×

Iklan


Ahmad Fadly, Tanah Datar dan Tanah Harapan

04 September 2024 | 08:06:56 WIB Last Updated 2024-09-04T08:06:56+00:00
    Share
iklan
Ahmad Fadly, Tanah Datar dan Tanah Harapan

"Dalam ketakzimannya, pohon-pohon berkabar tentang sunyi dan harapan yang terbakar.

Namun hujan dan matahari, selalu membasuh mereka agar bertasbih, dan membalut penderitaan dengan harapan-harapan baru.

Harapan yang akan tetap tumbuh dalam datang dan kepergian, dalam bersama dan kesendirian.

    Maju, terus maju meraih cita. Satu langkah maju, tiga musim, tiga angin. Naik ke atas tangga, naik ke langit ke tujuh.

    Jangan mati sebelum berarti..."


    BERBICARA tentang Tanah Datar, jelas tak bisa dipisahkan dari sosok Ahmad Fadly, S.Psi, Calon Wakil Bupati Tanah Datar yang mendampingi petahana Bupati Eka Putra di Pilkada Tanah Datar 2024. Jelas saja, di dalam dirinya, pekat sekali mengalir darah Luhak Nan Tuo. Ibunda tercinta, Hj. Ellyawarni, adalah seorang perempuan yang berasal dari Nagari Panyalaian, Kec. X Koto. Di nagari ini pula, Fadly pernah berlanyah-lanyah menghabiskan masa kanak-kanaknya hingga remaja.

    “Pilihan yang telah saya mantapkan, serta langkah kaki yang kini tengah saya ayunkan, adalah bagian dari kecintaan dan tanggungjawab pada kampung halaman. Ya, ini adalah panggilan. Kontestasi ini adalah jalan juang menuju muara pengabdian; mambangkik batang tarandam,” kata Fadly dalam suatu kesempatan kepada khazminang.id.

    Ahmad Fadly lahir di Padang Panjang, 28 September 1977. Ayahnya bernama dr. H. Suir Syam, M.Kes MMR, nama yang tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Padang Panjang, Tanah Datar dan Sumatera Barat umumnya. Selain pernah mengepalai sejumlah Rumah Sakit ternama di Sumatera Barat, Suir Syam juga pernah menjabat Walikota Padang Panjang periode 2003-2008/2008-2013 dan kini masih berstatus Anggota DPR RI periode 2014-2019/2019-2024 dari Partai Gerindra. 

    “Bagi saya, Tanah Datar adalah tanah harapan, tanah impian. Dengan semangat dan etos kerja yang berpijak pada gagasan-gagasan untuk kemaslahatan, dengan kejujuran yang tak bisa ditawar-tawar, dengan dedikasi yang bukan basa-basi, serta demi keadilan yang dijunjung tinggi, saya ingin bersama-sama masyarakat, bahu-bahu membahu dan bergandengan tangan untuk menjemput dan mewujudkan kembali kejayaan Kota Budaya ini,” ujar Fadly serius.

    “Hampir sebulan lebih saya keluar masuk kampung, mengunjungi banyak nagari, hingga ke pelosok jorong. Saya disambut hangat layaknya saudara yang lama tak bersua. Sebenar tak ada jarak, kami bercengkrama dan saling berbagi cerita. Apa yang saya dapat? Kepuasan! Ya, sangat puas. Saya puas ketika mereka seperti tanpa beban dan tak sungkan, menumpangkan segala mimpi dan harapan-harapan. Maka dari itu, izinkan dengan tegas saya sampaikan; teruslah merawat mimpi, Insha Allah kelak saya dan kami akan hadir menjadi solusi,” tutur Fadly.

    Fadly kecil, sungguh tak pernah bercita-cita, apalagi bermimpi jadi seorang politisi. Maka tak heran, Fadly lebih memilih jalannya sendiri, merintis dan membangun bisnisnya di Dharmasraya, begitu menyelesaikan kuliahnya di Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 2008. Pantang benar baginya hidup di bawah bayang-bayang dan menyelingkit di pusaran kekuasaan ayahnya. Menolak batinnya untuk terlibat dalam perilaku nepotisme, memanfaatkan nama besar dan pangkat orang tuanya.

    “Hakikatnya lelaki Minang, saya lebih tertantang untuk tegak dan berjuang di atas kaki sendiri,” sebut Direktur PT. Khotari Darma Indonesia (KDI), yang sejak 2009 hingga sekarang masih menjabat Pembina Yayasan Prima Nusantara (YPN), yang membawahi Universitas Prima Nusantara Sumatera Barat itu.

    Namanya berbisnis, tentu segala capaian tidaklah semudah melepongkan bedak ke muka dan tak segampang menyanduk kuah ke pinggan saja. Kunun pula sim salabim abra ka dabra. Tak terkecuali bagi Fadly sendiri. Jatuh bangun melewati badai, liku dan tantangan, sudah dilaluinya. Tersungkur tersandung kerikil, hingga batu besar, sudah pula dirasainya. Bahkan, pernah sampai pasai Fadly dibuatnya. Letih?

    “Tak ada kata surut dan menyerah dalam hidup saya. Maju, terus maju meraih cita. Naik ke atas tangga, naik ke langit ke tujuh. Insha Allah dengan ikhtiar, kerja keras dan doa, Allah SWT akan mudahkan segalanya,” ujar Fadly.

    Lantas, sudahkah Fadly tiba di tujuannya, meraih sukses sebagai buah dari kerja kerasnya dalam membangun dan menggadangkan bisnis-bisnisnya?

    Bagi kita dan sebagian orang yang menilai dan melihatnya secara kasat mata, mungkin iya. Namun, tidak bagi Fadly. “Sukses dan keberhasilan itu bukan tentang segala kelebihan dan segala apa yang sudah kita punya. Melainkan tentang seberapa banyak kita sudah memberi arti dan menebar manfaat kepada sesama,” begitu pahamnya.

    Dalam konteks kebaikan dan kebermanfaatan, adalah benar jika harta atau kekayaan yang dipatok sebagai tolak ukur kesuksesan, tidaklah akan pernah sepadan jika dibandingkan dengan kekuasaan yang dimiliki seseorang lainnya. Seseorang dengan kekayaannya, memang bisa membantu orang lain, tapi tentu terbatas jumlahnya. Namun tidak dengan kekuasaan, dimana seseorang bisa menolong dan memberikan manfaat kepada semua orang, banyak orang, satu daerah, bahkan satu negara.

    Selain support keluarga dan dukungan berbagai lapisan masyarakat, landasan berfikir itu pulalah yang akhirnya mendorong Fadly memutuskan sikap politiknya. Fadly yang terpanggil, memantapkan hati mengikuti jejak ayahnya. Sosok tauladan yang telah menjadi inspirasinya sejak masih belia. Sosok yang teramat banyak memberi warna, makna dan menanamkan banyak nilai dalam kehidupannya. Sosok yang baginya adalah segala.

    “Tanah Datar memanggil, jiwa saya terpanggil. Dan saya putuskan, inilah saatnya. Inilah saatnya niat baik ini ditunaikan. Inilah saatnya untuk hadir memberi kebermanfaatan, menyemai dan menebar sebanyak-banyak kebaikan untuk kemaslahatan,” ujar suami tercinta dr. Dwinanda Emira, sekaligus panutan dari dua buah hatinya, Muhammad Emir Alyavich dan Mikail Rabbani itu.

    Satu hal yang selalu dipedomani Fadly hingga kini, yakni ajaran kedua orangtuanya. Baik sang ayah dr. H. Suir Syam, maupun ibunda Hj. Ellyawarni, untuk selalu menekankan pentingnya kejujuran, bersikap dan berpikir positif, serta selalu menjaga muruah dan martabat diri, keluarga, agama dan kampung halaman dimanapun berada.

    “Selain menjadi pegangan hidup, pesan itu selalu saya jadikan sebagai bagian dari ladang amal, untuk ditularkan kepada siapa saja. Karena bagi saya, berbagi adalah sumber kebahagiaan diri yang tak terukur nilainya. Berbagi, tak akan membuat kita rugi, berbagi itu terangkan hati,” tandas Fadly.

    Selain dikenal sebagai pribadi yang sederhana, kalem dan teduh, dalam diri Fadly juga melekat prediket sebagai seorang organisatoris. Fadly mudah dekat dan cepat akrab dengan siapa saja. Dia tak hanya terampil dalam bertutur, tak hanya cakap dalam berkomunikasi, namun juga benar-benar menguasai segala apa yang menjadi bahasan dan materi. Fadly tak pemarah, tapi dikenal sebagai sosok yang tegas, namun tetap santun dalam kesahajaan.

    Setidaknya, hal itulah yang membuat kawan-kawan Fadly tak berfikir panjang untuk memberikan kepercayaan dan melibatkannya secara aktif dalam mengurusi banyak organisasi. Seperti saat masih di bangku sekolah, ketika dirinya diamanahkan sebagai Pengurus OSIS SMPN 1 Wonotiung (1991-1992) dan Pengurus Forum Studi Islam SMAN 1 Bukittinggi (1994-1995).

    Selanjutnya ketika menimba ilmu di perguruan tinggi, Fadly juga pernah dipercaya sebagai Pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (MTI) ITB (1997-1998), Pengurus Majelis Taklim Salman ITB (1997-1998), Pengurus Himpunan Mahasiswa Psikologi UGM (2004-2005), Penasihat Himpunan Mahasiswa Psikologi (HIMPSI), Penasihat Komunitas Pendidikan, Sosial dan Budaya “Ruang Togok”, serta menjadi Ketua Forum Mahasiswa Psikologi se-Indonesia.

    “Dari remaja, saya memang sudah hobi berorganisasi. Dari sana pulalah saya banyak belajar tentang arti kepemimpinan. Dan Alhamdulillah, Papa juga banyak menurunkan ilmu dan membagikan pengalamannya kepada saya. Poin penting yang ingin saya sampaikan adalah bagaimana kehadiran kita bisa memberi makna, sebesar dan sebanyak-banyak manfaat bagi sesama,” pungkas pria berlesung pipi yang juga hobi membaca ini.

    Diakui, keputusan Fadly untuk terjun ke panggung politik pada kontestasi Pilkada Tanah Datar 2024 ini, bukanlah serta merta. Ini adalah jawaban yang hadir di setiap doa dan di sepanjang sujud dalam istikharahnya kepada Allah SWT;

    “Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam agamaku, kehidupanku, akhir urusanku, duniaku dan akhiratku, maka takdirkanlah, mudahkanlah dan berkahilah ia untukku. Namun jika ini buruk, maka palingkanlah aku darinya dan palingkanlah ia dariku. Sesungguhnya Engkau Maha berkuasa atas segala sesuatu".

    Bagi Fadly, muara dari keputusannya itu bukanlah soal apa yang kelak akan didapatkannya, tapi lebih kepada segala apa yang nanti bisa diberikannya. Tentang keinginan membangun dan mewujudkan berjuta asa di hamparan tanah harapan. Tentang keinginannya untuk mengubah nasib masyarakat Tanah Datar menuju masyarakat bermartabat, sejahtera, adil dan berkemajuan.

    “Saya bermimpi, agar setiap mereka yang memiliki mimpi, bisa mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Tanah Datar adalah tanah harapan untuk semua. Harapan untuk kehidupan yang lebih baik di hari ini, esok dan selamanya,” ujar Fadly.

    Pulang ke Tanah Datar, bagi Fadly adalah panggilan jiwanya, sarana untuk berbagi kebahagiaan. Bukan hanya tentang rasa, namun lebih kepada aksi nyata yang berdampak, berkemajuan dan berkelanjutan. Fadly ingin mengabdi dan mewakafkan dirinya untuk melayani orang kampungnya dengan penuh cinta. Fadly punya mimpi besar, punya banyak gagasan besar untuk kemajuan Tanah Datar, untuk mengembalikan kejayaan Kota Budaya nan bersejarah itu agar kembali menyala dan bersinar.


    Akan dijaga dan dijunjung tinggi amanah yang kelak diberikan masyarakat Tanah Datar kepadanya bersama Eka Putra. Akan dikonversinya segala keluh dan kerisauan masyarakat, menjadi gerakan-gerakan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat.

    "Izinkan saya dan Bapak Eka Putra memohon doa dan dukungan dari seluruh masyarakat. Mari bersama-sama kita bangun Tanah Datar dengan gerak cepat dan kerja hebat. Mari kita bergerak dan berjuang bersama mewujudkan Tanah Datar sebagai Tanah Harapan yang bermartabat. Semoga Allah SWT meridhoi ikhtiar dan perjuangan ini," harap Fadly. Ryan Syair