×

Iklan

POTENSI BESAR PADANG PANJANG
Bukit Tui Bisa Jadi Kawasan Industri Kapur Modern

11 November 2020 | 11:36:17 WIB Last Updated 2020-11-11T11:36:17+00:00
    Share
iklan
Bukit Tui Bisa Jadi Kawasan Industri Kapur Modern
Salah satu tungku kapur Bukit Tui Padang Panjang

Oleh: Ir. Abdul Aziz Ali, M.M

 

    Dentingan martil yang menghantam kerasnya batu kapur masih terdengar jelas ketika melewati kaki Bikik Tui di Kelurahan Tanah Hitam, Padang Panjang. Dari kejauhan masih terlihat asap putih yang membubung tinggi diantara bangunan menjulang di kaki bukit pertanda masih beroperasinya beberapa tungku pembakaran kapur tohor.

    Sedikitnya masih ada 8 tungku pembakaran batukapur yang masih beroperasi di Bukik Tui dan merupakan sumber pendapatan bagi pekerja harian yang menerima upah dari memecah batukapur, mengangkut dan proses pembakarannya.

    Sebagian besar penduduk asli Tanah Hitam masih menggantungkan hidupnya dari keberadaan Bukik Tui yang terjal namun mengandung deposit kapur yang sangat besar. Sebagai penduduk asli Tanah Hitam, tidaklah mungkin mereka bisa lupa akan tragedi galodo 14 Mei 1987 yang telah menewaskan banyak saudara dan kerabat mereka dan menelan Desa Sungai Andok dan Desa Tanah Hitam. Tapi itulah kondisi yang harus dijalani sehari-hari oleh para penambang batukapur demi kelangsungan hidup keluarganya.

    Dari hasil penelitian yang dikutip dari e-jurnal.unp.ac.id, kawasan Bukik Tui seluas 17 Ha saja, memiliki cadangan batu kapur sebesar 12,8 juta ton sedangkan Luas Area Pertambangan Lokal (APL) mencapai 536 Ha. Cadangan ini menunjukan potensi yang cukup besar untuk dikelola.

    Batukapur Bukik Tui memang memiliki kandungan kapur (CaCO3) mencapai 85% dan kadar keputihan mencapai 95%. Oleh sebab itu, hasil kapur tohor Bukik Tui sangat cocok sebagai bahan baku pembuatan cat dan pemutih kertas.

    Sampai saat ini, kapur tohor Bukik Tui yang diproduksi secara konvensional masih banyak dikirim ke Sumatera Utara dan Pekanbaru. Jika dicermati, pabrik kertas yang ada di Pekanbaru (RAPP dan IKPP) membutuhkan jutaan ton kapur tohor setiap tahunnya.

    Lingkungan kaki Bukik Tui yang sangat padat dengan pemukiman penduduk yang dihuni oleh 350 KK, mengakibatkan sulitnya untuk melakukan pengembangan Bukik Tui sebagai penghasil kapur tohor dengan dengan skala industri. Bahaya lonsor lereng Bukik Tui yang senantiasa mengancam keselamatan penduduk yang disikapi oleh Pemda Padang Panjang dengan dikeluarkannya larangan penambangan batukapur pada lokasi tertentu.

     Beberapa fakta yang tidak bisa dipungkiri :

     Satu : Dari hasil investigasi yang dimuat pada JITP pada tanggal 1 Maret 2019 dijumpai banyaknya bidang lemah berupa kekar pada lereng Bukik Tui yang dapat menyebabkan terjadinya potensi longsor. Tinggi lereng terjal dengan kemiringan 75 derajat dengan ketinggian 21 m berada ditepi jalan dan pemukiman warga. Potensi lain yang dapat memicu longsoran adalah curah hujan rata-rata pertahun mencapai 3.295 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata sebanyak 235-265 hari pertahun.

    Dua : Ditemukannya rekahan tanah penutup di lereng Bukik Tui sepanjang 20 meter dengan kedalaman 1,5 meter dan lebar rekahan 60 sentimeter menambah kekhawatiran akan terjadinya longsor pada waktu tidak terduga. Rekahan yang disebabkan terjadinya pergerakan tanah tersebut berada diketinggian 780 meter tepat diatas ladang milik masyarakat (pasbana.com, 29 Januari 2018).

    Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya galodo yang akan timbul jika volume tanah penutup batukapur atau overburden yang demikian besar runtuh akibat hujan deras atau getaran yang disebabkan oleh gempa bumi.

    Tiga: Pemanfaatan kawasan Bukik Tui saat ini masih terus berkembang. Selain dimanfaatkan sebagai Kawasan Lindung, Kawasan Pertambangan Batukapur dan Kawasan Industri Kapur, Bukik Tui juga masih dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, perkebunan dan pemukiman. Tentunya pemanfaatan kawasan Bukik Tui masih memiliki nilai yang sangat besar bagi Padang Panjang.

    Kondisi penambangan batukapur di Bukik Tui saat ini sangat tidak efisien. Hal ini dapat dilihat dari produktifitas yang sangat rendah, dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat penambangan, permasalahan legalitas penambangan dan tingginya resiko kecelakaan kerja. Efisiensi tungku pembakaran juga tergolong sangat rendah akibat proses pembakaran yang tidak sempurna.

    Kompleksitas permasalahan yang ada di Kawasan Bukik Tui, mengharuskan Pemerintah Kota Padang Panjang masih berketatapan dalam mempertahankan pemanfaatan kawasan Bukik Tui sebagai Kawasan Pertambangan dan Kawasan Industri Batukapur dengan berbagai macam pertimbangan. Besarnya cadangan batukapur Bukik Tui dan terbukanya pasar untuk penjualan kapur tohor di dalam negeri barangkali dapat dijadikan pertimbangan agar pemanfaatan Kawasan Bukik Tui dapat dikembangkan menjadi Zona Tambang Batukapur dan Kawasan Industri Kapur Tohor.

    Agar pemanfaatan kawasan Bukik Tui lebih memberi arti bagi Padang Panjang, sudah saat Pemko Padang Panjang menerapkan konsep Good Mining Practice. Dimana pengembangan industri kapur tohor harus berpedoman dan memenuhi ketentuan-ketentuan, kriteria, kaidah serta norma-norma yang tepat agar diperoleh hasil yang maksimal dengan dampak buruk yang minimal.

    Pemko Padang Panjang dapat bekerjasama dengan PT Semen Padang yang memiliki banyak tenaga ahli penambangan dan pembakaran batukapur mengingat pabrik semen itu juga menggunakan 80% batukapur sebagai bahan baku pembuatan semen. Melibatkan beberapa Perguruan Tinggi yang ada di Sumatera dan Jawa seperti Universitas Andalas, Universitas Indonesia dan Universitas Gajahmada, bahkan UNP yang juga memiliki jurusan Tambang merupakan potensi yang dapat digunakan dalam upaya percepatan penyelesaian konsep Good Mining Practice (GMP).

    Masyarakat Bukik Tui khususnya dan Kota Padang Panjang pada umumnya sangat menantikan agar negeri yang dicintainya juga bisa turut berkembang dengan kehadiran Kawasan Tambang Batukapur dan Industri Kapur Tohor modern. Generasi muda Padang Panjang tentu juga sangat berkeinginan untuk bisa ambil bagian sebagai pemain di era Industri 4.0 dan bukan hanya sebagai penonton. Kapur Bukit Tui, bisa berkembang pesat ke arah itu. Pertanyaannya: mau atau tidak Pemko?

    ·   Penulis, mantan pejabat PT Semen Padang, pernah melakukan pembinaan industri kapur Bukit Tui