×

Iklan

HIKMAH DIBALIK PANDEMI
Adaptasi Baru di Alaf Baru

07 Oktober 2020 | 17:09:27 WIB Last Updated 2020-10-07T17:09:27+00:00
    Share
iklan
Adaptasi Baru di Alaf Baru

Oleh : Ir. Abdul Aziz, MM

 

Allah SWT berfirman : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit katakutan, kelaparan, ke,urangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : “Inna lillahi wa inna ilihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. Al-Baqarah : 155-156).

    Ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan dunia, pada setiap kesempatan, Presiden RI Joko Widodo sering menyampaikan bahwaroda ekonomi harus tetap berputar sementara kesehatan masyarakat adalah yang utama”. Dan, pada akhir Februari 2020, Pemerintah RI juga meluncurkan road map Making Indonesia 4.0 sebagai wujud kesiapan memasuki era industri 4.0. Era ekonomi digital dan penerapan industri 4.0 diproyeksikan akan mampu membuka hingga 10 juta lapangan kerja baru pada tahun 2030.

    Dengan social distancing maka semua orang harus menjaga jarak satu dengan yang lain untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Belum ada kepastian kapan pandemi ini akan berakhir mengingat dilema antara pemberantasan Covid-19 dan aktifitas ekonomi yang harus sama-sama bergulir. Aktifitas bisnis dan perdagangan harus tetap jalan agar semua kebijakan moneter bisa terpenuhi dan tidak terjadi kontraksi yang terlalu dalam yang dapat menjerembabkan Indonesia ke arah resesi ekonomi. Satgas Covid-19 harus juga tetap suskes dengan program-program kerjanya untuk menekan laju penularan Covid-19 dan Indonesia bisa keluar dari pandemi dalam waktu dekat.

    Sepertinya dengan kondisi Indonesia seperti saat ini memaksa Bangsa Indonesia untuk harus lebih awal masuk ke peradaban baru atau alaf baru yakni era digital 4.0. Kegiatan lobi-lobi bisnis dan perdagangan yang biasanya harus dirundingkan pada suatu pertemuan-pertemuan khusus dan di meja rapat, harus dimulai bisa dilaksanakan dengan jarak jauh. Industri-industri penghasil produk sandang pangan yang biasanya harus mengirim hasil produksinya ke outlet-outlet dan toko-toko sepertinya juga harus beralih ke perdagangan on-line. Cafe-cafe dan restaurant yang biasanya harus menunggu para tamu dan pelanggan dalam suasana nyaman mal-mal juga rela tutup dan harus berpindah ke modul on-line.

    Memang, belum semua pelaku bisnis dan pedagang mampu untuk move-on ke dunia digital dan masih merasa sangat nyaman dengan lobi-lobi dalam pertemuan formal. Juga belum semua orang mampu dalam waktu dekat bisa menggunakan fasilitas digital dalam berbisnis. Tapi, dengan kondisi pandemi saat ini, tak ada cara yang lebih tepat dan aman kecuali hanya dengan menggunakan dan terjun kedalam peradaban baru era digital 4.0.

    Revolusi Industri 4.0 merupakan bentuk kemajuan teknologi yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis, sehingga terjadi perubahan mendasar dalam cara hidup manusia. Industri 4.0 adalah kelanjutan dari era revolusi Industri 3.0 dimana teknologi yang ada semakin berkembang dan terintegrasi. Dampak era revolusi Industri 4.0 adalah bekurangnya pemberdayaan tenaga kerja manusia karena semuanya sudah menerapkan konsep otomatisasi. Dengan demikian, tingkat efektifitas dan efisiensi pun bisa meningkat dengan drastis. Digitalisasi akan menyebabkan akses informasi akan menjadi sangat mudah dan cepat serta bisa dilakukan kapan dan dimana saja.

    Pemanfaatan teknologi merupakan dasar dari penerapan revolusi industri. Dalam revolusi industri 4.0 akan terjadi interkoneksi antara mesin fisik dengan sistem produksi sehingga menggunakan tenaga manusia akan digantikan oleh mesin-mesin fisik.

    Dikutip dari Idcloudhost.com bahwa unsur utama pada penerapan Revolusi Industri 4.0 adalah : Internet of Things (IoT) : merupakan konsep dimana suatu alat fisik atau mesin yang terkoneksi dengan jaringan internet, sehingga mampu mentransfer semua perintah kerja atau data tanpa memerlukan bantuan tenaga manusia.

    Big Data : merupakan istilah dalam mendiskripsikan volume informasi yang besar, baik yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur. Data atau informasi tersebut bisa disusun, diolah, dianalisa dan disimpan dalam jumlah yang sangat besar. Big Data sudah dimanfaatkan dalam berbagai jenis bisnis dan usaha dalam membantu dan menentukan arah dan kebijakan dalam bisnis.

    Argumented Reality (AR) : meruoakan teknologi yang mengkolaborasikan benda maya baik dua atau tiga dimensi ke dalam sebuah lingkup nyata tiga dimensi kemudian memproyeksikannya dalam waktu nyata.

    Cyber Security : adalah aktifitas meningkatkan keamankan informasi untuk mencegah adanya cyberattack. Cyberattack merupakan aktifitas disengaja yang menargetkan sistem informasi untuk merusak, mengubah atau mencuri ketersedian informasi, integritas (integrity), dan kerahasiaan (confidentiality).

    Artifical Intelegence : merupakan teknologi komputer yang memungkinkan mesin yang memiliki kecerdasan mirip manusia. Mulai dari melaksanakan tugas serta mengambil keputusan dengan tepat tanpa bantuan manusia. Artificial intelegence mampu mempelajari dan menganalisis data secara berkesinambungan. Kemampuan memprediksinya akan semakin baik apabila data yang diterima semakin banyak.

    Addictive Manufacturing (AM) : adalah teknologi percetakan 3D yang digunakan oleh industri manufaktur. Tidak hanya sebagai printer 3D, namun juga direct digital manufacturing dan rapid prototyping. Di era yang serba digital ini, design berbentuk digital bisa d wujudkan menjadi produk nyata menggunakan kmputer dan software khusus AM. Ukuran dan bentuk yang dihasilkanpun sama, sesuai gambar desain yang dibuat.

    Integrated System : adalah serangkaian proses yang menghubungkan sistem komputer dan software secara fisik dan fungsional. integrated system ini akan menyatukan antar komponen sub sistem dalam sebuah sistem agar setiap bagiannya bisa berfungsi layaknya kesatuan sistem.

    Cloud Computing : (komputasi awan) merupakan teknologi yang menggunakan internet sebagai pusat pengelolaan, penyimpan data dan aplikasi. Teknologi ini memungkinkan para pengguna memperoleh hak untuk mengakses atau menjalankan program melalui komputer dan jaringan internet tanpa instalasi

    Fenomena revolusi industri 4.0 ini membawa banyak pengaruh, baik positif maupun negatif bagi masyarakat. Dimana semua lini tengah berlomba untuk melakukan digitalisasi agar tidak terlindas oleh teknologi yang terus berkembang. Untuk itu masyarakat perlu mengetahui dampak era revolusi industri 4.0, dan cara untuk mengatasinya. Berikut dampak era revolusi industri 4.0 terhadap beberapa bidang dan mengatasinya.

    Dampak Sosial : Dampak era revolusi industri 4.0 sangat signifikan terhadap bidang sosial. Sebab pada era ini seluruh proses produksi telah menggunakan mesin berteknologi canggih, menggantikan peranan manusia dalam dunia industri. Tentu hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan lapangan kerja, sebab tenaga manusia tidak lagi diberdayakan dalam industri manufaktur. Sistem pendidikan yang sebelumnya diterapkanpun tidak akan relevan lagi di dalam dunia kerja.

    Dampak di Bidang Politik : Adanya digitalisasi memang dibutuhkan sebagai sarana pemenuhan terhadap permintaan barang dalam jumlah besar dengan harga yang mudah dijangkau masyarakat. Namun dampak era revolusi industri 4.0 yang sangat besar adalah terhadap meningkatnya angka pengangguran yang berimbas pada perekonomian negara.

    Dampak pada Bidang Ekonomi : Dampak era revolusi industri 4.0 yang terakhir adalah di bidang ekonomi. Terdapat banyak dampak dari revolusi industri ini dibidang ekonomi. Seperti harus mengeluarkan biaya yang tinggi untuk mengimplementasikan industri 4.0 di perusahaan dan merubah model bisnis yang telah diterapkan. Selain itu pengguaan teknologi baru akan menyebabkan kerugian pada investasi teknologi yang telah digunakan sebelumnya. Nampun dengan menggunakan hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

    Untuk mengatasi dampak era revolusi industri 4.0 tersebut, perlu adanya peraturan atau persiapan khusus untuk mengimbangi fenomena revolusi industri 4.0. Seperti tenaga kerja Indonesia dibekali dengan skill operasional mesin serta pengetahuan dasar yang relevan.

    Dari keterangan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI), Indonesia telah mempersiapkan beberapa bidang dalam menghadapai industri 4.0. Persiapan tersebut ialah dengan meningkatkan otomatisasi, Artifical Intelegence, membanguan komunikasi machine-to-machine serta human-to-machine, kemudian melakukan pengembangan terhadap teknologi secara berkelanjutan.

    Sebagai pelaku bisnis dan penggerak ekonomi nasional, apapun propesinya maka sekarang adalah saat yang paling tepat bagi bangsa Indonesia untuk membenahi dan menambah kemampuannya. Stay at Home dan Work from Home tidak semestinya menurunkan kinerja setiap orang namun harus mengisinya dengan pengetahuan baru yang berhubungan dengan digitalisasi dan komputerisasi semua kegiatan bisnis, usaha dan pekerjaannya.

    Memang bukan suatu pekerjaan yang mudah untuk ikut terjun kedunia digital terutama bagi generasi yang sudah berumur 60 tahun keatas apabila tidak memiliki kemampuan dasar-dasar digital atau IT. Namun tidak ada jalan lain, semua harus terjun ke era digital tanpa terkecuali kalau tidak mau digilas oleh roda era digital itu sendiri.

    Bagi para pebisnis sudah harus memulai mendigitalisasi semua dokumen-dokumen perusahaan dan barang daganganya. Semua brochure, product specification dan company profile sudah harus dalam format digital agar komunikasi bisnis tetap harus lancar dimasa pandemi. Banyak perkumpulan anak muda yang membuat perusahaan jasa digital advertising yang mampu membuatnya dengan sentuhan design tersendiri agar tampil lebih menarik. Mulailah proses lobby dan rapat-rapat dengan menggunakan aplikasi-aplikasi rapat online yang sudah tersedia secara gratis.

    Para pedagang retail juga sudah harus membuka lapak-lapak online dalam menjajakan barang dagangannya. Para pedagang retail masih akan membutuhkan perusahaan jasa digital advesting agar toko digital dan barang dagangannya bisa disajikan dengan lebih baik. Interaksi antara para pembelanja online dengan pelapak online akan lebih mempercepat berkembang dan semarak implementasi digitalisasi dibidang perdagangan retail.

    Para mahasiswa tidak boleh lagi hanya fokus pada bidang studynya, namun harus menambah ilmu pengetahuannya dibidang IT dan digitalisasi, mengingat dunia kerja membutuhkan sarjana-sarjana yang memiliki kemampuan plus-plus dibidang IT dan digitalisasi. Dukungan dari keberadaan kapasitas internet oleh pemerintah menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi disemua daerah dan harus tersedia dalam kapasitas bandwidth yang memadai dan expandable.

    Para petani barangkali tidak lagi harus bersusah payah megangkut hasil usahanya ke pusat-pusat pasar tapi cukup mengirimnya ke stokis-stokis modern yang juga dikelola secara online. Para tengkulak dan makelar pun sepertinya harus segera membenahi diri untuk dapat menjadi para digital marketter dalam mendistribusikan barang-barang dagangannya.

    Digitalisasi dan otomatisasi memang akan memangkas penggunaan tenaga manusia di era Revolusi Industri 4.0 namun dipihak lain akan bermunculan pebisnis-pebisnis online, tenaga-tenaga digital marketter dan digital advertising dengan pendapatan yang lebih mamadai.

    Maka untuk mendukung keberadaan Revolusi Industri 4.0, sepertinya Pemerintah tidak cukup hanya dengan kebijakan 10 Strategi Hadapi Revolusi Industri 4.0 tapi harus membentuk Satgas Revolusi Industri 4.0 dalam membantu masyarakat untuk bisa bergabung dengan digitalisasi dan otomastisasi. Kita sangat berharap dengan semua keterbasan gerak bisnis di saat Pandemi Covid-19, Pemerintah dapat segera menyikapi situasi dengan membagi fokus aktifitas negara kepada kesiapan terhadap pembinaan warga negara untuk masuk ke dunia digitalisasi dan otomatisasi.