×

Iklan

WISATA DI TENGAH COVID-19
Alang-alang Baradaik Hadir di Batipuah Baruah

16 Juli 2020 | 22:31:33 WIB Last Updated 2020-07-16T22:31:33+00:00
    Share
iklan
Alang-alang Baradaik Hadir di Batipuah Baruah
Ade Raditya dan Musra Dahrizal

Padang Panjang, Khazminang – Kerisauan tentang adanya degradasi nilai-nilai adat dan budaya di nagari atau anak nagari mulai meninggalkan budayanya sendiri biasanya muncul dari kalangan yang lebih tua. Jika ada anak muda yang merisaukan itu, tentu merupakan sebuah hal yang patut disambut dan diberi apresiasi.

Sejumlah anak muda Batipuah Baruah yang tergabung dalam organisasi Generasi Muda Baringin Sakti terbesut semangatnya ketika dimotivasi oleh budayawan Sumbar, Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto bahwa bidal adat rami tapiak dek nan mudo itu artinya luas. “Ia bermakna bahwa anak mudalah yang akan melanjutkan semua pratik adat di nagari, melestarikan dan terus menjaganya,” kata pria yang akrab disapa ‘Mak Katik’ itu.

Organisasi yang dipimpin oleh Ade Raditya kemudian dalam waktu singkat dan dengan gerak cepat menyusun rencana. Maka lahirlah proposal menggelar Ferstival Budaya yang diberi tema ‘ The Culture of Batipuh’.

    Menurut Ade yang didampingi Fadil sebagai Ketua Pelaksana kegiatan ini akan diselenggarakan pada 15 sampai 17 Agustus 2020 dalam rangka memeriahkan Hari Kemerdekaan RI.

    Salah satu yang cukup unik dan sudah lama tidak dimunculkan ke permukaan di kawasan Batiupuah adalah ‘Alang-alang Baradaik’. Ini adalah sebuah ferstival layang-layang tetapi sarat dengan prosesi adat yang panjang. “Kalau hanya bertanding layang-layang kan sudah banyak, tetapi ‘alang-alang baradaik’ sudah langka. Kami ingin ia kembali diperkenalkan kepada generasi muda Batipuah Baruah dan Batipuah Sepuluh Koto umumnya,” kata Ade.

    Dalam festival ‘alang-alang baradaik’ ini, sebelum layang-layang dilepas, terlebih dulu diawali dengan pasambahan kato dan makan bajamba dengan melibatkan seluruh niniak mamak di nagari tersebut.

    Acara yang diagendakan selama tiga hari itu juga akan diisi dengan pertunjukan seni, tari, silek dan musik tradisonal. Semua tradisi adat istiadat Batipuah Baruah pada kegiatan itu akan diperagakan. “Termasuk memeragakan pakaian tradisional Batipuah Baruah. Sudah hampir lupa anak-anak muda bagaimana pakaian perempuan Batipuah Baruah, baju kuruang basiba, tingkuluak barantai dan sebagainya. Kita akan peragakan semuanya dan akan didokumentasikan untuk bisa dilihat dan disimak oleh generasi muda Batipuah hari ini dan di masa datang,” ujar Ade, mantan pesepakbola ini.

    Alek nagari ini tentu saja dengan sentuhan pariwisata, maka digelar pula festival kuliner asli Batipuah seperti lamang kujuik, galu-galu dan sebagainya. Para tamu yang datang juga akan dipandu menikmati alam asri kawasan Batipuah Baruah sekitarnya.

    “Syukurlah anak-anak muda mau memikirkan adat dan budaya di nagari, harus didukunglah kegiatan positif seperti itu,” kata budayawan Sumatera Barat, Edy Utama, ketika diminta komentarnya perihal keinginan anak-anak muda di Nagari Batipuh Baruh Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar untuk menggelar Festival Budaya Batipuah.

    Menurut dia, munculnya keinginan melestarikan nilai-nilai adat dan budaya itu sudah merupakan sebuah kesadaran yang perlu dimassalkan, ke berbagai nagari. Mantan Ketua Dewan Kesenian Sumatera Barat itu menyebutkan, kawasan Batipuh kaya dengan keunikan budaya.

    Si Bung –begitu dia akrab disapa—pada 2002 juga pernah menggelar ‘alek nagari’ di Balai Gadang Batipuh. Selama sepekan, kegiatan yang didorong oleh Dewan Kesenian Sumatera Barat ketika itu menampilkan berbagai kesenian anak nagari. “Saya ingat Silek Galombang Ampek Sagi dari daerah itu yang hebat,” kata Edy Utama.

    Lalu apa kata budayawan asal Batipuah Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto?

    Mak Katik – begitu ia akrab disapa—mengatakan bahwa dirinya setuju dengan kegiatan ini tapi jangan hanya sekedar sermonial. Tidak ada output nya selain sekedar alek. “Saya mau acara seperti ini memiliki output edukasi juga. Bahwa setelah acara selesai terjadi perubahan cara pandang anak muda hendaknya, dari yang tadinya tidak paham dengan adatnya sendiri, kini menjadi paham dan berusaha melestarikannya dimanapun dia berada,” ujar Mak Katik.

    Sementara menyangkut kegiatan itu sendiri yang diselenggarakan di tengah pandemi Covid-19, menurut Ketua GM Baringin Sakti, Ade Raditya panitia memprioritaskan protokol Covid-19 sebagai salah satu syarat untuk acara ini. “Jadi kita akan terapkan protokol Covid-19 sepenuhnya, menoton tidak berdekatan, semua pakai masker kecuali para penampil yang memerlukan mulut terbuka seperti bernyanyi dan berdendang. Seluruh tamu undangan diwajibkan cuci tangan sebelum dan sesuadah menghadiri acara,” ujar Ade.

    Ade berharap, kegiatan ini akan jadi salah satu kalender tahunan untuk Nagari dan syukur-syukur menjadi kalender event bagi Pariwisata Tanah Datar.

    Nagari Batipuh Baruah memiliki 51,21 kilometer persegi atau kira-kira sepertiga dari wilayah Kecamatan Batipuh. Nagari yang memiliki 11 jorong itu berpenduduk 9.550 jiwa menurut sensus 2017. (eko yanche edrie)