap Unilever, termasuk pada pengurangan tenaga kerja. Dalam hal ini, APINDO tengah meminta informasi kepada seluruh anggotanya terhadap dampak dari aksi boikot tersebut.

    ”Jadi kasihan konsumen yang tidak mengerti karena mereka pikir ini produk-produk yang berkaitan dengan Israel atau mendukung agresi Israel. Jadi kita mesti tahu sebelum boikot, ini produk dari mana. Kasihan dong produk bukan dari Israel juga kena boikot,” ujarnya.

    Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Miftahul Huda angkat bicara terkait kebingungan publik terkait kehalalan suatu produk pasca isu hoaks mengenai daftar produk yang dituduh terafiliasi dengan Israel. MUI membantah keras adanya daftar produk yang diharamkan, seperti yang beredar di beberapa media dan platform online.

    "Produknya itu tetap halal selama masih memenuhi kriteria kehalalan," ujarnya. Dia menjelaskan, MUI tidak berkompeten untuk merilis daftar produk Israel atau yang terafiliasi dengan Israel. Dalam klarifikasinya, MUI menegaskan bahwa yang diharamkan bukanlah produknya, melainkan aktivitas dukungan terhadap Israel.