?PASANGAN Cagub muda Sumbar Febby-Faldo, ketika bersilaturahmi ke kantor PWI Sumbar, Selasa (14/7). FAISAL |
Padang, Khazminang -- Menjadi berbeda di tengah budaya arus utama tidak harus disebut salah. Berbeda yang positif itu tidak buruk, melainkan merupakan sebuah alternatif yang patut diajukan sebagai pilihan publik. “Begitu juga dalam politik, tidak harus seragam,” kata Ketua PKB Sumatera Barat yang juga Cawagub Sumbar, Febby Dt. Bangso didampingi Cawagub Faldo Maldini, saat bersilaturahmi ke kantor PWI Sumatera Barat untuk bertemu dengan para pengurus PWI serta sejumlah wartawan senior, Selasa (14/7).
Apa maksud Febby
dengan memilih diksi ‘berbeda’ itu? Kata pria yang juga praktisi industri
pariwisata Sumbar itu, dalam Pilkada Sumatera Barat cenderung yang disebut
kandidat atau calon pemimpin Sumatera Barat itu adalah para senior yang sudah
mencampungi dunia politik dan birokrasi dalam kurun waktu yang panjang. Maka
dia dan Faldo sepakat menawarkan sesuatu yang baru, yakni: pendekatan milenial.
“Kami tahu, bahwa kami masih muda. Tetapi apakah yang
muda-muda tidak bisa ikut hadir bersama-sama para senior dalam sebuah pentas
demokrasi seperti Pilkada?” kata Febby.
Maka melihat bahwa secara hitung-hitungan kursi di parlemen
daerah (DPRD Sumbar),
partainya –PKB—tentu saja tidak cukup syarat untuk mendukung sepenuh-penuhnya
satu pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur. Begitu juga partai yang
sedang digerakkan oleh Faldo Maldini –PSI-- bahkan, yang tidak memiliki satu kursi pun di
DPRD.
“Tapi itu tidak berarti kita tidak bisa atau tidak mungkin untuk turut serta dalam kontestasi ini. Politik pada hakekatnya adalah perjuangan bersama, dan itu berarti memerlukan kemitraan. Kuncinya adalah loby, maka kami berdua melakukan loby-loby ke beberapa partai politik yang ada yang sama sekali tidak mengajukan kadernya jadi Cagub,” kata Faldo Maldini, mantan jurubicara tim pemenangan Prabowo-Sandi di Pilpres yang lalu.
Tapi ketika ditanya partai-partai yang mana yang sedang intens diloby, keduanya mengatakan bahwa belum saatnya untuk menyampaikan itu ke publik. Karena menurut keduanya, biarlah nanti partai mitra tersebut yang mengungkap ke publik.
Dalam usia yang belia itu, baik Febby maupun Faldo sama-sama mengaku bahwa mereka bukan maju menjadi Cagub/cawagub untuk memerintah.
“Saya tidak memiliki bakat untuk memerintah. Jadi kami sepakat, kami bukan untuk memerintah, melainkan untuk mengurus, menjalankan governance untuk mencapai apa yang diharapkan oleh masyarakat banyak. Karena itu dari sekarang kami katakan bahwa kami tidak akan membuat tradisi ‘memerintah’ melainkan hendak menggelola, melayani dan mengurus jalannya pemerintahan,” ujar Faldo.
Sementara itu Ketua PWI Sumatera Barat, Heranof Firdaus mengatakan bahwa bagi PWI Sumbar kedatangan para kandidat ke kantor PWI bukan berarti secara organisatoris PWI mendukung salah satu kandidat.
“Kita tetap berada di wilayah netral. Kita dorong semua kandidat untuk berkompetisi dengan sehat. Bertanding dengan fair. Siapa yang tidak fair akan kami semprit, karena itulah peran dan fungsi pers,” ujar Heranof yang didampingi oleh Ketua Dewan Kehormatan PWI, Basril Basyar, bersama tiga Wakil Ketua, Eko Yanche Edrie, Jayusdi Efendi, Sawir Pribadi, Ketua SIWO PWI Faisal Budiman dan anggota DKP PWI Gusfen Khairul serta Edi Jarot.
Menurut Basril Basyar, kali ini sebagai anak muda yang maju ke kontestasi Pilkada Sumbar, hendaknya benar-benar tidak hanya slogannya saja yang membawa pembaruan, tetapi hendaklah juga membawa pembaruan dalam membawa masyarakat menjadi pemilih cerdas dan menghasilkan pemilihan yang jauh dari kecurangan serta ketidak fair an.
“Sudah waktunya kita menghadirkan Pilkada yang bisa dicontoh oleh daerah lain. Tentu, semua itu sangat tergantung kepada para kandidat yang maju bertarung mengatur para tim suksesnya untuk bermain cantik,” kata Basril Basyar. (faisal budiman)