Banjir bandang di NTT |
Kupang, Khazminang.id -- Sampai malam ini jumlah korban akibat banjir bandang (dalam bahasa Minang disebut Galodo-red) yang terjadi hari ini Minggu (4/4) di tiga kecamatan yakni Ile Boleng, Adonara Timur dan Wotanulumado Nusatenggara Timur dilaporkan korban meninggal menjadi 63 orang dari sebelumnya dilaporkan 58 orang.
Dikutip dari RRI, Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Boli, mengatakan bahwa jumlah korban meninggal dunia yang sudah ditemukan sebanyak 63 orang.
Dari jumlah itu, 55 orang diantara adalah warga desa Nele Lamadike Kecamatan Ile Boleng, lalu 4 orang adalah warga kelurahan Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur, dan 3 orang adalah warga Desa Oyangbarang Kecamatan Wotanulumado.
"Karena sudah malam, maka pencarian diputuskan dihentikan dulu, besok pagi akan dilanjutkan kembali oleh Tum SAR, BPBD dan TNI/Polri," kata Wabup Agustinus Boli.
Informasi yang dikumpulkan menyebutkan, 1o orang dari 36 warga desa Nele Lamadike yang sudah ditemukan jenazahnya itu suah dimakamkan hari ini juga.
Banjir bandang melanda NTT pada pukul 01.00 hari WITA Minggu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Flores Timur melaporkan masih melakukan pendataan di lapangan terkait korban meninggal dunia maupun luka-luka.
“Petugas di lapangan masih melakukan penanganan darurat pascainsiden yang terjadi pada dini hari tersebut,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati dalam keterangan tertulisnya, Minggu (4/4/2021).
Wilayah terdampak banjir bandang ini di dua desa, yaitu Desa Lamanele di Kecamatan Ile Boleng dan Desa Waiburak di Kecamatan Adonara Timur. Wilayah terdampak berada di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pantauan BPBD Kabupaten Flores Timur, puluhan rumah warga tertimbun lumpur di Desa Lamanele. Ada juga rumah warga yang hanyut terbawa banjir. Di samping itu, jembatan putus di Desa Waiburak Kec. Adonara Timur. Pihak pemerintah daerah telah melakukan rapat terbatas antara Bupati, TNI, Polri dan instansi terkait. Salah satunya dengan pembentukan posko penanganan darurat.
Kendala di lapangan yang diidentifikasi petugas BPBD yaitu akses satu-satunya adalah penyeberangan laut ke Pulau Adonara. Sedangkan hujan, angin dan gelombang yang tinggi mengakibatkan pelayaran tidak diperbolehkan oleh otoritas setempat.
BNPB terus berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Flores Timur dan memantau penanganan darurat. Apabila dibutuhkan mobilisasi bantuan, BNPB telah siap dengan pengerahan sumber daya. (eko/rri)